Lanjutan 20 Juni 2021
- Ada yang menafsirkan jika Yakub hanya mendiamkan masalah ini karena dia tahu bahwa Dina bukanlah diperkosa oleh Sikhem tetapi justru melakukan tindakan itu berdasarkan suka sama suka. Ada frase yang dianggap bukan merujuk pada pemerkosaan, yaitu kemunculan kata ‘to take, to lay and to defile’ (Inggris) yang dalam terjemahan LAI hanya disingkat menjadi dua kata, yaitu ‘…lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya’ (ay. 2). Frase ‘to take, to lay and to defile’ (Inggris) yang bisa dipahami dalam arti ‘diperkosa’ atau ‘ melakukan konsensual seks’ menjadi alasan diamnya Yakub di ay. 5 karena dia tahu kesalahan bukan sepenuhnya tanggung jawab Sikhem, tetapi tanggung jawab Dina juga.
- Yang lainnya menafsirkan diamnya Yakub merupakan akibat dari tindakan Dina sendiri. Di ay. 1 dikatakan ‘pergilah Dina mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu’. Apa yang tertulis di sini, yaitu bahwa Dina pergi mengunjungi perempuan-perempuan negeri itu merupakan sesuatu yang janggal untuk konteks di era itu. Mengapa? Karena perempuan, apalagi anak gadis perawan, tidaklah mudah untuk dapat keluar sendiri dengan tujuan apapun apalagi di negeri orang asing; biasanya mereka keluar bergerombol, misalnya untuk pergi ke sumur mencari air. Istilah ‘mengunjungi perenpuan-perempuan negeri itu’ memiliki arti lain yang perlu ditafsirkan. Kata ‘mengunjungi’ dalam bahasa Ibraninya memiliki beberapa arti, salah satunya ‘melihat-lihat dengan ketertarikan khusus’ atau ‘menatap untuk berkenalan’. Untuk konteks orang di masa itu, tindakan Dina dapat dikategorikan tidak tepat dan tidak bijaksana. Jadi ketika mendengar Dina diperkosa, Yakub hanya mendiamkannya karena itu memang merupakan konsekuensi dari tindakan Dina itu sendiri.
Terlepas dari semua penafsiran di atas, adalah lebih bijaksana jika melihat teks ini, dalam hal ini tindakan diam Yakub, dalam konteks yang utuh.
Yakub dan keluarga besarnya masuk ke Sikhem yang notabene adalah bagian dari tanah Kanaan setelah dia kembali dari pelariannya dikejar Esau. Dari pelarian Yakub di Haran (Padan-Aram), dia membentuk keluarga besar dengan 2 istri dan gundiknya. Setelah sekian lama tinggal di sana, Yakub hendak kembali ke tanah Kanaan atas perintah tuhan (31:3). Namun untuk kembali ke tanah Kanaan dia harus berhadapan dengan saudara kembar yang penah diitipunya, yaitu Esau. Dalam pertemuan yang menegangkan sekaligus melegakan, Esau dan Yakub mengadakan reuni (pasal 32-33). Setelah rekonsiliasi yang indah, Esau kembali ke daerahnya di tanah Seir dan Yakub ke area Kanaan (33:16-17). Sikhem menjadi tempat singgahan pertama Yakub dan keluarganya setelah kembali dari Haran.
Dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu. Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga seratus kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: "Allah Israel ialah Allah." (Kej. 33:18-20)
Pembangunan mezbahnya itu untuk menepati janjinya ketika dia awalnya melarikan diri dari kejaran Esau (28:20-21). Dengan maksud menjalani janji Tuhan untuk memperoleh tanah Kanaan, justru tinggalnya Yakub dan keluarga besarnya di Sikhem justru menjadi bencana bagi mereka.
Diamnya Yakub terhadap tindakan Sikhem yang memperkosanya Dina, anak Yakub, dipahami sebagai karakteristik seorang Yakub sebagai pribadi yang dari awal berusaha untuk ‘membantu’ dengan caranya untuk menggenapi janji Tuhan kepada nenek moyangnya. Mungkin Yakub berpikir bahwa salah satu cara untuk menjadi bangsa yang besar dan memperoleh tanah Kanaan seperti yang dijanjikan Tuhan adalah dengan cara berkembangbiak dengan kawin mengawini penduduk Sikhem (34:8-10) dan hidup berdamai dengan mereka (34:21-23, 30). Tidak heran dia mendiamkan masalah pemerkosaan Dina dan bahkan memarahi kedua anaknya, Simeon dan Lewi, yang justru melakukan pembalasan kepada penduduk Sikhem. Mungkin komparasi gambarannya adalah Abraham yang siap ‘mengorbankan’ istrinya agar dia tetap hidup (12:13) demikian jugalah yang dilakukan Yakub; dia rela ‘mengorbankan anaknya agar dia bisa tetap hidup (ay. 30) di tengah penduduk Sikhem.
Ketika Yakub melakukan tindakan membahayakan janji Tuhan itu, pada saatnya Tuhan melakukan bagianNya dengan menyuruh Yakub mengajak keluarganya pindah dari Sikhem menuju ke Betel seperti yang dijanjikan Allah (35:1) dan Allah kembali mengkonfirmasi janjiNya kepada nenek moyang Yakub (35:11-12). Allah akan terus membuat keturunan Yakub banyak dan memberikan tanah Kanaan kepada keturunannya.