(Lanjutan 2 Desember 2018)
Alkitab tampaknya mengajarkan bahwa kita masih mempunyai ingatan pada saat kita berada di sorga. Lazarus dan orang kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus masih saling mengingat (Luk. 16:19-31). Walaupun teks ini hanya sebuah perumpamaan, tetapi pengenalan semacam ini didukung oleh bagian Alkitab yang lain. Sebagai contoh, orang-orang Kristen di sorga yang terbunuh karena iman mereka, berkata kepada TUHAN: “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (Why. 6:10). Di sorga kita juga akan memuji Allah atas karya-Nya yang ajaib di muka bumi (Why. 4-5). Kita akan menyanyikan nyanyian Musa dan Anak Domba (Why. 15:3). Sukar membayangkan kita bisa memuji Dia tanpa ingatan apa-apa. Kita membutuhkan alasan untuk memuji Dia. Alasan itu berkaitan dengan semua karya-Nya dalam hidup kita.
Seberapa banyak yang kita bisa ingat? Alkitab tidak memberitahukan dengan jelas. Apakah kita mampu mengingat segala sesuatu dalam hidup kita? Kita tidak bisa memastikan. Di sorga kita tidak berubah menjadi mahatahu. Kita tetap sebagai ciptaan, dengan keterbatasan tertentu.
Seandainya kita beleh berspekulasi, yang kita ingat adalah segala hal yang bermanfaat bagi ucapan syukur pada Allah. Segala sesuatu yang berfaedah akan tetap ada. Analogi yang baik untuk hal ini adalah ucapan Paulus di Filipi 3:13-14 “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”. Apakah Paulus benar-benar melupakan semua masa lalunya? Jelas tidak! Di ayat 4-7 dia masih mengingat kehidupannya yang dahulu sebelum bertobat. Maksud Paulus adalah dia melupakan segala sesuatu yang berpotensi mengganggu pengenalannya kepada Kristus.
Jadi, Allah mungkin akan memelihara ingatan-ingatan tertentu yang berfaedah bagi ucapan syukur kita. Atau, Dia akan memampukan kita untuk menyikapi semua ingatan kita sehingga respon itu semakin memuliakan Dia. Mana yang benar kita tidak bisa memastikan. Yang jelas, kita masih mengingat, dan ingatan itu memuliakan Allah. Soli Deo Gloria.