(Lanjutan tgl 18 Oktober 2020)
Tidak adanya informasi dari penulis kitab Tawarikh bukan berarti apa yang dituliskan penulis kitab Samuel salah; justru tidak adanya informasi tersebut memberikan petunjuk penting tentang apa yang terjadi. Seperti yang pernah disampaikan di beberapa edisi sebelumnya, ketika Daud dan orang-orangnya datang hendak merebut kubu pertahanan Zion, penduduk Yebus yang mendiami Yerusalem merasa gentar dengan kedatangan mereka. Kegentaran itu berkaitan dengan penaklukan yang dilakukan oleh Daud atas kota-kota sekitar Yerusalem. Tidak heran jika kemudian penduduk Yebus memikirkan taktik yang lain untuk menghadapi Daud dan orang-orangnya, yaitu dengan meminjam ritual yang biasa dilakukan orang-orang Het menghadapi peperangan. Penduduk Yebus menempatkan orang-orang buta dan timpang di barisan awal peperangan untuk menakut-nakuti Daud dan orang-orangnya akan semacam kutukan jika sampai mereka melawan penduduk dan memasuki pintu kota penduduk Yebus, maka mereka akan menjadi buta dan timpang seperti orang-orang itu. Apakah orang-orang buta dan timpang itu hanya ada di sana, berdiri tanpa berbuat apa-apa? Setidaknya penjelasan Josephus (sudah diterbitkan di beberapa edisi sebelumnya) memberi gambaran apa yang dilakukan orang-orang buta dan timpang itu. Menurut Josephus, penduduk Yebus menutup pintu gerbang kota mereka, menempatkan orang-orang buta, timpang dan orang-orang cacat lainnya menutupi dinding kota Yerusalem. Tujuannya adalah menghalangi Daud ke pintu masuk kota Yerusalem. Dalam kondisi seperti inilah Daud memberikan perintah: ‘Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu’ (versi Samuel) dan ‘Siapa lebih dahulu memukul kalah orang Yebus, ia akan menjadi kepala dan pemimpin’ (versi Tawarikh). Dalam versi Samuel kalimatnya ditambah dengan ‘hati Daud benci kepada orang-orang buta dan timpang itu’ sehingga menjadi: ‘Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air ; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta.’ Dari sinilah jika membayangkan situasi peperangan Daud melawan penduduk Yebus dan versi cerita yang disampaikan penulis Tawarikh, maka adalah lebih masuk akal jika perintah Daud kepada orang-orangnya dipahami sebagai berikut: Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia menyerang orang-orang timpang dan orang-orang buta yang ‘membenci atau dibenci’ Daud. Penjelasan ini akan menjadi masuk akal untuk dipahami jika kita telah mengetahui bahwa orang-orang timpang dan orang-orang buta itu justru menjadi musuh di garis depan untuk membuka pintu masuk ke kota Yerusalem dan mengalahkan orang Yebus. Entah apa yang dilakukan mereka untuk menghalang-halangi Daud dan pasukannya untuk masuk ke pintu kota Yerusalem, entah dengan menyampaikan semacam kutukan ataupun bentuk gangguan lainnya. Intinya, keberadaan mereka berfungsi untuk menjadi penghalang Daud dan orang-orangnya memasuki pintu kota Yerusalem.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mereka menaklukkan penduduk Yebus? Dengan w’yigga batsinnor (LAI: masuk melalui saluran air itu). Jika kita menafsirkan media yang dipakai untuk masuk kota Yerusalem melalui saluran air, maka kita tidak akan menemukan hubungan antara ‘masuk saluran air’ dan ‘kebencian Daud terhadap orang-orang buta dan timpang atau sebaliknya’. Justru dengan menafsirkan bahwa w’yigga batsinnor adalah cara yang dipakai untuk menyerang orang-orang timpang dan buta itu secara literal atau semacam ungkapan yang menyiratkan cara, maka penafsiran ini menjadi semakin jelas. Mengapa demikian? Kata Ibrani w’yigga berasal dari akar kata ‘gn yang tidak dapat dikombinasikan dengan kata tsinnor. Seringkali kombinasi 2 kata itu diartikan semacam kata kerja ‘mendaki, menembus, menyerang’ padahal kata w’yigga (‘gn) secara literal atau secara figuratif justru memiliki arti yang bernuansa ‘menyentuh, menjangkau atau menuju ke’. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Daud memerintahkan orang-orangnya : Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, hendakah ia ‘menjangkau’ orang-orang buta dan timpang itu batsinnor. Kata batsinnor terdiri dari kata depan b’, artikel ha dan kata benda tsinnor. Kata depan b’ bisa diartikan ‘pada, di, melalui, dengan atau antara’. Ada indikasi bahwa perintah Daud untuk mengalahkan orang Yebus harus dilakukan dengan cara membawa sesuatu atau dengan sesuatu cara, yang penting tujuannya adalah mengalahkan orang-orang buta dan timpang itu terlebih dahulu.
Bersambung……………