Kita acapkali mendengar tentang kontribusi seorang sejarawan Yahudi bernama Yosephus, utamanya dalam menentukan data historis yang berhubungan dengan Alkitab. Namun bahasan tentang siapakah Yosephus, bagaimana kisah hidupnya dan kontribusinya bagi dunia Alkitab, belum pernah kita dengar. Topik seri bahasan kali ini adalah mengenal sekilas tentang Yosephus, hidup dan karyanya.
Kelahirannya
Josephus (Titus Flavius Josephus) lahir pada 37 M di Yerusalem dan meninggal setelah tahun 100 M. Dalam tulisannya yang berbahasa Yunani, Yosephus memperkenalkan dirinya dengan nama Iosephos (ΙÏŽσηπος), anak Matthias. Meskipun dia sendiri menyebut namanya dengan Josephus, dia mengambil nama Romawi: Titus sebagai nama depan dan Flavius sebagai nama keluarganya. Tindakannya mengambil nama Romawi adalah suatu yang normal sebagai warga negara Roma.
Menurut pengakuannya sendiri, Josephus terlahir dari latar belakang keluarga imam dan ningrat. Dari garis keturunan ayahnya, Josephus berasal dari keluarga imam sedangkan dari garis keturuanan ibunya, Josephus berasal dari keturunan darah biru Hasmonean.
Pada usia 16 tahun, Josephus mendaftarkan diri masuk di 3 sekte orang Yahudi, yaitu Farisi, Saduki dan Essene, untuk menemukan sekte manakah yang terbaik untuknya. Dalam pergumulan untuk menentukan sekte yang terbaik baginya, Josephus mendengar dan tertarik dengan gaya kehidupan seorang pertapa yang hidup di padang belantara bernama Banus (kemungkinan anggota Essene). Maka dia memutuskan untuk mengikuti jejak Banus dengan menjalani hidup bertapa, mengasingkan dan menyiksa diri selama 3 tahun.
Pada usia 19 tahun, setelah menyelesaikan hidup bertapanya bersama Banus, Josephus memutuskan untuk mengikuti sekte Farisi dengan 2 pertimbangan: Farisi lebih mementingkan akal budi (reasonable) yang mirip dengan sekte Stoik dan Farisi adalah sekte paling populer saat itu. Dari sisi politik, orang-orang Farisi sendiri tidak bersimpati dengan gerakan-gerakan nasionalisme orang Yahudi, seperti gerakan kaum Zelot, dan mereka sendiri lebih rela jika mereka harus menuruti peraturan-peraturan orang Romawi selama orang-orang Yahudi diijinkan untuk melakukan kegiatan agama mereka.
Kehidupan politiknya
Ketika Josephus menjadi orang Farisi, keadaan kota Yerusalem dipenuhi dengan kemunculan partai-partai politik. Hal ini terlihat dengan banyaknya orang yang tampil sebagai penghasut atau pemimpin rakyat yang pandai berpidato serta kemunculan sekelompok orang yang bertindak atas nama revolusi. Menghadapi berbagai kerusuhan politik yang terjadi, gubernur-gubernur Romawi bereaksi dengan cepat dan bengis untuk meredam berbagai pemberontakan. Gubernur Yudea saat itu, Gessius Florus, memenjarakan beberapa imam orang Yahudi ke Roma.
Bersambung………