Pembagian Pentateukh
Pembagian Pentateukh menjadi 5 bagian sudah dikenal pada masa Yosephus (37-100 M) _ ‘Our books, those which are justly accredited, are but two and twenty, and contain the record of all time. Of these, five are the books of Moses’ dan Philo (20 SM-50 M) _ ‘The first of the five books in which the holy laws are written bears the name and inscription Genesis.’ Namun pada umumnya penanggalan pembagian Pentateukh menjadi 5 bagian lebih awal dari umur Septuaginta (abad ke-3 SM). Kemungkinan pembagian itu terjadi sekitar abad ke-4 SM karena Septuaginta sudah terbiasa dengan pembagian itu.
Jika dalam naskah aslinya Pentateukh merupakan satu kitab, mengapa kitab tersebut sekarang telah dibagi menjadi lima bagian? Ada beberapa alasan yang kemungkinan menjadi bahan pertimbangan tentang pembagian tersebut, termasuk mengapa dibagi menjadi 5 bagian (bukan 4 atau angka lainnya).
Dari sisi efisiensi: pembagian tersebut disebabkan karena panjangnya naskah tersebut. Setidaknya dengan pembagian tersebut lebih memudahkan penggunaannya bagi perseorangan ataupun dalam ibadah publik. Jika Pentateukh tetap dibiarkan dalam bentuk aslinya, panjangnya mencapai 33 meter (bayangkan, jika seseorang harus membawa Torah yang terbuat dari gulungan kulit (perkamen) sepanjang 33 m setiap kali mau beribadah).
Dari sisi sarana untuk menulis: kemungkinan 1 gulungan kulit (yang menjadi ‘kertas’nya pada masa itu) hanya mampu memuat 1/5 dari keseluruhan Pentateukh.
Dari sisi tema: pembagian tersebut mungkin karena memang sesuai dengan literaturnya. Masing-masing kitab dimulai dengan sebuah tema baru (bdg. tema utama kitab Pentateukh) yang menjadi benang merah untuk mengikat tema keseluruhan Pentateukh.
Pembagian Pentateukh menjadi 5 kitab juga diikuti oleh 2 kitab lainnya yang merepresentasikan keaslian ke-Yahudi-annya. Sering ditekankan bahwa Injil Matius (dengan nafas ke-Yahudi-annya begitu kental) yang memuat 5 percakapan Yesus, yang masing-masing diakhiri dengan formula pernyataan yang sama, yaitu “dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini…” (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1), mengikuti model pembagian dalam Pentateukh. Begitu juga yang terjadi pada kitab Mazmur dengan 5 bukunya (Buku I: pasal 1-41; Buku II: pasal 42-72; Buku III: pasal 73-89; Buku IV: pasal 90-106; Buku V: pasal 107-150). Pembagian Mazmur menjadi 5 bagian ini kemungkinan juga merupakan tindakan mengikuti pola pembagian Pentateukh.
Keutamaan angka 5 menjadi semakin dilebih-lebihkan oleh beberapa sarjana, misalnya Jerome, dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa Paulus dalam 1 Korintus 14:19 “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh “ sedang merujuk pada pembagian kelima kitab Musa tersebut.