Apakah maksud perintah Tuhan Yesus di Lukas 16:9?

Posted on 05/01/2014 | In QnA | Ditulis oleh Admin | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/ Apakah maksud perintah Tuhan Yesus di Lukas 16:9?

Teks ini termasuk salah satu ayat yang membingungkan banyak orang. Ikatlah persahabatan dengan menggunakan Mamon yang tidak jujur? Inti persoalan pasti bukan terletak pada membangun sebuah persahabatan. Kita harus mengasihi semua orang. Namun, apakah maksud ‘mamon yang tidak jujur’ di bagian ini? Apakah itu berarti bahwa kita diizinkan memanfaatkan uang atau kekayaan yang dihasilkan dari cara-cara yang tidak benar?

Kesulitan di atas akan sirna apabila kita memperhatikan konteks Lukas 16:1-14 dengan teliti. Teks ini terdiri dari tiga bagian: perumpamaan (ayat 1-8), aplikasi (ayat 9-13), keterangan tentang pendengar (ayat 14). Tiga bagian ini saling menjelaskan satu dengan lainnya.

Yang dipuji Tuhan Yesus dari hamba yang tidak jujur bukanlah kecurangannya dia, melainkan kecerdikannya untuk mempersiapkan masa depan setelah ia nanti dipecat oleh tuannya. Ia menjalin persahabatan dengan cara bermurah hati kepada banyak orang. Motivasi dalam tindakannya memang salah, tetapi kecerdikannya patut disimak.

Begitu pula seharusnya dalam kehidupan orang Kristen. Kita seringkali justru kalah cerdik dengan orang-orang dunia dalam hal penggunaan materi. Kekayaan yang kita miliki adalah ‘perkara-perkara kecil’ (ayat 10). Harta kita bukanlah ‘harta yang sesungguhnya’ (ayat 11). Kalau mengurus harta duniawi yang sementara saja kita tidak bisa dipercaya, bagaimana kita bisa dipercayakan harta yang sesungguhnya yang bersifat rohani dan kekal?

Penjelasan di atas tidak berarti bahwa keselamatan rohani ditentukan oleh penggunaan uang untuk amal. Poin yang ingin diajarkan adalah: “kegagalan kita dalam menggunakan uang merupakan bukti bahwa kita bukan mengabdi kepada Allah, tetapi kepada Mamon” (ayat 12). Kita tidak berbeda dengan orang-orang Farisi yang secara hakekat adalah hamba uang (ayat 13). Ketidakmauan kita berbagi harta kepada orang lain merupakan indikasi tentang kerohanian kita. Walaupun orang-orang Farisi berusaha menutupi keadaan rohani mereka yang sebenarnya dengan berbagai ritual dan praktek keagamaan, kegagalan mereka dalam menyikapi uang merupakan bukti tak terbantahkan bagi kerohanian mereka yang sebenarnya.

Pendeknya, mamon yang tidak jujur di ayat 9 sebaiknya dipahami sebagai amon yang tidak sesungguhnya. Semua harta duniawi adalah bukan harta yang sejati. Sekalipun demikian, kita tetap harus menggunakannya untuk menghasilkan nilai-nilai kekal. Bagaimana caranya? Dengan berbagi kepada sesama (mengikat persahabatan dengan orang lain). Mari kita belajar memberi lebih banyak untuk pekerjaan Tuhan dan orang lain, serta mulai berhemat untuk diri kita sendiri!

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Admin

Reformed Exodus Community