Dalam dunia olah raga bela diri kita mengenal beberapa nama terkenal yang mengaku sebagai orang Kristen. Pada deretan petinju terkenal ada Evander Holifield, Manny Pacquiao, Chris John, dsb. Kita masih bisa menambahkan nama-nama lain di olah raga bela diri yang berbeda. Intinya, sebagian orang Kristen memang terlibat secara serius dalam bela diri.
Walaupun situasi di atas cukup dikenal, sebagian orang Kristen masih mempertanyakan keterlibatan orang percaya dalam bela diri. Pertanyaan ini sebenarnya wajar juga. Bagi sebagian orang bela diri sangat lekat dengan kekerasan dan perkelahian. Beberapa juga bersikap negatif terhadap bela diri karena dianggap mengandalkan diri sendiri dalam mencari keamanan dan perlindungan.
Jadi, bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap bela diri?
Alkitab tampaknya tidak menganggap semua jenis bela diri negatif. Paulus pernah menggunakan ilustrasi dari dunia tinju (1Kor. 9:26). Walaupun penggunaan ini memang tidak menyiratkan dukungan terhadap tinju, tetapi Paulus jelas tidak bersikap negatif juga. Jika dia menganggap semua unsur dalam tinju adalah negatif, dia mungkin akan memilih ilustrasi yang lain. Sikap yang sama seharusnya kita amini bersama.
Tidak semua jenis bela diri dan aspek di dalamnya adalah keliru. Bela diri bisa membantu orang untuk memiliki tubuh yang lebih sehat. Melalui bela diri sebagian orang juga terlatih untuk memiliki ketenangan (tidak emosional) dan kepercayaan diri (tidak minder). Sikap pantang menyerah juga ditekankan dalam berbagai latihan bela diri. Masih banyak hal-hal positif lain yang dapat diperoleh melalui latihan bela diri.
Begitu pula tidak semua bela diri diperbolehkan. Beberapa jelas-jelas bertabrakan dengan ajaran Alkitab. Jadi, ada beragam faktor yang perlu dipertimbangkan.
Faktor pertama terutama adalah keterlibatan filosofi yang bertentangan dengan Alkitab maupun penggunaan kuasa kegelapan. Beberapa bela diri hanyalah sebuah disiplin ragawi. Yang dilatih hanya otot dan karakter. Tidak ada muatan-muatan teologis atau unsur-unsur mistis.
Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri, beberapa latihan bela diri memang sukar dipisahkan dari filosofi (ajaran teologi) di baliknya. Beberapa orang melakukan disiplin pikiran yang sangat bernuansa panteistik melalui penyatuan diri dengan alam. Praktek ini dilakukan dengan keyakinan bahwa semua benda sebenarnya satu karena sama-sama mengandung hakikat keilahian. Beberapa bela diri bahkan melibatkan praktek semedi untuk memperoleh kekuatan adikodrati. Orang-orang Kristen jelas tidak boleh melibatkan diri dalam praktek semacam ini.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah motivasi. Medan pertempuran sebenarnya bukan di atas matras atau aspal, melainkan di dalam hati. Ada banyak alasan mengapa seseorang mempraktekkan atau menyukai bela diri. Sebagian hanya untuk mencari kesenangan. Yang lain hanya demi kesehatan dan kebugaran. Beberapa melakukannya untuk perlindungan diri (self defense). Alasan-alasan ini pada dirinya sendiri tidaklah salah.
Harus diakui, tidak semua orang memiliki motivasi seperti tadi. Ada juga yang belajar bela diri untuk memuaskan hawa nafsu (modal untuk berkelahi). Ada yang menjadikan bela diri sebagai aktualisasi diri. Harga diri diletakkan di atasnya. Mereka merasa tidak terlalu membutuhkan Tuhan untuk keamanan dan perlindungan. Semua alasan ini membuat bela diri yang digeluti menjadi salah.
Faktor terakhir adalah prioritas hidup. Alkitab mengakui manfaat dari latihan badani, tetapi Alkitab yang sama juga mengajarkan keterbatasannya. Manfaat yang diberikan relatif kecil dibandingkan dengan manfaat kesalehan (1Tim. 4:8). Bela diri hanya berfokus pada hal-hal yang sementara. Jangan sampai latihan bela diri justru merusak pertumbuhan rohani. Apakah setelah mengikuti bela diri kita menjadi semakin sombong dan mudah marah? Jika iya, kita perlu memikirkan ulang atau melakukannya dengan cara yang benar. Apakah waktu-waktu latihan telah merampas aktivitas-aktivitas lain dalam kehidupan? Intinya, kita perlu mewaspadai jangan sampai latihan bela diri membuat kita mengabaikan hal-hal lain yang lebih berguna. Soli Deo Gloria.