Dari berbagai kondisi yang disebutkan di atas, jadi apakah sebenarnya tujuan dari Daniel yang tidak mau menajiskan diri dengan makan dan minum hidangan raja Babel? Ada beberapa penafsiran mayoritas dalam memahami tindakan Daniel yang tidak mau menajiskan dirinya. Pertama, penolakan Daniel terhadap makanan raja Babel berhubungan dengan alasan hukum moral tentang esensi makanan itu. Daniel tidak mau melanggar hukum Musa tentang makanan halal dan tidak halal (bdg. Imamat 11; 17:10-14). Kedua, penolakan Daniel bukan sekadar keberatan pada hukum moral dari esensi makanan raja melainkan juga pada alasan ritual. Makanan yang dipersiapkan untuk raja biasanya dipersembahkan terlebih dahulu kepada para dewa sebelum disantap oleh raja (bdg. Kel. 34:15; Ul. 32:37-38; Kis 15:29; 21:25). Masalah ritual ini kadangkala juga berhubungan dengan ritual orang Yahudi mempersiapkan makanan, misalnya dalam hal ini cara memotong daging, memperlakukan darah binatang yang akan dipotong dll. Ketiga, Daniel penganut vegetarian (bdg. 10:3).
Namun yang harus dipikirkan dari 3 penafsiran mayoritas di atas adalah beberapa hal berikut:
- Jika memang yang menjadi inti permasalahan adalah ketidakmauan Daniel untuk melanggar hukum Musa tentang makanan haram dan tidak haram, mengapa Daniel juga menolak minum anggur yang tidak termasuk dalam daftar hukum Musa tentang haram dan tidak haram?
- Apakah semua makanan raja, utamanya daging, pasti merupakan jenis daging haram yang dilarang dalam hukum Musa? Apakah tidak ada daging-daging tidak haram dalam hidangan raja?
- Jika memang karena alasan daging haram dan tidak haram berdasarkan hukum Musa, mengapa Daniel men-generalisasi semua daging tidak dia makan? Bukankah dia seharusnya memilih-milih daging?
- Apakah sayur dan air yang diminta Daniel untuk menjadi makanan utamanya (1:11-12) bukan merupakan bagian makanan raja?
- Jika Daniel adalah penganut vegetarian, bagaimana memahami Daniel 10:2-3?
Dari beberapa pemikiran di atas, dapatlah disimpulkan bahwa inti ‘kenajisan’ yang ditolak oleh Daniel (dan kawan-kawannya) bukan terletak pada makanannya, tetapi ada alasan lain di baliknya. Jika Alkitab ingin menekankan kenajisan itu intinya pada makanannya, sebenarnya itu bukan masalah karena beberapa bagian Alkitab lainnya memberi contoh klaim tersebut, misalnya di Hosea 9:3 dan Yeh. 4:13. Namun penulis kitab Daniel tidak menekankan klain makanan najis itu.
Bersambung…………