Hasil penggalian Warren ini banyak mempengaruhi berbagai terjemahan Alkitab bahasa Inggris abad XX-XXI yang menerjemahkan tsinnor dengan ‘water shaft’ (RSV, ISV, NIV, NRSV) atau ‘water supply‘ (Lexham English Bible). Namun, apakah dengan penemuan yang dilakukan Warren ini akan benar-benar membantu memahami 2 Sam. 5:8? Tidak juga, karena penemuan arkeologi bukan menjadi penentu akhir memahami ayat; kadang-kadang penemuan arkeologi hanya membantu memahami teks. Untuk kali ini, penemuan arkeologi Warren sangat membantu untuk mengerti bagaimana pergeseran arti kata terjadi dalam proses terjemahan Alkitab berbahasa Inggris, tetapi tetap tidak dapat menjelaskan makna yang dimaksud dalam ucapan raja Daud saat mengalahkan penduduk Yebus.
Mari kita juga melihat bagaimana terjemahan awal-awal menerjemahkan kata tsinnor ini.
Septuaginta : pisau belati
Terjemahan Aquila : anak sungai
Terjemahan Symmachus: dinding bermenara
Targum Aram : benteng (secara keseluruhan)
Peshitta : benteng atau tempat perlindungan
Latin Vulgata : saluran (air)
Berbagai artikel ditulis untuk menentukan arti dari kata tsinnor yang hanya muncul 2 kali di Perjanjian Lama ini. Kemunculannya yang sangat minim inilah yang menimbulkan banyaknya penafsiran. Jika kata tsinnor ini dipahami dalam konteks Maz. 42:7, maka menghubungkan tsinnor dengan sesuatu yang berhubungan dengan dengan air memanglah tepat karena konteks yang dipakai memanglah lautan. Ketika tsinnor ini juga dihubungkan dalam konteks perang merebutkan kota Yerusalem melawan penduduk Yebus, maka menghubungkannya dengan saluran air memang tepat karena tidak mungkin kali ini tsinnor berarti air yang berhubungan dengan lautan. Yerusalem sangat jauh dari lautan tapi Yerusalem memiliki saluran air. Namun ketika kemunculan tsinnor dalam arti saluran air di Yerusalem dihubungkan dengan kebencian Daud terhadap orang-orang buta dan orang-orang timpang, maka arti inilah yang menimbilkan banyak perdebatan. Untuk mencari hubungan itulah maka sejak awal abad 19 kata tsinnor didekati dari sisi filologis-nya (ilmu bahasanya), utamanya menemukan paralelismenya dengan rumpun bahasa yang sama, yaitu rumpun Semitik, misalnya bahasa Arab dan Aram. Kemunculan 2 kali kata tsinnor di 2 Sam. 5: serta di Maz. 42:7 dan kemunculan akar kata yang sama di Zak. 4:12 dalam bentuk tsanterot, mengindikasikan bahwa kita sedang berhadapan dengan rumpun Semitik yang tua. Dari kata snwr dalam bahasa Arab, muncul penafsiran jika tsinnor artinya adalah ‘ruas atau rongga di leher’ sehingga konteks arti yang muncul adalah Daud tidak bermaksud membunuh penduduk Yebus tetapi dia hanya ingin melumpuhkan mereka dengan cara ‘ memukul mereka di bagian rongga leher’. Ada juga yang melihat dari sisi yang lain. Istilah Arab, sinnarah dipakai dalam arti pengait atau pengait ikan. Pengait ini biasa dipakai untuk menjadi semacam senjata dan bisa juga dipakai untuk mendaki dinding. Arti pertama dipakai semacam senjata untuk menyerang penduduk Yebus. New English Bible mengadopsi arti ini dengan menerjemahkannya ‘let him use his grappling-iron to reach the lame and the blind’. Ada yang mengartikan tsinnor dengan anggota tubuh yang mirip bentuknya dengan pipa saluran, seperti leher, tenggorokan bahkan alat kelamin pria (dan wanita); ada pula yang mengartikannya dengan semacam tongkat pemukul.
Tumpukan tawaran penafsiran terhadap kata tsinnor ini menjadi kunci dari apa yang diperintahkan Daud terhadap penduduk Yebus yang menggiringnya pada larangan orang-orang buta-buta dan orang-orang-orang lumpuh tidak boleh masuk ke kota/bait Allah (ini juga merupakan area penafsiran lainnya).