Seberapa banyak ingatan yang masih ada ketika berada di sorga? (Bagian 1)

Posted on 02/12/2018 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/seberapa-banyak-ingatan-yang-masih-ada-ketika-berada-di-sorga.jpg Seberapa banyak ingatan yang masih ada ketika berada di sorga? (Bagian 1)

Kehidupan di sorga acapkali memancing rasa ingin tahu. Ada banyak pertanyaan dan kebingungan. Sayangnya, Alkitab memang lebih banyak mengajarkan apa yang kita harus lakukan di bumi daripada apa yang kita akan nikmati di sorga. Bumi adalah fokus kita, walaupun sorga adalah pengharapan kita.

              Salah satu pertanyaan umum tentang sorga berkaitan dengan ingatan kita. Apakah kita nanti masih bisa mengingat peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi di langit dan bumi yang sekarang? Seandainya bisa, seberapa banyak ingatan yang akan tetap tinggal di pikiran kita?

Sebagian orang berpendapat bahwa kita tidak akan mengingat apapun yang terjadi di bumi. Ada beberapa alasan yang biasa dikemukakan sebagai dukungan. Pertama, Yesaya 65:17 berkata: “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati”. Kedua, ingatan tentang hal-hal yang buruk tidak selaras dengan kondisi sorga yang kudus. Jika kita masih bisa mengingat pengkhianatan dan dosa orang lain, kita pasti sulit menjaga hati kita dari dosa.

Dua alasan di atas sebenarnya tidak terlalu tepat. Konteks Yesaya 65 menunjukkan bahwa yang dilupakan bukanlah segala sesuatu. Bagian akhir dari ayat 16 menerangkan: “sebab kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa, dan sudah tersembunyi dari mata-Ku”. Yang dilupakan adalah segala kesusahan. Hal ini selaras dengan Wahyu 21:4 “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu”.

Sehubungan dengan ingatan tentang hal-hal yang buruk (alasan ke-2), kita perlu menegaskan bahwa yang membuat berdosa bukanlah ingatan, melainkan respons terhadap ingatan tersebut. Misalnya, pengkhianatan tidak harus melahirkan pembalasan. Ketika kita dikhianati, kita justru bisa merasakan kedalaman kasih Tuhan. Apakah kita merasa sakit? Begitu pula dengan hati Kristus pada waktu Dia dikhianati oleh murid-murid-Nya demi kita! Sebesar itu pula Tuhan mengasihi kita, bahkan lebih daripada itu!

Contoh lain adalah ingatan tentang dosa kita. Apakah orang yang pernah berselingkuh, misalnya, akan mengingat dosa tersebut? Tentu saja! Apakah itu berdosa! Tidak. Jika dalam ingatan itu dia semakin disadarkan tentang kasih karunia Allah yang menerima dia dengan segala kejatuhannya, maka ingatan itu semakin memuliakan Allah.

Bersambung………

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community