Pengangkatan Sebelum Penderitaan Besar: Alkitabiahkah?

Posted on 06/03/2022 | In QnA | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/03/Pengangkatan-Sebelum-Penderitaan-Besar-Alkitabiahkah.jpg Pengangkatan Sebelum Penderitaan Besar: Alkitabiahkah?

Doktrin pengangkatan (rapture) merupakan salah satu doktrin Kristen yang sangat viral. Doktrin ini mulai viral sejak kemunculan buku novel yang berjudul “Left Behind” dari Tim LaHaye dan Jerry B. Jenkins yang diterbitkan pada tahun 1995. Buku yang termasuk kategori The New York Times Best-Sellers yang terjual lebih dari 20.000.000 ini berisi sebuah kisah pesawat terbang Boeing 747 yang sedang terbang menuju London, kemudian tiba-tiba sejumlah penumpang menghilang secara misterius dari tempat duduk mereka. Kejadian ini juga terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di pesawat terbang. Peristiwa yang janggal ini kerap kali disebut sebagai pengangkatan. Novel ini akhirnya difilmkan pada tahun 2014 yang diperankan salah satunya oleh seorang artis ternama, Nicholas Cage. Di website lainnya, saya menemukan ada lebih dari 30 film yang berbicara tentang pengangkatan sejak tahun 1941 hingga 2020. Di Indonesia sendiri, buku tentang pengangkatan cukup diminati dan doktrin ini juga diajarkan di sebuah sekolah tinggi teologi di Indonesia. Doktrin ini termasuk salah satu doktrin utama dari konsep akhir zaman Premilenialisme Dispensasi (atau sering disebut Dispensasionalisme). Apakah konsep Pengangkatan ini Alkitabiah?

 

Penjelasan Singkat tentang Pengangkatan

Doktrin Pengangkatan didefinisikan oleh John M. Frame sebagai “Tuhan membawa umat-Nya untuk bersamanya di udara” (John M. Frame, Systematic Theology, 1089). Frame menjelaskan bahwa semua orang Kristen mempercayai doktrin ini, namun tidak semua orang Kristen memahaminya secara sama. Penganut pandangan Amilenialisme (mayoritas Reformed yang percaya kedatangan Kristus kedua terjadi setelah kerajaan seribu tahun dan kerajaan ini bersifat simbolis) dan Premilenialisme Historis (kedatangan Kristus kedua terjadi sebelum kerajaan seribu tahun dan kerajaan ini terjadi bersifat harfiah) percaya bahwa pengangkatan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua dan terjadi secara publik dan terlihat (https://www.thegospelcoalition.org/essay/views-of-the-millennium/#footnote-4). Namun penganut Dispensasionalisme mengajarkan bahwa pengangkatan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua dan terjadi secara rahasia dan tidak terlihat. Bagi Dispensasionalisme, sebelum datangnya kesengsaraan atau tribulasi besar (The Great Tribulation), orang-orang percaya akan diangkat di mana mereka secara aneh tiba-tiba hilang dari kantor, jalan, pesawat terbang, gereja, dll dan yang tersisa hanyalah pakaian mereka dan tidak ada orang yang mengetahui ke mana orang-orang yang hilang tersebut.

Argumentasi Dispensasionalisme tentang Pengangkatan

Dispensasionalisme percaya bahwa gereja akan diangkat secara tiba-tiba dan tak terlihat sebelum datangnya tribulasi besar. Tribulasi besar merupakan periode waktu tertentu di akhir zaman (Mat. 24:29-35) dan periode ini akan sangat parah karena murka Allah dan Kristus dicurahkan dalam penghakiman atas dunia yang tidak percaya (Yes. 24:1; 26:21; Zef. 1:18; Why. 6:16-17; 11:18; 14:10, 19; 15:1, 7; 16:1, 19; 18:10; 19:1-2). Begitu parahnya periode ini mengakibatkan tidak ada periode dalam sejarah masa lalu atau masa depan yang sanggup menyamainya (Mat. 24:21). Waktu tribulasi besar: 7 tahun (Dan. 9:24, 27) yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa tribulasi yang terdiri dari 3,5 tahun dan tribulasi besar selama 3,5 tahun. (Mark Hitchcock, Could The Rapture Happen Today?, 66, 91-92, 190). Tribulasi besar ini bertujuan mempertobatkan Israel melalui disiplin Allah (Yer. 30:7; Yeh. 20:37; Dan. 12:1; Zak. 13:8-9) sekaligus menghakimi orang dan bangsa yang gak percaya (Yes. 26:21; Yer. 25:32-33; 2Tes. 2:12; Why. 6:15-17). Lalu, di manakah orang percaya pada waktu tribulasi besar? Penganut Dispensasionalisme percaya bahwa orang percaya telah diangkat secara tiba-tiba dan tak terlihat sebelum tribulasi besar tersebut.

Ada berbagai dasar Alkitab yang dikemukakan untuk mendukung doktrin ini. Pertama, di 1 Tesalonika 5:9, Paulus mengajarkan, “Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka.” Ini berbicara tentang pengharapan keselamatan (ay. 8). Murka atau kesengsaraan besar merupakan murka Allah yg dicurahkan ke bumi. Orang percaya tidak ditetapkan untuk murka Allah yang dahsyat itu, sedangkan orang yang tidak percaya yang mengalaminya (Why. 6:17). Oleh karena itu, pengangkatan akan terjadi sebelum tribulasi dimulai.

Kedua, di Wahyu 3:10 tertulis, “Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.” Ini merupakan nubuat tentang tribulasi yang akan datang. Hitchcock menafsirkan bahwa “melindungi dari” dari teks Yunani “tereo ek” dan preposisi “ek” berarti “keluar, keluar dari dalam” dan kata ini muncul di Yohanes 17:15. Oleh karena itu, Wahyu 3:10 berarti Yesus melindungi orang-orang percaya dari atau sebelum tribulasi besar (Hitchcock, Could The Rapture Happen Today?, 105).

Tinjauan Kritis Terhadap Argumentasi Dispensasionalisme tentang Pengangkatan

Sebelum mengkritisi pandangan Dispensasionalisme tentang Pengangkatan, ada beberapa hal yang perlu kita klarifikasi, yaitu: Pertama, meskipun Dispensasionalisme mayoritas dianut oleh gereja-gereja Pentakosta, Karismatik, dan Injili, namun kita tidak boleh menyamakan Dispensasionalisme dengan gereja Pentakosta dan Karismatik. Paham ini juga dianut oleh beberapa teolog Reformed, seperti Carl McIntire, James Oliver Buswell (1895–1977) dari Faith Theological Seminary (Bible Presbyterian Church), Allan MacRae, John MacArthur, Jr., dan Michael J. Vlach. Kedua, ketika mengkritisi konsep Pengangkatan dalam Dispensasionalisme, hendaklah kita tidak menganggap Dispensasionalisme sebagai bidat atau ajaran sesat. Kita tidak boleh meniru perkataan seorang Amilenialis, John G. Gerstner yang mengatakan, “dispensasionalisme adalah aliran sesat dan bukan cabang dari gereja Kristen” (John H. Gerstner, Wrongly Dividing the Word of Truth: A Critique of Dispensationalism, 162, epub). Kritik terhadap konsep Pengangkatan dalam Dispensasionalisme seharusnya didasarkan pada sikap kita sebagai orang Kristen Reformed yang menganggap Dispensasionalisme sebagai saudara seiman di dalam Kristus, bukan sebagai ajaran sesat.

Sekarang, kita akan mengkritisi konsep Pengangkatan dalam Dispensasionalisme. Pertama, kritik terhadap tafsiran 1 Tesalonika 5:9. Menurut Dispensasionalisme, 1 Tesalonika 5:9 mengajarkan orang percaya diangkat sebelum tribulasi besar. Tafsiran ini lemah. Mari kita membaca ulang 1 Tesalonika 5:9-10, “9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, 10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.” (TB). Dari dua ayat ini, kita bisa mengerti bahwa kita tidak akan ditimpa murka Allah karena kita telah diselamatkan oleh Kristus yang telah mati bagi kita. Pertanyaannya, kalau begitu murka Allah di ayat itu merujuk pada apa? Murka Allah jelas merujuk pada dua hal, yaitu: pertama, identitas mereka. Sebagai orang percaya yang telah ditebus Kristus, mereka tidak akan menerima murka Allah yang menghukum dosa dan ketidaktaatan kepada Allah (Rm. 5:9) karena Kristus telah menggantikan kita untuk menanggung dosa kita (ay. 6-8). Kedua, pengharapan mereka. Sebagai orang percaya yang tidak akan dimurkai Allah, mereka pun juga tidak akan dimurkai Allah di masa depan di mana mereka akan dihidupkan bersama Kristus dan mengalami keselamatan sempurna (Charles A. Wanamaker, The Epistles to the Thessalonians: A Commentary on the Greek Text, 187 dan F. F. Bruce, 1 and 2 Thessalonians, 112). Meskipun murka Allah merujuk pada murka Allah di masa depan, namun hal ini tidak merujuk pada tribulasi. Mengapa? Karena konteks 1 Tesalonika 5:1-8 tidak membahas tentang tribulasi, tetapi hari Tuhan (ay. 2). Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkan “hari Tuhan datang” di 1 Tesalonika 5:2 sebagai, “Hari kedatangan Tuhan.” Lagipula konsep hari Tuhan datang seperti pencuri (1Tes. 5:2) telah diajarkan oleh Tuhan Yesus di Matius 24:42 dan konteksnya jelas adalah kedatangan Kristus karena penjelasan Yesus di Matius 24:42 merupakan jawaban atas pertanyaan para murid Kristus yang menanyakan tanda kedatangan-Nya kelak (ay. 3). Ini berarti “hari Tuhan” jelas merujuk pada kedatangan Kristus yang kedua kali, bukan tribulasi besar.

Kedua, kritik terhadap tafsiran Wahyu 3:10. Hitchcock menjelaskan bahwa preposisi “ek” dari “melindungi dari” (Yun.: “tereo ek”) berarti “keluar, keluar dari dalam” (bdk. Yoh. 17:15), sehingga Wahyu 3:10 berarti Yesus melindungi orang-orang percaya dari atau sebelum tribulasi besar (Hitchcock, Could The Rapture Happen Today?, 105). Di satu sisi, tafsiran “pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia” di Wahyu 3:10 memang merujuk pada tribulasi besar. Namun tafsiran Hitchcock terhadap “tereo ek” sebagai referensi terhadap pengangkatan kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ironisnya, ketika Hitchcok mengutip Yohanes 17:15 untuk menjelaskan “tereo ek,” namun beliau tidak membaca secara tuntas ayat ini. Di dalam Yohanes 17:15, Yesus berdoa kepada Bapa tentang para murid-Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” Ini berarti Kristus melindungi orang-orang percaya dari tribulasi besar dengan cara melindungi mereka secara rohani dengan menguatkan mereka, sehingga mereka tidak terjatuh ke dalam tribulasi tersebut (Robert G. Bratcher dan Howard A. Hatton, A Handbook on the Revelation to John, 75). Lebih jauh lagi, Wahyu 3:10 tidak merujuk pada perlindungan kehidupan fisik orang percaya, karena di pasal sebelumnya, perlindungan Kristus atas orang percaya hanya berfokus pada ketekunan rohani, bahkan dengan mengorbankan kehidupan fisik mereka (2:8-11; 2:13) (Gregory K. Beale, The Book of Revelation: A Commentary on the Greek Text, 291).

 

Relevansi Belajar Kritik terhadap Konsep Pengangkatan Menurut Dispensasionalisme

Apa pentingnya kita belajar kritik terhadap konsep Pengangkatan sebelum tribulasi besar menurut Dispensasionalisme? Kritik ini sebenarnya memiliki relevansi praktis bagi kehidupan Kristen sehari-hari. Sebagai orang percaya, memang kita tidak akan menerima murka atau penghukuman Allah kekal karena kita telah percaya kepada Kristus (Rm. 8:1). Namun “penghukuman Allah” ini jelas merujuk pada penghakiman terakhir, bukan pada tribulasi besar. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa setiap orang yang mengikut Kristus harus menyangkal diri dan memikul salib (Mat. 16:24). Seorang Dispensasionalis mempercayai hal ini, namun beliau menolak bahwa kita akan mengalami tribulasi besar sebagai wujud murka Allah yang sangat dahsyat (H. Wayne House dan Randall Price, Charts of Bible Prophecy, 96). Pendapat ini jelas tidak dapat dipertanggungjawabkan. Di 2 Timotius 3:1-9, Paulus menjelaskan kondisi manusia di akhir zaman yang bernuansa negatif dan Paulus mengingatkan Timotius bahwa orang percaya yang sungguh-sungguh beribadah kepada Kristus akan menderita aniaya (ay. 12). Ini berarti penderitaan yang harus dihadapi oleh orang percaya tidak dibatasi oleh periode tertentu. Panggilan kita dalam menghadapi penderitaan adalah kita percaya bahwa sebesar apa pun penderitaan yang kita hadapi, kita percaya bahwa penderitaan kita tidak akan sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak (Rm. 8:18). Selain itu, segala penderitaan, kesusahan, kejahatan, dan kroni-kroninya akan dilenyapkan oleh Kristus ketika Ia kelak datang kedua kalinya. Ini menjadi sukacita terbesar kita. “Yang terpenting bukanlah seberapa besar penderitaan kita, tetapi dengan siapa kita menghadapi penderitaan dan apa hasil akhir dari penderitaan tersebut.”

Photo by Sixteen Miles Out on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community