Pergerakan Misi dan Rencana Ilahi (Matius 4:12-16)

Posted on 15/08/2021 | In Teaching | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/08/Pergerakan-Misi-dan-Rencana-Ilahi-Matius-4-12-16.jpg Pergerakan Misi dan Rencana Ilahi (Matius 4:12-16)

Bapak/ibu, apakah Anda memiliki rencana ke depan setelah Covid-19 ini berakhir? Mungkin Anda akan menjawab saya, “Walah pak, boro2 rencana, saya masih hidup aja sudah bersyukur.” Ya, benar sekali. Semua rencana manusia hancur berantakan karena Covid-19. Ketika semua rencana manusia hancur, mereka akan bertanya, “Di mana Kau, Tuhan?” Namun seolah-olah Tuhan tidak menjawab apa pun. “Allah bukan manusia. Rencana-Nya juga bukan rencana manusia. Wajar, jika rencana-Nya sering bertentangan dengan rencana manusia, tetapi rencana-Nya pasti terbaik bagi manusia.” Rencana Allah inilah yang dialami Tuhan Yesus di Matius 4:12-16. Di Matius 3, Matius mencatat bahwa Yesus datang dari Galilea ke Sungai Yordan di Yudea utk dibaptis (ay. 13; bdk. ay. 1). Setelah itu, Ia dicobai iblis di Yudea (Mat. 4:1-11) (Ben Witherington III, Matthew). Kemudian Yohanes ditangkap juga di Yudea (4:12). Ini berarti setelah dibaptis Yohanes Pembaptis sampai Yohanes ditangkap, Yesus tinggal di wilayah Yudea selama beberapa waktu.



Pergerakan Misi Diawali oleh Rencana Ilahi (ay. 12)

Setelah tinggal di Yudea selama beberapa waktu, Matius mencatat: ketika Yesus mendengar Yohanes Pembaptis ditangkap di tempat di mana Ia dicobai, maka Ia menyingkir ke Galilea, kembali ke provinsi tempat Ia dibesarkan (bdk. Mat. 2:22) dan sebelum Ia ke Sungai Yordan. Kalau kita menjadi Yesus pada waktu itu, setelah dikonfirmasi Bapa dan lulus dari pencobaan di padang gurun, maka mungkin kita akan mulai melayani di tempat yang sama, tetapi Yesus malah menyingkir ke Galilea. Di mana Galilea? Galilea dijelaskan Matius di ayat 15b, “Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain” (bdk. Yes. 8:53). Mengapa demikian? Pertama, karena Galilea secara geografis dikelilingi oleh orang-orang non-Yahudi seperti Fenisia di barat, Siria di utara dan timur, dan Samaria di Selatan (Robert H. Mounce, Matthew). Selain itu, baik di zaman Yesaya dan Yesus, provinsi Galilea dihuni oleh orang-orang Yahudi dan non-Yahudi. Percampuran ini mengakibatkan orang-orang Yahudi di Yudea menghina orang-orang Yahudi di Galilea. Penghinaan ini terjadi karena orang-orang Yahudi memandang orang-orang non-Yahudi sebagai orang “kafir” yang tidak mengenal TUHAN (YHWH).

Yesus menyingkir ke Galilea karena kehendak Allah (bdk. Luk. 4:14; Grant R. Osborne, Matthew). Ketika Yohanes Pembaptis ditangkap, Ia tahu bahwa waktu Yohanes Pembaptis jd pembuka jalan bagi-Nya telah berakhir dan Allah membuka jalan bagi Kristus untuk memulai misi-Nya yang baru untuk menyatakan Kerajaan Allah melalui diri-Nya. Ini berarti pergerakan misi Yesus dimulai dengan rencana Allah yang memimpin Yesus memulai misi di ladang misi yang baru yang dihina oleh orang-orang Yahudi di Yudea, namanya Galilea.

Michael W. Goheen mendefinisikan misi sebagai “the whole church taking the whole gospel to the whole person in the whole world” (Michael W. Goheen, Introducing Christian Mission Today, 26). Ini berarti misi tidak terbatas hanya pada misionaris di ladang misi, tetapi setiap orang percaya dipanggil Allah menghadirkan Kerajaan Allah yang mencakup hal-hal jasmani dan rohani di bidang apa pun di dunia. Ketika orang percaya dipanggil Allah untuk bermisi di bidang tertentu, ia harus rela menanggalkan rencananya yang ia sukai utk menggenapkan rencana-Nya di dlm misi-Nya. Misalnya, John Sung rela melepaskan semua penghargaannya setelah lulus Ph.D. bidang sains dari Amerika Serikat demi menaati misi-Nya memberitakan Injil ke berbagai kota di Tiongkok dan Asia. Atau Johannes Kepler yang masuk sekolah teologi dan berencana mau menjadi pendeta akhirnya menaati misi-Nya dengan menjadi guru sains dengan kontribusinya yang mengagumkan.

“Allah memanggil kita yang telah ditebus-Nya untuk bermisi sesuai dengan rencana-Nya yang memanggil kita, bukan rencana kita. Taatlah pada misi Allah, bukan pada “misi” kita.”



Pergerakan Misi Dipimpin Rencana Ilahi (ay. 13-15)

Ketika Tuhan Yesus menyingkir ke provinsi Galilea, Ia meninggalkan Nazaret tempat Ia dibesarkan dan diam di kota Kapernaum (ay. 13). Di manakah Kapernaum? Matius menjelaskan, “di tepi danau” (ESV, NASB, dan YLT: “by the sea” alias di tepi laut). Kemudian di ayat 15a, Matius mengutip Yesaya 8:53 yang menyebut Kapernaum “daerah seberang sungai Yordan.” Kapernaum disebut oleh orang-orang Arab zaman sekarang sebagai Tell-Hum, berada di pantai barat laut Laut Galilea, kira-kira 2 mil sebelah barat dari Sungai Yordan. Di dalam kota ini, ada beberapa dermaga yg menjorok ke dalam air yang dibuat untuk pusat perdagangan dan transportasi perikanan di Laut Galilea. Bukan hanya di tepi danau, Kapernaum berada di “di daerah Zebulon dan Naftali” yang merujuk pada pembagian wilayah yang berbeda pada dua suku Israel yang tinggal di wilayah paling utara di dekat Laut Galilea (Yos. 19:10-16, 32-39). Di zaman PB, pembagian daerah suku tidak relevan. Kemudian, daerah Zebulon dan Naftali ini disebut “jalan ke laut” (Mat. 4:15a) yaitu jalur perdagangan (disebut via maris) yang menghubungkan Damaskus melewati Laut Galilea menuju Mediterania.

Misi Yesus bukan hanya diawali oleh rencana Allah Bapa yaitu memulai pergerakan misi di provinsi Galilea, tapi misi Yesus terus-menerus dipimpin oleh Bapa ke tempat yang efektif yaitu Kapernaum yang merupakan kota strategis tempat jalur perdagangan di mana Kristus lebih efektif menjangkau banyak jiwa di sana (Mat. 8:5-13; 28:16-20). Allah yang mengawali pergerakan misi Yesus adalah Allah yang memimpin pergerakan misi Yesus, sehingga misi Yesus tepat dan efektif menjangkau banyak orang khususnya non-Yahudi demi Injil.

William Carey yang dikenal sebagai bapa misi modern rela melepaskan pekerjaannya dari penjual sepatu keliling menjadi misionaris ke India, meskipun mendapat pertentangan dari pendetanya. Selama 40 Tahun, Ia memberkati rakyat India dengan terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa dan dialek India, sekolah untuk anak-anak, dll.

Allah yang memanggil kita untuk bermisi adalah Allah yang memimpin kita untuk bermisi secara efektif.



Tujuan Pergerakan Misi yang Dipimpin Rencana Ilahi (ay. 16)

Ketika pergerakan misi Yesus dipimpin rencana Ilahi, maka pertanyaan selanjutnya, apa tujuannya? Di ayat 16, Matius menjelaskan tujuannya, “bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” Ayat ini jelas dikutip dari Yesaya 9:1. Di dalam Yesaya 8:1-10, Allah mengumumkan penghancuran yg akan menimpa Kerajaan Israel Utara oleh orang-orang Asyur pada tahun 733-732 SM (Yes. 8:1-10), namun Ia yang menghukum adalah Ia yang menjanjikan pemulihan bagi Israel Utara yaitu di pasal 9:1-7. Matius menafsirkan janji pemulihan ini digenapi di dalam Kristus yang menyampaikan berita penebusan secara rohani bagi umat Allah yang tinggal di Galilea waktu itu.

Umat Allah di Galilea di zaman Yesaya mengalami keputusasaan karena wilayah mereka dijajah oleh orang-orang Asyur (non-Yahudi) (bdk. Yes. 8:21-22) (S. H. Widyapranawa, The Lord is Savior: Faith in National Crisis, 50). Matius menafsirkannya sebagai umat Allah (Yahudi dan non-Yahudi) di Galilea yang secara lokasi berada jauh dari pusat kehidupan religius Yahudi di Yerusalem dan orang-orang Yahudi di Yudea menghina mereka (D. A. Carson, Matthew). Meskipun mereka mengalami kerusakan rohani, mereka telah melihat Terang (Yes. 9:1, 6-7). Terang itu adalah Kristus yang memberikan pengharapan sejati kepada umat Allah di Galilea yang tak berpengharapan (Yoh. 1:5; 12:46; 8:12; 9:5). Bapa memimpin pergerakan misi Yesus agar Yesus menjadi sumber pengharapan bagi mereka yang tak berpengharapan. John Sung yang melepaskan semua penghargaan dunia demi menaati misi-Nya menjadi pengkhotbah KKR memiliki tujuan yang tidak terbayangkan. Di suatu KKR penginjilan yang Sung pimpin di Manila, Filipina, datanglah seorang Konjen Tiongkok di sana yang hidup penuh dosa. Di KKR tersebut, konjen ini bertobat dan akhirnya melayani sebagai salah satu rektor SAAT (dulu Madrasah Alkitab Asia Tenggara), yaitu James Hui.

“Allah yang memanggil kita umat tebusan-Nya untuk mengerjakan misi-Nya adalah Allah yang memimpin kita untuk menggenapkan misi-Nya itu dengan satu tujuan yaitu memberitakan pengharapan sejati kepada orang-orang yang tak berpengharapan.” Amin.

Photo by Denise Jans on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community