The Whole Gospel for The Whole Person (Roma 3:21-27)

Posted on 17/05/2015 | In Teaching | Ditulis oleh Admin | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/All-the-world.jpg The Whole Gospel for The Whole Person (Roma 3:21-27)

Pendahuluan:

Seorang pemberita Injil jelas berbeda dengan seorang salesman. Bagi seorang salesman yang penting adalah target. Yang penting barangnya banyak laku terjual. Demi tercapai target, data yang lengkap tentang produknya sengaja disembunyikan. Ia hanya akan mengiklankan yang baik-baik dari produknya, semua yang menarik konsumen yang akan diiklankan. Ia akan dianggap berhasil ketika produknya terjual banyak.

Seorang pemberita Injil tidak mengejar target dengan cara yang sama dengan salesman. Seorang pemberita Injil wajib menyajikan Injil dengan cara yang menarik, namun jangan karena ingin menyajikan Injil yang menarik, kita hanya memberitakan separuh Injil. Injil yang ditawarkan dengan harga yang murah hanya akan menghasilkan orang Kristen yang murahan, yang lembek, yang tidak tahan uji. Kerajaan Allah tidak sekedar membutuhkan orang Kristen yang banyak, tetapi membutuhkan orang-orang Kristen yang ulet, yang setia, yang taat.

Sayangnya hari ini tidak sedikit pemberita Injil hanya menceritakan Injil secara menarik tanpa peduli dengan keutuhan Injil. Akhir Injil didiskon, hanya yang menarik yang disampaikan, sesuai dengan selera kebanyakan orang duniawi. Bagaimana dengan hasilnya? hasilnya adalah mencetak orang-orang Kriten yang tidak utuh. Artinya ia hanya memahami Injil secara separuh dan memiliki pemahaman yang salah atau hidup tanpa integritas.

Di dalam Roma 3:21-27, Paulus mengajarkan bagaimana Injil yang utuh dan bagaimana Injil menjangkau seseorang.

Isi

1. Memahami Injil yang Utuh

Kebenaran yang didapatkan karena  iman  (ay.22)

Di dalam Perjanjian Baru pesan ini muncul banyak kali (Rom 3:20;28; 4:5; 5:1; Yak 2:26; Tit 3:5). Itu berarti bahwa ini merupakan penekanan dalam Injil. Perbuatan baik itu  baik  tapi hanya iman yang menyelamatkan saudara. Perbuatan baik tidak akan membuat Saudara benar di hadapan Allah. Perbuatan baik tidak akan membuat Allah lebih mencintai saudara atau kurang mencintai saudara.

Roma 3:20 mengatakan: "... tidak ada yang akan dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum ..." Akal sehat manusia berkata, karena Allah itu  kudus, Ia ingin umat-Nya melakukan "hal-hal yang kudus", oleh karena itu akan masuk akal jika kita berpikir "hal yang benar" yang  kita melakukan akan membuat Allah lebih bahagia dan  akan semakin mencintai kita bahkan  lebih membenarkan kita di hadapan-Nya.        Pemikiran ini merupakan  salah satu alasan semua agama-agama besar. Mereka mengajarkan bahwa Saudara harus melakukan sejumlah perbuatan baik maka saudara bisa  menyenangkan Tuhan dan Saudara akan  melihat surga (versi mereka).

Alkitab menyatakan hal yang berbeda. Allah tidak bekerja dengan cara yang sama. Kita dibenarkan hanya karena iman, bukan karena melakukan perbuatan baik. Roma 3:28 jelas mengatakannya "Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat." (Rom 3:28 ITB).

Ilustrasi: Saya pernah sulit tidur dan seseorang memberikan nasehat untuk minum susu coklat sebelum tidur. Suatu hari saya mempraktekan, saya minum susu coklat dan karena ingin supaya efek hangatnya membantu saya cepat tidur saya tidak langsung mencuci gelasnya. Keesokannya gelas bekas susu coklat akan kering dan berkerak. setelah itu saya kedatangan tamu. Anggaplah saudara bertamu ke rumah saya pada suatu siang yang terik. Jelas Saudara sangat haus. Kemudian saya melihat di kulkas ada minuman yang sangat segar, minuman yang sangat sehat dan berkelas dan belum tercemar. Persoalannya cuma satu, gelasnya tidak ada. Hanya ada satu gelas yaitu bekas susu coklat. Seandainya saya pakai gelas itu membubuhkan minuman sehat, mahal dan berkelas itu, Saudara mau minum? tentu tidak. Persoalannya bukan karena minumannya kurang mahal, sehat atau bekas, tetapi masalahnya ada digelas. Kecuali gelas kaca itu dicuci/dibersihkan terlebih dahulu. Kira-kira seperti inilah Allah melihat perbuatan baik kita. Tidak ada yang salah dengan perbuatan baik itu, kecuali saudara terlebih dahulu dibersihkan.

Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (ay.23)

Menurut beberapa orang, ada segelintir orang yang benar, karena telah sungguh-sungguh berupaya memenuhi tuntutan Taurat, mereka berharap di tengah massa yang akan binasa, kebenaran Allah menemukan dan menyelamatkan beberapa orang yang benar itu, Keyakinan itu tampaknya manis, sebab mengakui kemampuan manusia untuk berbuat baik.  Namun  Paulus dengan keras dan spesifik berkata sama sekali tertutup kemungkinan manusia untuk dibenarkan di hadapan Tuhan dengan perbuatan baik.

Manusia sebaik apapun, dari belahan dunia manapun, Alkitab memberikan kita informasi bahwa semuanya telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Paulus memberi kesimpulan bahwa dosa itu universal, semua orang telah berdosa. Injil menyadarkan Manusia bahwa mereka sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Dosa itu sangat serius karena  berkaitan dengan Tuhan.

Zaman ini banyak orang gagal memahami esensi dosa. Kebanyakan orang menganggap dosa tidak serius, karena hanya dilihat dari sudut pandang disiplin ilmu sosiologi, psikologi, pendidikan, politik, dan filsafat dan bahkan agama. Mereka menganggap bahwa dosa itu kelemahan manusia, kegagalan lingkungan, kesalahan masyarakat, dst. Dosa itu tak pernah mereka kaitkan dengan diri sendiri dan Tuhan. Tapi, Paulus mengatakan bahwa karena dosa, manusia telah kehilangan fungsi diri sebagai reflektor Allah. Dosa bukan di luar manusia, tapi diri manusia itu sendiri yang berdosa. Menurut tradisi Yahudi, manusia memiliki kemuliaan itu sewaktu dalam Firdaus. Tetapi dosa telah (bentuk waktu lampau) menjauhkan manusia dari Tuhan, sehingga ia kehilangan (husterountai, bentuk waktu kini) kemuliaan itu. Artinya, akibat dosa itu berlangsung terus sampai sekarang, bahkan masih merundung pula orang-orang percaya (Rom 5:2; 8: 18), meskipun menurut 2 Korintus 3  “kemuliaan”  mereka telah mulai dipulihkan sekarang, tetapi orang percaya akan menerimanya kembali sepenuhnya pada waktu mereka bangkit dan disatukan dengan Kristus (Flp 3:21; 1Kor 15:43).
Jika kita paham bahwa dosa demikian serius, maka kita akan paham itulah sebabnya manusia tidak  mungkin dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Pembenaran adalah  kasih karunia yang didapatkan secara cuma-cuma (ay.24a)

Di dalam ayat 24 Paulus menjelaskan bahwa Pembenaran melalui imanpun bukanlah inisiatif manusia. Di ayat 23 Paulus terlebih dahulu menggambarkan kondisi manusia yang mati di dalam dosa. Dengan kondisi yang demikian jelas bahwa untuk berimanpun manusia tidak mungkin bisa. Di ayat 24 Paulus menjelaskan bahwa iman itu pun bersumber dari Allah. Iman adalah sebuah anugerah "kharis" dari Allah.

Jika bukan karena kasih karunia Allah tak satu pun manusia bisa diampuni dari dosa-dosanya. Jika Saudara menyelidiki Alkitab tentang  "keselamatan" Saudara akan akan menemukan banyak  ayat-ayat akan memberitahu kita bahwa keselamatan diperoleh sebagai kasih karunia Allah. (Ef 2:8; Rm 11:6;12:6; Gal 2:9)

Dua anak kalimat ini saling mendukung. Yang pertama, oleh kasih karuniaNya, menunjuk pada sumber kebenaran tersebut, sedangkan yang ke dua, dengan cuma-cuma, lebih menegaskan sifatnya. Keduanya berarti bahwa manusia tidak membayar apa-apa untuk menerima pemberian ini. Jelaslah bahwa segala usaha manusia tidak dapat membenarkan manusia atau membebaskan dia dari murka Allah.

Kristus satu-satunya jalan pendamaian (ay.24b-25)

"Hilasterion" (“jalan pendamaian”) harus dipahami dalam konteks pemahaman orang Yahudi sebab pada zaman Paulus setiap pembaca ayat ini yang akrab dengan PL. Mereka hidup dalam lingkungan sinagoge, akan teringat pada Imamat l6. Upacara pendamaian yang telah berlangsung pada masa Perjanjian Lama dilakukan dengan  upacara persembahan kurban di Bait Allah, khususnya melalui upacara pada hari raya Pendamaian, dosa umat Israel dihapuskan dan didamaikan. Demikian juga halnya peristiwa kematian Kristus Yesus: di dalamnya seluruh umat manusia (ayat 24) didamaikan. Kematian-Nya merupakan “tempat pendamaian", “sarana pendamaian”, “jalan pendamaian” (LAI). 

Maksud istilah “jalan pendamaian” itu dijelaskan lagi oleh tambahan dalam darah-Nya. Dalam PL darah dianggap sebagai ternpat kediaman jiwa, nyawa seseorang. “Darah ialah nyawa” (Ul 12:23). Dalam PL kematian hewan korban sembelihan, yang tak bersalah pada dirinya sendiri, mendamaikan dosa umat Israel. Hewan tak bersalah itu rnenggantikan tempat manusia yang bersalah. Begitu juga halnya kematian Kristus Yesus. Dia yang tak bersalah rnenanggung dosa dunia dan menerima kematian dengan mencurahkan darah-Nya, dan dengan demikian menjadi pendamaian bagi dosa dunia itu pada Allah. Begitu tuntutan kebenaran (keadilan, LAI) Allah dipenuhi, seperti dijelaskan di depan.

Yesus adalah satu-satunya pribadi yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi "jalan pendamaian". Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan manusia kecuali melalui Yesus.

2. Injil Menjangkau Individu Secara Total      

Tidak sedikit orang yang mengerti Injil secara separuh. Survei menunjukan bahwa 80% orang Amerika mengatakan mereka percaya Yesus bangkit dari kubur. Tapi banyak di antara  mereka yang memiliki  cara hidup yang tidak kristiani. Mereka tahu fakta tentang kebangkitan Yesus bahkan percaya. Tetapi iman yang benar bukan hanya masalah "pengetahuan akal budi".  Beberapa orang memahami Injil sebagai "masuk surga". Memang salah satu aspek keselamatan adalah Tuhan Yesus Kristus yang mati menanggung hukuman dosa kita. Namun jika hanya ini yang terus-menerus didengungkan, maka sebenarnya kita telah mengurangi isi Injil!

Dampak buruk dari pengajaran Injil yang separuh ini adalah timbulnya orang-orang Kristen palsu yang menginginkan “masuk surga” sambil menginjak-injak darah Kristus yang berharga. Mereka “yakin masuk surga”, tapi tidak ada perubahan hidup di dalam diri mereka, Dampak buruk lainnya  adalah timbulnya jemaat yang malas melayani karena merasa kekristenan hanyalah soal “saya masuk surga”. “Apa gunanya sibuk-sibuk pelayanan lagi jika saya sudah “pasti masuk surga”? Biarlah orang-orang yang lebih “bertumbuh” saja yang melayani.Toh, saya sudah “percaya Tuhan Yesus”.”

Semangat Reformed tidak memberi tempat bagi pengajaran-pengajaran yang separuh seperti ini! Jika kita ingin kehidupan Gereja yang sehat maka kita perlu memiliki pengertian yang menyeluruh tentang Injil. Pengertian kita akan Injil harus terus-menerus bertumbuh, bukan hanya di dalam satu aspek, tetapi di dalam segala aspeknya sampai kita memiliki pengenalan yang penuh akan kasih karunia Allah. Injil bukanlah hanya awal dari kehidupan Kristen, tapi keseluruhan kehidupan Kristen.

Injil tidak hanya menjangkau  status seseorang yang telah diubah, dari orang berdosa menjadi orang benar, Injil juga menjangkau akal budi seseorang. Dosa membuat manusia tidak berakal budi atau rusak akal budinya (Maz 53:2; Rom 3:11). Injil menjangkau akal budi artinya bahwa akal budi setiap orang yang telah mengaku percaya akan dituntun oleh kebenaran Firman Tuhan dan memahami dengan baik tentang  semua aspek dalam Injil.

Injil bukan hanya bicara tentang status dan perubahan akal budi saja, tetapi juga tentang integritas antara akal budi dan perilaku. Memang yang kita butuhkan hanyalah iman di dalam Tuhan Yesus, perbuatan baik  ini tidak menambahkan sesuatu pada  keselamatan kita, tetapi Tuhan Yesus mengatakan di dalam Yohanes  14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Jadi, mengapa kita harus mentaati Allah? kita melakukannya karena cinta kepada Yesus. Jika Saudara tidak mencintai Yesus, Saudara tidak benar-benar percaya kepada-Nya. Kita tidak melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan. Kita melakukannya karena kita mencintai Yesus, dan jika kita mencintai Dia kami akan terus mentaati dia. Jika Saudara mengasihi Yesus, Saudara  hadir di gereja, jika Saudara mengasihi Yesus, Saudara akan belajar Alkitab, Saudara akan berdoa, Saudara akan memberi kepada orang miskin, Saudara akan berhati-hati dengan kalimat-kalimat Saudara, Saudara akan berhati-hati dalam pergaula, berhati-hati dengan memilih jenis film dan acara TV .

Jadi  percaya kepada Yesus akan mempengaruhi bagaimana saya menjalani hidup saya. Keyakinan yang benar dalam Yesus akan menyebabkan hidup kita menyenangkan Dia karena kita mengasihi Dia.

Penutup               

Injil yang utuh bagi pribadi yang utuh ini tidak mengajar bahwa kita  harus mengerti segala sesuatu yang perlu tahu tentang Yesus untuk menjadi seorang Kristen. Untuk menjadi seorang pekabar Injil yang baik juga tidak harus menceritakan semuanya tentang Yesus. Tetapi untuk menjadi keduanya entah sebagai pemberita Injil yang baik kita harus menekankan  beberapa hal yang mendasar ini:

* Kebenaran didapatkan karena  iman  (ay.22)

* Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (ay.23)

* Pembenaran adalah  kasih karunia yang didapatkan secara cuma-cuma (ay.24a)

* Kristus satu-satunya jalan pendamaian (ay.24b-25)

* Satu-satunya cara Saudara dapat diterima Allah adalah bertobat dari dosa-dosamu dan akan dibaptis dalam nama Yesus. (Kis 2:38; 3:19; Luk 3:3; Mar 1:15).

Fondasi inipun yang diajarkan oleh Yesus dan para rasul, Paulus di dalam teks kita hari ini. Di dalam khotbah rasul Petrus pada hari Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul 2:14-40. Kita tidak tahu berapa lama Petrus berkhotbah, tetapi bisa jadi  Ia membutuhkan waktu lebih lama untuk  membaptis 3.000 orang dari pada ia berkhotbah. Yang kedua respon pertobatan  yang cepat dari Lidia, seorang pejabat di Etiopia dalam perjalanan pulang di kereta, seorang kepala penjara di Filipi. Pola ini berkali-kali terjadi menunjukan bahwa tidak butuh waktu lama untuk percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang hidup.  

Untuk percaya kepada Yesus, kita tidak perlu tahu semua cerita tentang Yesus, demikian juga untuk memberitakan Injil, kita tidak perlu menceritakan semua tentang Yesus. Tetapi Injil yang benar dan utuh tetap harus disampaikan dan diajarkan terus menerus untuk menghasilkan orang Kristen yang bertumbuh secara utuh.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Admin

Reformed Exodus Community