Apakah Boleh Bertaruh Untuk Sekadar Hiburan?

Posted on 21/07/2019 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/Apakah-Boleh-Bertaruh-Untuk-Sekadar-Hiburan.jpg Apakah Boleh Bertaruh Untuk Sekadar Hiburan?

Perjudian dilakukan dengan beragam motivasi. Ada yang ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Ada yang membutuhkan komunitas atau prestise tertentu. Ada yang kecanduan. Ada pula yang melakukannya hanya sekadar untuk kesenangan (for fun). 

Mungkin hampir semua orang Kristen akan menyetujui bahwa perjudian adalah suatu tindakan yang tidak boleh dilakukan, terutama untuk keuntungan, prestise, dan kecanduan. Alkitab menentang cinta harta atau memperoleh keuntungan dengan cara-cara yang cepat dan tidak benar (1Tim. 6:10; Ams. 13:11; 23:5; Pkt. 5:10). Alkitab juga mengajarkan tentang pengendalian diri (Gal. 5:22-23); suatu kebajikan yang bertabrakan dengan keserakahan dan pengendalian diri yang sering terjadi dalam perjudian.

Walaupun demikian, masih ada pertanyaan seputar perjudian yang seringkali digumulkan oleh banyak orang Kristen. Salah satunya adalah perjudian untuk hiburan. Banyak jodoh yang mungkin bisa dimasukkan dalam kategori ini. Bertaruh membelikan minuman atau makanan dengan teman kalau kalah dalam suatu pertandingan. Bertaruh dalam sebuah tempat permainan untuk mendapatkan hadiah tertentu. Masih banyak jenis lain yang layak dikategorikan sebagai pertaruhan untuk hiburan.

Apa kata Alkitab tentang hal ini? Bolehkah kita terlibat dalam permainan seperti ini? Ada beberapa poin yang perlu dipertimbangkan sebelum kita mengambil sikap terhadap hal ini.

Pertama, pada dirinya sendiri mengeluarkan uang untuk kesenangan bukanlah hal yang salah. Allah tidak melarang kita untuk menikmati hasil jerih-lelah kita (Pkt. 2:23-24) atau pemberian Allah (1Tim. 4:4-5). Bukankah kita juga mengeluarkan uang untuk menikmati liburan, hobi, dan barang? Pada dirinya sendiri hal-hal seperti ini tidak keliru.

Kedua, unsur ketidakpastian dalam pertaruhan juga pada dirinya sendiri tidak dapat disalahkan. Ada banyak kegiatan sehari-hari yang melibatkan keberuntungan (ketidakpastian). Misalnya, hampir semua bisnis tidak memiliki peluang keberhasilan 100%. Kita juga tidak mampu memastikan hasil dari banyak hal yang kita lakukan.

Jika demikian, apakah pertaruhan untuk kesenangan selalu dibenarkan? Tidak juga. Ada beberapa pertimbangan lain yang patut dipikirkan pula.

Pertama, hati nurani orang lain. Alkitab mengajarkan bahwa etika Kristiani bukan hanya masalah benar atau salah, tetapi juga membangun orang lain atau tidak (1Kor. 6:12; 8:13; 10:23). Jangan sampai yang kita lakukan menyebabkan syak dalam diri saudara seiman yang lemah (1Kor. 10:32-33; Rm. 15:1-2).

Kedua, penatalayanan materi. Apa yang Tuhan berikan harus dikelola dengan baik. Kita akan memberi pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang kita peroleh dan gunakan. Seandainya pertaruhan hiburan ini merampas apa yang seharusnya diberikan pada orang lain atau untuk kebutuhan yang lain, perbuatan tersebut akan menjadi keliru. Tentu tidak adil apabila seseorang menghabiskan 500 ribu untuk pertaruhan hiburan sementara dia tidak pernah memberikan bantuan kepada janda, anak yatim-piatu, orang miskin, atau pekerjaan Tuhan lainnya. Tentu tidak adil apabila dia melupakan kebutuhan utama dalam keluarganya. Dengan kata lain, uang yang dipertaruhkan seharusnya diambil dari jatah “leissure money” (uang untuk kesenangan), bukan dari jatah kebutuhan maupun pelayanan.

Ketiga, sikap hati yang tepat. Jika pertaruhan ini memang sekadar hiburan, orang yang terlibat di dalamnya tidak perlu marah atau merasa kepahitan pada waktu mengalami kekalahan. Anggap saja memang dari semula sudah siap untuk kehilangan. Anggap saja bahwa kekalahan adalah pemberian untuk orang lain. Sikap sportif dan sukacita perlu dijaga dalam permainan seperti ini.

Hal terakhir adalah pengendalian diri. Sesuatu yang diizinkan bisa menjadi salah apabila sudah menjadi kecanduan (1Kor. 6:12). Entah menang atau kalah, kita tidak boleh terikat dengan permainan seperti ini. Jika kita merasa tergoda terus untuk mengulangi hal ini, kita perlu waspada. Jika kita selalu melakukan hal ini, kita sudah terbelenggu dengan kebiasaan ini. Hal itu jelas keliru.

Jadi, walaupun pada dirinya sendiri pertaruhan hiburan memang tidak dilarang, ada beragam alasan untuk mewaspadai praktek ini. Ada batasan yang tidak boleh dilampaui. Ada opsi lain yang lebih baik untuk menggunakan berkat Tuhan. Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community