Salah satu karakteristik Teologi Reformed tertuang dalam rumusan TULIP (Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistible Grace, Perseverance of the Saints). Pada poin “L” (Penebusan Terbatas) diajarkan bahwa Kristus hanya menebus orang-orang pilihan. Yang terbatas bukan kuasa penebusan, melainkan jangkauan penebusan. Ketika Kristus mati di atas kayu salib, Dia tidak berharap-harap cemas tentang siapa yang akan mendapatkan manfaatkan dari penebusan-Nya. Dia tahu persis untuk siapa Dia mati.
Doktrin di atas sekilas tampaknya bertabrakan dengan 2 Petrus 2:1 yang berbunyi: “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.” Pokok persoalan terdapat pada bagian: “mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka,” yang menyiratkan seolah-olah guru-guru palsu di sini sudah ditebus oleh Kristus tetapi kemudian kehilangan keselamatan mereka. Dalam ungkapan yang lain, teks ini menimbulkan kesan bahwa ada orang-orang tertentu yang akhirnya binasa, tetapi mereka dulu sempat ditebus oleh Kristus. Beberapa orang Arminian bahkan mengklaim ayat ini sebagai teks yang paling jelas mengajarkan penebusan universal.
Benarkah ayat ini bertentangan dengan doktrin penebusan terbatas yang dipercayai oleh orang-orang Reformed? Sama sekali tidak! Penjelasan berikut ini menunjukkan bahwa penebusan yang dimaksud di sini tidak berhubungan dengan penebusan Kristus di atas kayu salib yang bersifat menyelamatkan.
Pertama, kata kerja “menebus” (agorazÅ) muncul 30 kali dalam Perjanjian Baru. Mayoritas pemunculan ini merujuk pada pembelian biasa, baik tanah (Mat. 13:44; 27:7), mutiara (Mat. 13:46), makanan (Mat. 14:15), dagangan lain (Mat. 21:12), minyak (Mat. 25:9-10), dsb. Ide yang terkandung di dalamnya juga tidak selalu berkaitan dengan penebusan. Hanya ada 5 kali pemunculan kata agorazÅ yang benar-benar merujuk pada penebusan Kristus. Itupun selalu diberi tambahan “dengan harga” (1Kor. 6:20; 7:23) atau “dengan darah” (Why. 5:9). Ketika agorazÅ muncul tanpa keterangan apa-apa (Why. 14:3), konteksnya secara jelas mengarahkan pada penebusan Kristus (Why. 14:4). Dalam 2 Petrus 2:1 tidak ada tambahan “dengan harga” atau “dengan darah,” sehingga membuka kemungkinan bahwa penebusan di situ tidak berhubungan dengan penebusan Kristus.
Kedua, Petrus sengaja tidak mencamtumkan nama “Yesus Kristus” atau “Tuhan,” padahal dia menggunakan sebutan “Yesus Kristus” sebanyak 8 kali dalam suratnya (1:1 [2x], 8, 11, 14, 16; 2:20; 3:18) dan sebutan “Tuhan” sebanyak 13 kali (1:1, 2, 8, 11, 14, 16; 2:9, 20; 3:2, 8, 9, 10, 15, 18). Sebaliknya, dia menggunakan sebutan “Penguasa” (despotÄ“s) yang biasanya merujuk pada Allah (Bapa, Luk. 2:29; 4:24; Why. 6:10) atau tuan atas hamba (1Tim. 6:1, 2; 2Tim. 2:21; Tit. 2:9; 1Pet. 2:18).
Satu-satunya pemunculan despotÄ“s yang merujuk pada Yesus Kristus mungkin adalah Yudas 4b “Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” Konteks pembicaraan di sini juga mirip dengan 2 Petrus 2:1, yaitu tentang guru-guru palsu. Kata “menyangkali” (arneomai) juga muncul di dua teks ini. Dua teks ini sama-sama menyiratkan bahwa guru-guru palsu tersebut berasal dari komunitas Kristiani. Secara umum mayoritas teolog juga mengakui ada keterkaitan yang erat antara surat 2 Petrus dan Yudas. Yang satu perlu ditafsirkan dalam terang satunya.
Semua kemiripan di atas tidak membuktikan bahwa guru-guru palsu yang telah ditebus oleh Penguasa di 2 Petrus 2:1 adalah orang-orang Kristen sejati. Yang benar justru sebaliknya. Jika surat 2 Petrus dan Yudas sangat berkaitan, kita patut menanyakan mengapa penulis 2 Petrus tidak menggunakan sebutan yang lebih spesifik untuk merujuk pada penebusan Kristus? Mengapa dia hanya menggunakan sebutan “Penguasa” tapi tanpa “Tuhan” atau “Yesus Kristus” seperti di surat Yudas? Lebih jauh, kita juga patut memperhatikan frasa “yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus” di Yudas 4. Dengan penuh kecermatan, penulis surat Yudas menggunakan kata ganti “kita,” seolah-olah dia sedang membedakan dirinya dan penerima surat dengan para guru palsu yang menyangkali Yesus Kristus. Jadi, jika kedekatan antara 2 Petrus dan Yudas diterima, kita mendapatkan tambahan dukungan untuk menafsirkan penebusan di 2 Petrus 2:1 bukan sebagai rujukan pada penebusan Kristus.
Ketiga, penebusan oleh Penguasa di 2 Petrus 2:1 sangat mungkin merujuk pada karya atau kasih karunia Allah tertentu, tetapi yang tidak berkaitan dengan keselamatan. Petrus mungkin memikirkan kelepasan yang pernah dialami oleh guru-guru palsu itu dari keduniawian (2Pet. 2:20 “Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula”). Mereka sempat tertarik dengan ajaran Kristiani sehingga mengambil keputusan untuk meninggalkan gaya hidup yang lama. Sayangnya, iman mereka yang tidak sungguh-sungguh membuat mereka kembali pada keduniawian. Senada dengan hal ini, Yudas juga mengatakan bahwa guru-guru palsu telah menyalahgunakan kasih karunia Allah (Yud. 4). Situasi mereka mirip dengan orang-orang di Ibrani 6:4-8 yang sempat menikmati pengalaman-pengalaman rohani tertentu dari Allah, tetapi semua kasih karunia itu tidak mengandung keselamatan (Ibr. 6:9 “Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan”).
Keempat, keberadaan guru-guru palsu di 2 Petrus 2:1 harus disejajarkan dengan nabi-nabi palsu di Perjanjian Lama (ayat 1a “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu”). Secara lebih khusus, Petrus mungkin sedang memikirkan penebusan bangsa Israel dari Mesir oleh TUHAN (bdk. Kel. 15:16; Ul. 32:6). Semua bangsa Israel ditebus (lit. “diperoleh”) oleh TUHAN, tetapi tidak semua adalah umat Israel yang sejati (bdk. Rm. 9:6b “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel”). Banyak di antara mereka yang lebih mencintai dewa-dewa Mesir daripada YHWH. Beberapa orang Israel dahulu malah menjadi nabi-nabi palsu yang menyesatkan umat Allah. Jadi, konsep penebusan oleh Penguasa di 2 Pterus 2:1 harus dipahami secara lebih umum.
Kelima, Petrus sendiri meyakini bahwa guru-guru palsu tidak pernah mengalami perubahan yang radikal. Radikal berarti smapai ke akarnya. Di mata Petrus, guru-guru palsu hanya mengalami perubahan di luar. Di akhir pembahasan di pasal 2 ini, dia berkata: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya” (ayat 20). Artinya, sejak dahulu guru-guru palsu ini tidak pernah berubah menjadi domba. Secara natur mereka tidak mengalami transformasi. Hanya perubahan tingkah laku sesaat, tetapi bukan perubahan radikal.
Dari semua penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa 2 Petrus 2:1 sama sekali tidak bertabrakan dengan doktrin Penebusan Terbatas. Kristus tidak pernah menebus guru-guru palsu di sana. Jika mereka telah ditebus oleh Kristus, tentu saja Kristus akan menjaga mereka sampai pada akhirnya. Mereka pasti memperoleh kehidupan kekal dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas mereka dari tangan Bapa (Yoh. 10:28-29). Soli Deo Gloria.