Hampir setiap tahun kita ditawarkan film-film horor. Pecinta film ini tampaknya tidak pernah surut. Berbagai judul mendapat tempat di hati penonton sehingga dibuatkan kelanjutannya (sequel). Tidak jarang beberapa film lama dibuatkan versi terbaru lagi.
Situasi ini memancing beragam respons dari orang-orang Kristen. Ada yang menyambut gembira dan menjadi penonton setia. Ada yang tidak peduli sama sekali. Ada pula yang sangat menentang.
Mereka yang melarang orang-orang Kristen menonton film-film horor pada umumnya menyodorkan beberapa alasan. Yang paling populer adalah “Saya tidak akan membiarkan diri saya dihibur oleh kuasa kegelapan”. Wajar apabila orang berkata seperti itu. Film adalah sebuah hiburan. Film horor menceritakan tindakan-tindakan supranatural yang dilakukan oleh roh-roh jahat. Untuk apa dihibur oleh hal-hal seperti ini?
Alasan lain berkaitan dengan dampak setelah menonton. Sebagian orang mengalami ketakutan pada saat dan sesudah menonton film horor. Ketakutan ini kadangkala bisa berlangsung berhari-hari, bahkan menyebabkan trauma ketakutan tertentu. Untuk apa menonton sesuatu yang tidak membawa manfaat positif seperti ini?
Alasan terakhir adalah ajaran-ajaran keliru yang dimasukkan ke dalam film horor. Seperti yang kita sering lihat, metode pengusiran roh-roh jahat yang ditampilkan bersifat sangat mistis dan tidak Alkitabiah, seperti mengusir menggunakan salib, air suci, atau benda-benda lain. Film horor juga tidak jarang berisi pembunuhan yang kejam dan sadis. Hal-hal ini berpotensi memberikan konsep yang buruk bagi para penonton. Untuk apa menghabiskan uang dan waktu untuk memperoleh ajaran-ajaran yang keliru?
Pandangan di atas sekilas tampak solid. Tidak ada manfaat positif dari film horor. Apa yang tidak membangun perlu untuk dihindari (1Kor. 6:12). Ketakutan bukan karakteristik orang Kristen (1Yoh. 4:18).
Benarkah demikian? Benarkah orang Kristen tidak boleh menonton film horor? Tidak juga!
Pada dirinya sendiri melihat perbuatan roh-roh jahat adalah tidak berdosa. Beberapa bagian kitab Injil mengisahkan tindakan roh-roh jahat terhadap manusia. Orang gila dan kerasukan roh jahat yang tidak bisa dirantai (Luk. 8:29). Alkitab juga menuliskan beberapa kisah yang tergolong sadis, misalnya mutilasi di Gibea atas gundik seorang Lewi (Hak. 19). Apakah kita berdosa pada saat membaca kisah-kisah ini? Tentu tidak, bukan?
Dalam kasus-kasus seperti ini, kita sebaiknya lebih menyoroti motivasi dan dampak dari suatu tindakan. Apabila kita menonton untuk tujuan yang baik – misalnya mengamati tipu daya Iblis atau mengetahui opini populer tentang roh-roh jahat – tindakan itu justru sesuatu yang baik. Jika tidak ada orang Kristen yang menonton dan menyediakan ulasan yang baik, banyak orang justru akan menonton film-film itu tanpa saringan yang baik pula. Mereka akan menelan semua yang ditawarkan dalam film-film itu.
Kita juga dapat mengutip atau mengambil beberapa bagian dari film horor tersebut sebagai jembatan untuk memberitakan kebenaran Kristiani. Ada beragam isu dan topik menarik yang disentuh dalam sebuah film, misalnya perlindungan kesendirian, keamanan, dsb. Semua ini merupakan pergumulan riil bagi banyak orang. Orang-orang Kristen perlu menonton dan menawarkan persepsi yang lebih baik terhadap isu atau topik tersebut.
Apabila seorang Kristen menonton hanya untuk hiburan, tanpa saringan, dan mengalami ketakutan, orang itu patut memikirkan kembali hobinya. Tidak ada manfaat positif sama sekali. Jadi, setiap orang sebaiknya memikirkan nasihat Paulus: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang baik, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31). Soli Deo Gloria.
Catatan: untuk ulasan lengkap tentang topik ini silakan menonton video saya di UK Petra.