Mengapa Yesus Tidak Mengetahui Waktu Kedatangan-Nya yang Kedua Kali (Mrk. 13:32)?

Posted on 31/07/2022 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/08/Mengapa-Yesus-Tidak-Mengetahui-Waktu-Kedatangan-Nya-yang-Kedua-Kali-Markus-13-32.jpg Mengapa Yesus Tidak Mengetahui Waktu Kedatangan-Nya yang Kedua Kali (Mrk. 13:32)?

Beberapa tahun lalu, Kekristenan dihebohkan dengan “nubuat” seorang pendeta di Indonesia bahwa Yesus datang kedua kalinya di tahun tertentu, namun Yesus yang asli tidak datang. Meskipun demikian, pendeta yang akhirnya mendekam di penjara dan sekarang sudah keluar dari penjara masih percaya bahwa Yesus telah datang, tetapi bukan secara fisik.  Fenomena ini sebenarnya sungguh sangat ironis karena Yesus sendiri berfirman di Markus 13:32, “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” Ketika kita membaca ayat ini, mungkin kita bingung, apakah Yesus sendiri tidak mengetahui kapan Ia akan datang kembali?

Markus 13:32 didahului oleh empat murid Yesus yang bertanya kepada-Nya tentang tanda akhir zaman (ay. 3-4). Kemudian Yesus menjelaskan tanda-tandanya (ay. 5-29) dan ditutup dengan kesimpulan Yesus di ayat 32. Di ayat 32, kita mendapatkan gambaran bahwa seolah-olah Yesus tidak tahu kapan Ia datang kembali. Bukankah ini membuktikan bahwa Yesus bukan Allah? Pertanyaan ini sebenarnya merupakan pertanyaan dan pergumulan teologi Kristen di abad-abad selanjutnya dan bukan pergumulan Markus maupun pembaca Injil Markus. Mengapa? Karena Markus dan pembaca Injil Markus mengetahui bahwa konteks ayat 32 tidak sedang membahas tentang pribadi Kristus, tetapi akhir zaman (ay. 3-4) (R. T. France, The Gospel of Mark, 543-544). Lagipula, yang Yesus tekankan adalah peringatan untuk berjaga-jaga sebelum kedatangan-Nya yang kedua (ay. 33-37). Hal ini lebih penting dari ingin tahu kapan Yesus datang kedua kalinya atau yang lebih parah menolak keilahian Yesus hanya dari Markus 13:32.

Meskipun tidak berkaitan dengan Kristologi, kita mungkin akan tetap bertanya, apakah Markus 13:32 membuktikan bahwa Yesus bukan Allah? Jelas tidak. Sebelumnya, kita perlu memahami bahwa “Anakpun tidak” menjadi perdebatan karena dua kata ini (oude ho huios) tidak ditemukan di beberapa manuskrip Yunani. Teolog Rudolf Bultmann menafsirkan bahwa kedua kata ini ditambahkan oleh orang Kristen. Permasalahannya, kalau kedua kata ini ditambahkan oleh orang Kristen, maka itu tidak ada gunanya bagi orang Kristen dan justru akan melemahkan iman orang Kristen. Bukankah orang Kristen percaya Anak Allah setara dengan Allah di mana Allah itu Mahatahu dan Anak-Nya juga Mahatahu? Ketika orang Kristen menambahkan dua kata ini, maka mereka justru melemahkan iman mereka sendiri. Argumentasi yang masuk akal adalah kedua kata ini justru asli (Craig A. Evans, Mark 8:27-16:20, 336). Sekarang kembali ke topik kita. Markus 13:32 tidak dapat dijadikan referensi bahwa Yesus bukan Allah karena:

Pertama, Yesus memang mengakui diri-Nya sebagai Anak Allah, tetapi Ia tidak mengklaim hak prerogatif sebagai Anak Allah, melainkan Ia mengosongkan diri-Nya dan taat sepenuhnya kepada Bapa (Mrk. 10:45; Flp. 2:6-8) tanpa meninggalkan natur keilahian-Nya. Sebagai bentuk Ia mengosongkan diri-Nya, maka pada waktu Ia menjadi manusia, Ia tidak tahu kapan Ia akan datang kembali karena Bapa yang mengutus-Nya yang mengetahui waktu yang tepat. Ketidaktahuan Yesus di ayat 32 justru menunjukkan bahwa Ia benar-benar manusia sama seperti kita, tetapi tanpa dosa untuk menebus umat-Nya yang berdosa (James R. Edwards, The Gospel according to Mark, 407).

Kedua, Yesus mengakui diri-Nya sebagai Anak Allah yang setara dengan Allah Bapa pada akhir zaman (ay. 26-27). Sebelum ayat 32, Ia sendiri berkata bahwa pada akhir zaman, ketika Ia akan datang kembali, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (ay. 26). Bahkan “Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit” (ay. 27). Jika Yesus bukan Allah, maka siapakah Dia yang datang dengan segala kuasa dan kemuliaan Allah dan berhak menyuruh malaikat-malaikat Allah? Ingatlah, Allah tidak pernah memberikan kemuliaan-Nya kepada siapa pun (Yes. 48:11b). Ini semua membuktikan keilahian Yesus yang akan nampak jelas kelak di akhir zaman ketika Ia datang kembali. Keilahian Yesus memang telah Ia miliki sebelum Ia menjadi manusia (Yoh. 1:1-3) dan akan Ia miliki kelak di akhir zaman.

Apa yang dapat kita pelajari dari bagian ini? Kalau Yesus sebagai Anak yang taat kepada Bapa pada waktu inkarnasi tidak mengetahui waktu kedatangan-Nya yang kedua, maka para murid Kristus (termasuk kita) tidak mengetahuinya. Tugas kita bukan mencari tahu kapan Yesus datang kembali, tetapi berjaga-jaga. Sudahkah kita berjaga-jaga menantikan kedatangan-Nya yang kedua dengan hidup makin serupa dengan-Nya? Amin.

Photo by insung yoon on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community