Continually Filled by the Spirit

Posted on 30/11/2014 | In Teaching | Leave a comment

Pendahuluan

Hari-hari ini banyak orang mengaku mendapatkan sebuah peristiwa supranatural. Mereka mengklaim bahwa sesuatu yang ajaib telah terjadi dalam kehidupan mereka. Tetapi ketika kita bertanya kepada mereka apa perubahan yang telah terjadi, mereka mengatakan tidak ada, maka sontaklah kita berpikir, apakah ia memang mengalami suatu kuasa supranatural? Atau pernahkah kita bertemu dengan beberapa orang yang mengalami suatu pemeliharaan supranatural yang dahsyat dalam kehidupannya, ia kemudian menjadi orang yang percaya sungguh-sungguh. Tetapi tidak lama kemudian kita menemukan dia ternyata kembali ke kehidupannya yang lama.

Saya pernah bertemu orang yang demikian. Padahal ia dahulunya, seingat saya, bukan orang Kristen, namun karena suatu KKR tertentu ia menjadi orang Kristen yang begitu berapi-api. Di kemudian hari ia ternyata sudah kembali ke kehidupan lamanya di diskotik, dsb. Waktu saya tanya kepada dia, mengapa? Ia menjawab, “ya kita jadi orang Kristen juga tidak boleh munafik, kan kita masih hidup dalam dunia ini.” Memang benar bahwa kita masih hidup dalam dunia ini, tapi saya ragu bahwa itu adalah alasan dia yang sesungguhnya. Apa yang terjadi di sini? Kalau sebuah peristiwa supranatural yang dahsyat ternyata tidak bisa mengubahkan kehidupan seseorang secara konsisten, lantas apa yang salah? Bisa jadi ekspektasi yang berlebihan akan seseorang yang segera berubah dalam sekali peristiwa ini timbul dari sebuah pemahaman yang salah mengenai dipenuhi oleh Roh Kudus.

Makna kata "dipenuhi oleh Roh"

Pada bagian ini Paulus sedang mengontraskan sikap yang timbul ketika seseorang sedang mabuk oleh anggur dan mereka yang sedang dipenuhi oleh Roh Kudus. Apabila mereka yang mabuk dan anggur akan jatuh ke dalam rupa-rupa yang mengerikan karena hawa nafsu, maka mereka yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan dicirikan oleh kualitas-kualitas yang mulia seperti yang ada di bawah ini. Tentu saja dipenuhi oleh Roh Kudus bukan hanya seperti yang tertera di dalam teks ini, sebab kita melihat bahwa ada tanda-tanda kepenuhan Roh yang lain seperti “buah roh” yang kita baca di surat Galatia 5:22-23, misalnya.

Marilah kita menyimak dengan saksama apa yang dimaksud oleh kata “dipenuhi” di sini. Kata yang digunakan “hendaklah kamu penuh dengan roh” sebenarnya menggunakan kata “plerousthe” yang berarti “terus-menerus dipenuhi” oleh Roh Kudus. Maka kita melihat bahwa dipenuhi oleh Roh Kudus itu bukan peristiwa satu kali namun sebuah peristiwa yang berkelanjutan. Perhatikan pula dipenuhi oleh Roh adalah sebuah perintah. Artinya, hidup kita hari ini masih berada dalam ketegangan antara janji Kristus yang sudah tergenapi namun belum dikonsumasi. Kita sudah dipenuhi oleh Roh Kudus, tetapi belum dipenuhi secara terus-menerus oleh Roh, karena itu “hendaklah” kita mengizinkan Allah memenuhi diri kita. Inilah yang disebut sebagai pengudusan yang terus-menerus atau progressive sanctification. Iman Kristen, saya yakin, tidak sekadar menekankan soal agar seseorang dapat masuk surga atau tidak, namun agar seseorang bisa menghadirkan surga di bumi seperti halnya doa bapa kami “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Salah satu cara menghadirkan surga di bumi adalah dengan mengupayakan diri kita untuk dipenuhi oleh Roh Kudus!

Dipenuhi oleh Roh Kudus di sini juga bukan berarti hanya Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Allah tritunggal itu dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Maka ketika Roh Kudus memenuhi kita, Kristus dan Bapa juga turut memenuhi kita. Maksudnya adalah, ketika Roh Kudus memenuhi kita maka kita sepatutnya semakin mengasihi Kristus dan Bapa, serta dalam konteks ini, semakin menundukkan hidup ke bawah otoritas Allah Tritunggal.

Menyanyi Bagi Allah dan Sesama

Apabila memang dipenuhi oleh Roh Kudus bukanlah sebuah peristiwa tunggal, lantas apa yang menjadi ciri-ciri orang yang terus-menerus dipenuhi oleh Roh Kudus?

Ayat-ayat yang kita baca tadi sebenarnya merupakan sebuah kalimat yang panjang. Dampak dari seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus ada tiga bagian: bernyanyi dan bersoraklah, ucaplah syukur, dan rendahkanlah diri satu sama lain. Keempat perintah ini merupakan ciri-ciri orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Maksudnya adalah, apabila seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka seharusnya ia akan menunjukkan tanda-tanda seperti yang kita saksikan di sini.

Tatkala Roh Kudus memenuhi kehidupan kita, maka ada beberapa ciri khusus yang akan menyertai. Ciri pertama adalah nyanyian. Kata “mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani” sebenarnya memiliki inti yang sama: nyanyian! Perhatikan bahwa ada penekanan untuk berkata-kata “seorang kepada yang lain.” Menariknya puji-pujian dan mazmur ini memiliki kegunaan horizontal, yakni untuk menguatkan, mengajar, jemaat-jemaat lain yang mendengarkan nyanyian dan pujian kita. Bukan hanya nada musiknya yang perlu diperhatikan, namun juga lirik yang bisa membangun satu sama lainnya. Datang ke sebuah ibadah di mana jemaatnya menolak untuk bernyanyi adalah seperti ke konser musik, tapi lebih buruk. Seharusnya suara dari jemaat-jemaat yang bernyanyi bersama-sama bisa menjadi kekuatan bagi mereka yang mendengarkan dan ikut bernyanyi.

Selain horizontal tentu puji-pujian tersebut dinyanyikan “bagi Tuhan dengan segenap hati.” Ini merupakan aspek vertikal dari nyanyian yang ada di jemaat yang dipenuhi Roh. Sehingga nyanyian yang diberikan memiliki fungsi yang ganda, vertikal dan horizontal, seperti yang dijelaskan Peter O Brien (485).

Menyanyi dengan segenap hati tentu tidak harus bergaya seperti gereja-gereja tertentu. Terkadang saya agak gelisah ketika melihat orang-orang dari gereja arus-utama memimpin pujian. Bukannya tidak menghargai, namun kadang saya berpikir kalau bukan bakatnya untuk menyanyi dengan lebih bersemangat maka pimpinlah sesuai dengan cara di mana segenap hati itu bisa dilimpahkan bagi Allah, tentu sambil memperhatikan konten dari lagu yang dinyanyikan. Bagaimanapun cara kita mengungkapkannya, bernyanyilah seakan nyanyian itu berlimpah ruah dari dalam hati oleh karena Roh yang mendesaknya keluar.

Ucaplah Syukur

Dipenuhi oleh Roh juga berbuah ucapan syukur yang deras mengucur dari lidah dan bibir. Tidak hanya seorang yang dipenuhi Roh Kudus akan sesekali mengucapkan syukur, namun ia akan senantiasa mengucapkan syukur. Ucapan syukurnya tidak hanya pada waktu-waktu yang baik saja, namun dalam setiap waktu: baik atau buruk. Selalu ada hal yang baik dari Allah untuk kita syukuri, bukan?

Klausa keduanya menyatakan bahwa kita juga harus mengucap syukur “dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Jelas sekali bahwa ayat ini menunjukkan nuansa trinitarian yang kental sekali. Apabila kita sudah kehabisan bahan untuk kita syukuri (tidak mungkin, sebenarnya), bersyukurlah atas pengurbanan Yesus bagi kita, atau bahkan semata karena kebesaran Allah Sang Pencipta.

Saling Menundukkan Diri

Saling menundukkan diri di sini memiliki perdebatan yang tidak ringan. Saya pribadi meyakini bahwa saling menundukkan diri di sini dimaksudkan untuk semua orang di dalam gereja saling menundukkan diri terlepas dari status mereka. Sementara ayat-ayat selanjutnya merupakan penundukan diri oleh sebab alasan yang berbeda seperti seorang istri diminta untuk tunduk kepada suami seperti kepada Kristus. Tetapi bagaimanapun penafsiran kita akan bagian ini, jelas sekali bahwa seseorang yang dipenuhi Roh Kudus tidak boleh menjadi seorang yang arogan dan menuntut otoritas semata. Pemimpin yang berada di dalam Yesus haruslah dicirikan oleh kepemimpinan yang melayani. Kristus sendiri telah merendahkan diri-Nya demi kita, masakan orang Kristen hidup dengan saling meninggikan diri sendiri dibandingkan yang lain? Tidak. Malah semestinya orang Kristen dikenal sebagai orang-orang yang saling menundukkan diri seorang kepada yang lain, bukan orang yang gila jabatan, ataupun hormat dari orang lain. Malahan, orang Kristen harusnya terlihat sebagai orang yang terlebih dahulu memikirkan kebaikan orang lain. Tidak sibuk meninggikan diri, namun sibuk menundukkan diri. Bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani.

Nuansa senioritas di seminari di mana saya menimba ilmu dulu itu terasa sangat kuat. Seorang mahasiswa yang masih baru diharapkan untuk bisa tunduk dan hormat kepada kakak-kakak tingkatnya. Tetapi saya sangat terkesan pada suatu peristiwa. Waktu saya sedang sakit dan tidak bisa bergerak dari ranjang, ada seorang kakak tingkat datang menjenguk. Ia menanyakan kabar saya kemudian keluar dari ruangan. Betapa terkejutnya saya ketika ia datang kembali dan membawakan sepiring potongan buah untuk saya makan. Saya tidak sedang mengatakan bahwa seorang junior tidak perlu menghormati senior mereka, namun bukankah ketika kita melihat peristiwa seperti ini kita menemukan kerendahan hati Kristus? Tidakkah ini berarti ia sedang dipenuhi oleh Roh Kristus?

Penutup

Di tengah kebingungan yang kerap terjadi mengenai Roh Kudus adalah penting untuk memahami pemenuhan tersebut bukan sebagai peristiwa, namun sebagai proses. Dipenuhi oleh Roh Kudus akan menampilkan setidaknya tiga ciri dalam kehidupan kita: nyanyian, ucapan syukur, serta penundukan diri seorang kepada yang lain.

Maukah kita terus-menerus dipenuhi oleh Roh?

Kiranya Allah yang senantiasa menghadapkan wajah-Nya kepada kita berkenan membalas doa kita dengan “ya.” Amin.

admin