Status sebagai seorang ibu adalah status yang sangat dihargai di kebudayaan orang Asia. Tetapi makin lama status ini diserang dunia modern dimana status sebagai ibu rumah tangga saja dipandang rendah dibandingkan status perempuan yang mempunyai karir dalam dunia kerja.
Sebagai umat Tuhan kita ditugaskan untuk mempertahankan pentingnya peranan seorang ibu dilingkup rumah tangga dan keluarganya tapi sekaligus menghadapi dengan bijakasana arus modern yang memperdaya perempuan sebagai sarana perkembangan ekonomi – baik di lingkup negara maupun di rumah tangga sendiri.
Firman Tuhan menekankan “The Dignity of Motherhood” di mana peranan seorang ibu sejati mencerminkan tiga aspek sifat dan kepribadian Allah sendiri.
MARTABAT SEBAGAI SEORANG IBU mencerminkan
- Keintiman kasih Allah terhadap kita sebagai anak-Nya (Yesaya 49:15).
- Kerelaan Allah berkorban untuk kita (Amsal 31:15).
- Konsep Trinitas melalui hubungan intim dan saling melengkapi antara suami dan isteri (Efesus 5:33).
Karena itu, kalau seorang wanita menjadi ibu rumah tangga sesuai dengan pedoman Alkitab, automatis dia akan menjadi teladan yang menyatakan sifat kepribadian Allah sendiri. Hal inilah yang menjadikan tugasnya bermartabat di mata Allah dan sesama.
Tetapi, sama seperti semua berkat Tuhan, manusia bisa mencemarkan martabat ini dengan salah mengunakan ajaran Firman Tuhan. Ada tiga hal khusus yang harus kita hindari kalau mau mempertahankan martabat seorang ibu:
- SUAMI - Jangan mem-peralat MARTABAT SEBAGAI SEORANG IBU untuk memadamkan cita-cita isteri mem-punyai karir sendiri yang sewajarnya (Amsal 31:16,18).
- IBU SENDIRI – Jangan menyalahgunakan MARTABAT SEBAGAI SEORANG IBU untuk memaksa anak menuruti kemauan pribadi ibu sendiri (Galatia 5:13)
- MARTABAT SEBAGAI SEORANG IBU bukan tujuan utama dalam hidup seorang ibu (Wahyu 4:11).
Dengarkan versi audionya dengan lebih detail pada halaman berikut :
The dignity of motherhood audio
Soli Deo Gloria.
