(Lanjutan tgl 28 April 2019)
Situasi gereja di Inggris pada abad ke-11-14
Selama lebih dari 300 tahun, tidak ada bentuk terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris. Salah satu alasan mendasarnya adalah penyerbuan Norman (Perancis) terhadap Inggris pada tahun 1066 yang salah satunya berakibat pada keterbatasan penggunaan bahasa Inggris. Bahasa Inggris hanya dipergunakan untuk dokumen-dokumen tertulis saja. Para bangsawan biasa menulis dalam bahasa Perancis yang dianggap sebagai bahasa elite, sedangkan bahasa yang dipergunakan untuk dokumen-dokumen resmi gereja adalah bahasa Latin. Bahasa Inggris sendiri hanya dipergunakan oleh kaum bawahan, seperti para petani. Jika ada orang yang menanyakan tentang kehendak Allah dalam Alkitab, kaum rohaniwan akan menampik pertanyaan tersebut. Karena selain mereka tidak tahu jawabannya (karena mereka hanya membaca terjemahan Alkitab bahasa Latin dan hanya membaca bagian-bagian tertentu yang dipergunakan dalam liturgi ibadah), mereka juga tidak memahami bahasa Latin dengan benar sehingga mereka tidak dapat memberi jawaban kepada kaum awam selain doa-doa bahasa Latin yang biasa dipakai dalam ibadah.
Pada pertengahan abad 14, yaitu tahun 1348, di Inggris terjadi wabah penyakit pes. Jumlah korban meninggal karena wabah pes ini cukup besar. Banyak kaum awam yang menderita karena sanak saudaranya atau kawannya yang meninggal. Peristiwa ini merupakan jalan yang dipakai gereja untuk lebih mempromosikan purgatori ketimbang menghibur orang-orang yang menderita saat itu karena kehilangan kerabat atau kawannya. Secara finansial, gereja mendapat banyak keuntungan dari peristiwa ini.
Di tengah situasi kebobrokan gereja yang sangat parah inilah muncul orang-orang yang dipakai Tuhan untuk membawa gereja-Nya kembali pada Alkitab.
John Wycliffe (1329-1384)
Manuskrip Alkitab (tulisan tangan) PB dalam bahasa Inggris yang pertama kali muncul diselesaikan pada tahun 1380-an oleh seorang teolog dari Oxford, John Wycliffe; sedangkan terjemahan PL-nya baru selesai pada tahun 1382. Di Eropa dia sangat terkenal karena sikapnya yang menentang banyak pengajaran dari gereja RK yang dipercayainya bertentangan dengan Alkitab, misalnya transubstansiasi dan keberadaan imam atau paus sebagai perantara antara manusia dengan Allah.
Dengan bantuan para pengikutnya (dikenal dengn ‘the Lollards’) dan asistennya (Purvey) dan para ahli tulis lainnya, Wycliffe berhasil menerjemahkan Alkitab dalam bentuk manuskrip ke dalam bahasa Inggris. Satu-satunya sumber terjemahan yang dipergunakan saat itu adalah Latin Vulgata.
Paus sangat marah dengan pengajaran dan terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris yang dibuat oleh Wycliffe. Beberapa pengikut Wycliffe (purvey dan Hereford) dimasukkan ke dalam penjara sedangkara beberapa rekannnya yang lain dibakar di tiang gantungan dengan Alkitab yang digantungkan di leher mereka. Orang-orang yang kedapatan sedang membaca Wycliffe Bible akan dikenakan denda baik berupa harta mereka ataupun nyawa mereka.
Kemarahan Paus terus berlangsung, bahkan 44 tahun setelah kematian John Wycliffe, Paus menyuruh penggalian ulang terhadap makan Wycliffe, meremukkan tulang-tulang mayatnya dan membakarnya. Abu remukan tulangnya itu dihanyutkan di aliran sungai Swift. Banyak yang mengatakan bahwa tindakan gereja yang menyebarkan abu tersebut ke sungai yang akhirnya mengalir ke berbagai tempat justru menggambarkan bagaimana penyebaran pengajaran Wycliffe.
Karena tindakan-tindakannya itu, John Wycliffe sering disebut sebagai ‘Father of English Bible’ dan ‘The Morning Star of Reformation.’ Bersambung……………..