God, the First Missionary (Kejadian 1 dan 3)

Posted on 03/05/2015 | In Teaching | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/5136037524_d46450216d_o.jpg God, the First Missionary (Kejadian 1 dan 3)

Selama Bulan Misi kita biasanya banyak mendengar laporan dan kesaksian pelayanan dari para pemberita injil. Tanpa menghiraukan kenyamanan diri dan keselamatan keluarga, mereka tekun menjadi saksi bagi Kristus di tengah berbagai hambatan dan tekanan. Tidak heran, kita langsung mengapresiasi jerih-payah mereka dan mengagumi semua pengorbanan yang mereka lakukan. Hal ini tidak salah.

Hal itu baru akan menjadi keliru apabila apresiasi dan kekaguman itu tidak lagi disorotkan pada Allah yang bekerja di balik para pemberita injil. Pemberitaan injil adalah misi Allah (the Missio Dei). Allah adalah pemberita injil pertama. Allah adalah sumber inspirasi bagi para pemberita injil yang lain.

Misi dan doktrin penciptaan (Kejadian 1)

Sebagian orang beranggapan bahwa pekabar injil pertama adalah Abraham. Allah memanggil dia untuk sebuah tugas khusus, yaitu menjadi berkat bagi semua bangsa (Kej 12:1-3). Pembacaan Alkitab yang teliti ternyata menunjukkan bahwa penciptaan dunia oleh Allah merupakan aktivitas misi pertama kali. Allah, bukan Abraham, adalah pemberita injil pertama. Bagaimana bisa?

Pertama, misi dan kabar baik. Istilah “injil” (euangelion) secara hurufiah berarti “kabar baik”. Cakupan kabar baik ini - sebagaimana akan diuraikan di poin berikutnya - sebenarnya jauh lebih luas daripada yang selama ini kita pikirkan.

Kapankah kata “baik” pertama kali muncul dalam Alkitab? Pada kisah penciptaan! Siapakah yang pertama kali mengucapkannya? Allah sendiri! Berkali-kali seusai Allah menciptakan sesuatu, Ia menilai hasil karya-Nya itu dan berkata: “baik” (1:4, 10, 12, 18, 21, 25, 31). Tidak berlebihan – bahkan sepatutnya – apabila kita menganggap Allah sebagai pemberita kabar baik pertama. Dunia ini adalah isi kabar baik itu (Mzm 19:1-2; Rom 1:18-20).

Kedua, misi dan seluruh ciptaan. Kabar baik lebih dari sekadar restorasi relasi vertikal antara manusia dan Allah. Walaupun aspek ini adalah yang terpenting, kabar baik tetap tidak bisa dibatasi pada aspek ini saja. Misi mencakup seluruh ciptaan. 

Alkitab beberapa kali mengajarkan tentang universalitas dampak penebusan Kristus. Ia tinggal di surga sampai “pemulihan segala sesuatu” (Kis 3:21). Rencana kekal di dalam Kristus merupakan persiapan “kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi” (Ef 1:10). Kristus adalah Pencipta dan Kepala dari semua ciptaan serta yang mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (Kol 1:15, 18, 20). Beberapa teks Perjanjian Lama juga menggambarkan pemulihan yang dibawa oleh Mesias dalam ungkapan-ungkapan yang mengarah pada restorasi seluruh ciptaan (Yes 11:6; 65:25).

Ketiga, misi dan kerajaan Allah di muka bumi. Pada waktu Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka diberi mandat yang global: mereka harus menguasai seluruh bumi (Kej 1:26). Karena itulah mereka perlu bertambah banyak, memenuhi, menaklukkan, dan menguasainya bagi Allah (Kej 1:28). Allah ingin agar nilai-nilai kerajaan Allah yang bersumber dari sifat-sifat ilahi-Nya dinyatakan secara konkrit di muka bumi.

Kebenaran di atas kadangkala diabaikan oleh banyak orang Kristen. Mereka kurang menyadari bahwa misi berbicara tentang penerapan nilai-nilai kerajaan Allah. Yesus sendiri adalah pemberita kabar baik tentang kerajaan Allah (Mat 4:23; 9:35; 24:14; Luk 4:43; 8:1). Melalui pelayanan Yesus Kristus dan para murid, kerajaan Allah terus-menerus menginvasi kerajaan Iblis di bumi ini (Mat 12:28; Luk 10:18; 1 Yoh 3:18; Why 12:9-11). Puncak kekalahan telak Iblis sudah terjadi di kayu salib (Yoh 12:31; 16:11; Ibr 2:14-15).

Keempat, misi dan gereja. Dalam teologi Reformed diajarkan secara tegas bahwa gereja bukan dimulai pada zaman para rasul. Gereja sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa. Di mana ada dua orang percaya yang menyembah Allah bersama-sama, di situlah esensi gereja sudah terbentuk. Jikalau konsep ini diterima, maka kita bisa menyimpulkan bahwa Amanat Budaya di Kejadian 1:26 dan 28 merupakan misi gereja yang pertama. Gereja diutus untuk menyebar ke seluruh bumi (Kej 1:28; 9:1). Pada saat para pembuat menara Babel tidak ingin tersebar ke mana-mana, Allah menghukum mereka dan memaksa mereka menyebar ke seluruh bumi (Kej 11:4, 8-9). Sejak awal penciptaan Allah sudah merancang bahwa gereja harus tersebar ke seluruh dunia. Itulah yang juga menjadi pesan Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya (Mat 28:19-20; Yoh 17:15, 18).

Misi dan doktrin kejatuhan ke dalam dosa (Kejadian 3)

Allah sebagai pemberita kabar baik pertama bukan hanya terjadi pada kisah penciptaan. Ia juga menjadi pemberita pertama pada saat manusia jatuh ke dalam dosa.

Pertama, Allah mencari manusia (Kej 3:9). Seusai Adam dan Hawa berbuat dosa, mereka melarikan diri dari Allah dengan penuh ketakutan (Kej 3:6-8). Mereka tidak datang kepada Allah untuk bertobat atau memohon pertolongan-Nya. Mereka tidak melakukan dua hal ini karena mereka memang tidak mampu melakukannya. Dosa menjadi penghalang antara Allah dan manusia.

Apakah Allah berdiam diri sambil menunggu momen tersebut tiba? Sama sekali tidak! Allah mengambil inisiatif untuk mencari orang yang berdosa. Ia bertanya: “Di manakah engkau?” (Kej 3:9). Kepada Kain yang baru saja membunuh adiknya, Allah juga bertanya: “Di mana Habel, adikmu itu?” (Kej 4:9). Pada waktu Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia berujar: “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10).

Kedua, Allah memberikan janji (Kej 3:15b). Dalam teks ini Allah mengatakan bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala ular. Para teolog biasanya menyebut ini sebagai protoevangelium (artinya “kabar baik pertama”).

Beberapa petunjuk dalam teks membuat pemberian janji ini begitu menarik dan bermakna. Janji ini diucapkan Allah sebelum Ia menyatakan hukuman-hukuman untuk manusia (Kej 3:16-19). Keinginan Allah untuk mengasihi berada di barisan lebih depan daripada keharusan-Nya untuk menghukum, walaupun kasih dan keadilan-Nya tetap berjalan beriringan. Janji ini juga murni inisiatif Allah. Adam tidak memohon sesuatu kepada Allah (bandingkan dengan Kain yang “memohon” perlindungan dari Allah dalam menjalani hukumannya, Kej 4:13-15).

Ketiga, Allah sendiri menyelesaikan akibat dosa manusia (Kej 3:21). Reaksi spontan manusia terhadap dosa adalah menyembunyikan dan menyelesaikannya sendiri. Dua hal inilah yang dilakukan Adam. Ia bersembunyi dari Allah supaya kesalahannya tidak terungkap (Kej 3:8). Ia membuat penutup badan dari pohon ara (Kej 3:7). Allah mengganti penutup itu dengan pakaian dari dari kulit binatang. Ini pun Ia lakukan tanpa manusia meminta kepada-Nya.

Dengan menyediakan pakaian dari kulit binatang, Allah ingin memberikan pesan yang sangat penting: akibat dosa tidak bisa diatasi oleh manusia. Hanya Allah yang bisa menyelesaikan dosa dan akibatnya. Pakaian dari kulit binatang juga mengajarkan bahwa penyelesaian dosa manusia membutuhkan korban. Dosa bukan hanya untuk ditutupi, melainkan untuk dibereskan. Harga untuk membereskannya adalah darah yang tercurah. Tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan (Ibr 9:22b).   

Mengikuti jejak Allah

Tidak setiap kita dipanggil sebagai seorang pemberita kabar baik sepenuh waktu. Sebagian besar dari kita tidak diutus untuk memberikan hidup seutuhnya bagi pemberitaan injil. Walaupun demikian, setiap kita diberi mandat untuk mengikuti jejak Allah. Mereka yang mengaku berasal dari Allah dan mengasihi Dia namun tidak mau meneladani Dia hanyalah para peleter Kristen yang tidak bermakna. Apa yang Allah lakukan bukan hanya sebagai sebuah informasi. Apa yang Ia lakukan juga bukan sekadar sebagai sebuah contoh dan inspirasi. Apa yang Ia lakukan merupakan keharusan bagi kita.

Orang Kristen perlu mulai memikirkan keterlibatan yang lebih luas dalam pemberitaan injil. Misi bukan hanya tentang relasi pribadi dengan Allah. Misi adalah tentang dunia. Kita diutus untuk memberikan dampak yang luas bagi dunia ini. Semua bidang kehidupan – politik, kebudayaan, bisnis, pendidikan, dan sebagainya - menantikan partisipasi aktif orang Kristen. Relevansi injil tidak sepatutnya disunat, kuasa injil tidak seyogyanya dikebiri. Injil mengubah kita. Injil mengubah dunia.

Orang Kristen juga tidak boleh hanya berpangku tangan. Menanti kesempatan yang baik bukanlah karakteristik orang Kristen dalam pemberitaan kabar baik. Menunggu orang lain mendatangi kita bukanlah langkah bijaksana dalam mengemban misi Allah.

Buka mata kita. Pandanglah tuaian yang sudah sedemikian menguning. Buka telinga kita. Dengarkan keluhan keputusasaan dari banyak orang. Buka hati kita. Terimalah mereka yang mendambakan kasih dan perhatian. Buka dompet kita. Mereka yang miskin dan terlantar sedang menghiba. Buka pikiran kita. Temukan cara untuk merestorasi dunia yang penuh duka dan luka.

Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community