
Sebagai orang Kristen kita seringkali menghadapi situasi seperti dalam pertanyaan di atas. Kita berada dalam sebuah keluarga besar yang masih memegang teguh warisan budaya leluhur. Banyak di antara tradisi tersebut bertabrakan dengan firman Tuhan, misalnya mendoakan orang yang sudah mati atau membakar barang-barang tertentu sebagai persiapan bagi almarhum(ah) untuk menjalani kehidupan selanjutnya.
Bagaimana kita seharusnya menyikapi hal ini? Bolehkan kita mengikuti semua prosesi tersebut hanya sekadar sebagai bentuk penghormatan?
Sebagian orang Kristen memilih untuk menolak semua ritual tersebut. Mereka menganggap semua partisipasi sebagai bentuk kompromi. Mengatasnamakan kebenaran, mereka benar-benar menarik diri dari semua ritual.
Sebagian yang lain memilih untuk mengikuti semua acara. Beberapa yang bertentangan dengan Alkitab juga dilakukan. Bagi mereka, apa yang dilakukan hanyalah sekadar bentuk penghargaan. Selama mereka tidak meyakini filosofi di baliknya, mereka menganggap hal-hal itu sah-sah saja.
Sikap terbaik adalah menunjukkan posisi teologis yang jelas dan penghargaan sosial yang kental. Sebagai orang percaya kita perlu mengungkapkan keyakinan kita secara transparan. Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Jangan sampai kita menyampaikan pesan yang keliru tentang kekristenan melalui sikap kita.
Menunjukkan posisi teologis adalah satu hal. Menunjukkan penghargaan sosial adalah hal yang berbeda. Keduanya harus ada. Untuk hal-hal tertentu yang baik – misalnya mengumpulkan keluarga besar dan menyambut mereka dengan baik - kita harus melakukannya lebih giat daripada anggota keluarga yang lain. Untuk hal-hal yang netral – misalnya membeli tanah makam, menyiapkan foto, - kita juga seharusnya melakukan semua itu dengan semangat. Jika kita sudah melakukan hal-hal ini dengan luar biasa, keluarga lain yang non-Kristen akan lebih bisa menghargai keputusan kita ketika kita tidak mau menjalankan ritual-ritual yang lain.
Di atas segalanya, kita tidak boleh berselisih hanya gara-gara perbedaan-perbedaan yang masih ada. Ketidaksetujuan tidak selalu harus diungkapkan dengan bentuk perselisihan. Kekeluargaan tetap perlu dijaga. Jangan sampai kekristenan dicela karena sikap kita yang dianggap arogan. Soli Deo Gloria.