Saya sudah beriman, tapi mengapa tidak mendapat?

Posted on 23/12/2018 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/saya-sudah-beriman-tapi-mengapa-tidak-mendapat.jpg Saya sudah beriman, tapi mengapa tidak mendapat?

Pertanyaan ini telah menjadi pergumulan banyak orang. Mereka sudah beriman kepada Allah dalam doa mereka. Mereka bahkan bukan hanya meyakini bahwa Tuhan bisa, tetapi Tuhan akan dan pasti mengabulkan doa mereka. Bukankah Allah seharusnya memberikan apa yang mereka doakan? Mengapa terjadi sebaliknya? Apa yang salah?

Untuk memahami persoalan ini kita perlu mengetahui asumsi-asumsi di baliknya. Sebagian orang Kristen memiliki pemikiran yang keliru tentang iman dan kuasa Allah. Mereka beranggapan bahwa iman bisa menggerakkan Allah untuk melakukan apapun. Beberapa bahkan dengan lantang berkata: “Jika kita memiliki iman, Allah tidak memiliki pilihan”.

Pemikiran teologis di atas jelas menyimpang. Alkitab memang menegaskan pentingnya iman dalam doa. Tanpa iman, seseorang tidak akan mendapat apa-apa dari Allah (Yak. 1:6-8). Sebaliknya, siapa saja yang berdoa dengan iman akan mendapatkan jawaban (Mat. 21:22). Murid-murid pun sering ditegur oleh Tuhan Yesus karena tidak memiliki iman (Mat. 8:26). Ketika kita berdoa, kita harus yakin bahwa kita sudah mendapatkannya (Mrk. 11:24).

Walaupun demikian, teks-teks di atas tidak boleh dipahami secara sempit dan selektif. Alkitab yang sama juga mengajarkan bahwa jawaban doa bukan hanya ditentukan oleh iman. Ada aspek-aspek lain yang perlu dipikirkan dan diperhitungkan.

Pertama, rencana Allah yang lebih baik. Ibrani 11 memaparkan begitu banyak pahlawan iman. Menariknya, hampir semua tokoh ini memiliki pengalaman yang sama: mereka belum menikmati semua yang dijanjikan oleh Allah. Habel dibunuh oleh Kain. Abraham mati pada saat keturunannya masih bisa dihitung dengan jari. Begitu pula dengan tokoh-tokoh lain. Bahkan mulai ayat 35 kita menemukan tokoh-tokoh yang mati karena iman mereka. Ibrani 11:39 secara eksplisit mencatat: “Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik”. Mengapa ini bisa terjadi? Karena Allah sudah menyediakan yang lebih baik bagi mereka (11:35b, 40).

Contoh lain adalah Paulus yang memohon agar duri dalam dagingnya diangkat oleh Allah (2Kor. 12:7-10). Apa yang didoakan tidak berdosa. Dia juga pasti berdoa dengan iman (bdk. 12:12). Kenyataannya, Allah tidak mengabulkan apa yang didoakan. Di mata Allah, kelemahan itu justru baik bagi Paulus supaya dia belajar rendah hati dan bergantung pada kasih karunia Allah. Jadi, walaupun kita mengimani sesuatu, kita belum tentu mendapatkannya, karena hal itu bukan rencana Tuhan yang terbaik.

Kedua, permintaan kita yang tidak baik. Alkitab mengajarkan bahwa tidak semua orang memiliki permohonan doa yang benar. Yakobus mencatat tentang sebagian orang yang berdoa hanya untuk memuaskan hawa nafsu mereka (4:3). Rasul Yohanes dan Yakobus pernah meminta sesuatu yang mereka sendiri tidak pahami (Mat. 20:21-23). Jika yang kita minta ternyata tidak baik untuk kita, bagaimana Allah akan mengabulkannya, sedangkan Dia hanya bisa memberikan yang baik dan sempurna saja (Yak. 1:17)?

Ketiga, waktu Allah yang belum genap. Salah satu hal menarik yang dicatat dalam Alkitab adalah doa yang dipanjatkan oleh orang-orang kudus yang sudah berada di sorga (Why. 6:9-11). Mereka dalam keadaan tanpa dosa. Mereka juga pasti beriman kepada Allah secara lebih baik, karena mereka sudah melihat Allah muka dengan muka. Apa yang didoakan juga sesuatu yang baik, yaitu meminta Allah menunjukkan keadilan-Nya. Jawaban Tuhan? Mereka perlu menunggu beberapa saat lagi. Semua akan terjadi sesuai dengan rencana Allah, bukan sesuai dengan iman mereka. Ada waktu untuk segala sesuatu. Dan Allah yang memegang kendali atas itu. Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community