Kisah tentang mabuknya Nuh, tokoh besar pada saat munculnya air bah, banyak menimbulkan pertanyaan yang perlu dijawab. Pertama, mengapa orang sebesar Nuh melakukan tindakan amoral tersebut? Setelah Allah melihat umat ciptaannya banyak berbuat dosa, mendukakan hatinya dan Allah bahkan berniat untuk menghancurkan manusia (Kej. 6:1-7), muncul pernyataan narasi tentang pribadi Nuh (ay. 8-9):
Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Dengan pernyataan tersebut apakah mungkin seorang tokoh seperti Nuh akan mabuk?
Kedua, apakah yang sebenarnya dilakukan oleh Ham terhadap Nuh sehingga membuat Nuh mengutuk Kanaan, keturunan Ham? Dan yang ketiga, ketika Nuh harus mengutuk keturunan Ham, mengapa yang dikutuk adalah Kanaan, padahal Ham memiliki beberapa keturunan lainnya? Kej. 10:6 menyatakan Ham memiliki anak-anak: Kush, Misraim, Put dan Kanaan. Tapi mengapa keturunan Kanaan yang dikutuk Nuh?
Banyak pertanyaan yang saling tekait dengan tema ini dan kita akan berusaha memahaminya satu per satu.
Memahami Kejadian 9
Sebelum memahami pertanyaan-pertanyaan di atas, kita perlu lebih dahulu memahami konteks Kej. 9. Kejadian 9 merupakan bentuk perjanjian Allah dengan Nuh dan keturunanya (ay. 1). Yang menarik adalah perjanjian ini merupakan bentuk pembaharuan dari perintah Allah di Kej. 1:28. Bandingkan bagian berikut :
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (1:28)
Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan (9:1-2)
Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya (Kej. 9:7)
Dalam amanat Allah di Kej. 9:1 ada semacam bentuk pembaruan ulang dari janji dan amanat Allah kepada Adam dan Hawa ketika mereka diciptakan. Ketika dosa masuk dan menghancurkan janji tersebut, Allah memperbaruinya melalui Nuh. Namun kali ini ada perbedaan antara janji dan amanat pertama dan kedua. Dalam amanat pertama dikatakan, Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya" (Kej. 1:28-30). Tapi di amanat kedua ada pembaruan: Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan (Kej. 9:3-4).
Dalam kitab Kejadian, tema berkat (dan juga kontrasnya, kutuk) sangat mendominasi. Penciptaan yang dilakukan Allah dimulai dengan berkat, namun karena dosa manusia, berkat tersebut berubah menjadi kutuk. Setelah peristiwa air bah, Alah memulai kembali berkat-Nya kepada mereka yang beriman kepada-Nya dan kutuk kepada mereka yang memberontak. Dalam peristiwa-peristiwa selanjutnya diceritakan bagaimana berkat itu terus berkembang: orang-orang pilihan Allah akan menjadi bangsa yang besar dan mewarisi negeri Kanaan. Dengan demikian tema tentang berkat dan kutuk terjadi terus menerus sehubungan dengan mereka yang terpilih dan tidak terpilih. Dalam terang inilah interpretasi peristiwa ini mampu terjawab, apalagi dipertegas dengan kalimat berikut:
Anak-anak Nuh yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dan Yafet; Ham adalah bapa Kanaan. Yang tiga inilah anak-anak Nuh, dan dari mereka inilah tersebar penduduk seluruh bumi (Kej. 9:18-19)
Secara khusus tujuan seluruh kisah ini (9:18-29) adalah untuk melukiskan karakteristik 3 suku bangsa yang menjadi cikal bakal umat manusia di bumi sehubungan dengan tema berkat dan kutuk.