Bagi banyak orang Kristen, kita tidak terlalu bingung dengan emas sebagai persembahan orang Majus, tetapi kita mungkin bingung dengan dua jenis persembahan orang Majus yang lain yaitu kemenyan dan mur.
Kemenyan dan mur merupakan pemberian yang berharga dan mahal di mana keduanya hanya berasal dari Arab Selatan (sekarang: Somaliland) (bdk. Yes. 60:6; Yer. 6:20; Herodotus 3:107) (Ben Witherington III, Matthew, 66 dan W. D. Davies dan D. C. Allison, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to Saint Matthew, 249). Meskipun berharga dan mahal, kedua jenis pemberian ini merupakan pemberian yang biasa dalam praktik orang-orang Timur karena istana kerajaan di sana terbiasa menggunakan kemenyan dan mur (Craig S. Keener, Matthew).
Kemenyan (Yun.: libanos) yang dimaksud di sini adalah getah yang berbau harum dari berbagai pohon dan semak-semak yang digunakan sebagai obat (pereda nyeri) maupun kultus di dunia kuno (Kel. 30:34-38; Im. 2:1-2, 14-16; 6:14-18; 24:7) (Davies dan Allison, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to Saint Matthew, 249 dan Leon Morris, Injil Matius, 44). Filsuf Pliny (Nat. 12.65) mengatakan kemenyan kelas tertinggi harganya enam dinar per pon atau setara enam hari gaji seorang pekerja harian (Witherington III, Matthew, 66).
Mur (Yun.: smurna) merupakan getah harum dari ‘balsamodendron myrrh’ atau ‘commiphora kataf’ (pohon balsam), pohon yang sangat melimpah di Arab Selatan dan Ethiopia utara (bdk. Herodotus 3:107). Getah yang keluar dari retakan pada ranting yang lebih muda, yang mengandung getah, minyak atsiri, dan damar, segera mengering. Rasanya pahit, tetapi baunya wangi (Sir. 24:15) terutama ketika dipanaskan (TDNT, s.v. “σμύρνα, σμυρνίζω”). Mur yang ditemukan di antara orang-orang Mesir, Yunani, dan Roma memiliki berbagai kegunaan, yaitu salah satu elemen dalam parfum (Est. 2:12; Mzm. 45:8), salah satu komponen minyak urapan kudus (Kel. 30:23), bahan dalam dupa, rempah-rempah untuk penguburan atau pembalseman (Yoh. 19:39; lih. Herodotus 2:40, 86), dan obat pereda nyeri (Mrk. 15:23) (TDNT, s.v. “σμύρνα, σμυρνίζω” dan Davies dan Allison, A Critical and Exegetical Commentary on the Gospel According to Saint Matthew, 249). Pliny menyatakan bahwa harga mur yang paling mahal sekitar lima puluh dinar per pon (Witherington III, Matthew, 67).
Lalu mengapa orang Majus mempersembahkan “kemenyan dan mur” selain emas kepada bayi Yesus? Alasannya adalah kedua jenis persembahan ini sudah biasa dipakai di dalam istana kerajaan di dalam praktik Timur. Hal ini menunjukkan bahwa bayi Yesus dikenal dan disembah oleh orang-orang Majus sebagai raja. Bukan hanya sebagai raja, bayi Yesus adalah Raja atas segala raja. Donald A. Hagner menjelaskan bahwa Mazmur 72:10–11 menunjuk pada semua raja sujud menyembah di hadapan raja, semua bangsa yang melayani sang raja, dan persembahan dengan “emas” disebutkan secara khusus dalam ayat 15. Emas merupakan salah satu pemberian orang Majus kepada bayi Yesus. Kemudian, Yesaya 60:1-6 (dalam konteks eskatologis yang lebih jelas) mengacu pada semua bangsa dan raja yang datang ke terang (pemenuhan), dengan kekayaan negara yang dipersembahkan serta “emas” dan “kemenyan.” Melalui jenis-jenis persembahan orang Majus, Matius ingin menjelaskan bahwa raja yang baru lahir (yaitu bayi Yesus) adalah raja seluruh dunia, dan penghormatan yang pantas akan diberikan kepadanya oleh semua bangsa. Ironisnya, bayi Yesus disembah oleh bangsa-bangsa non-Yahudi sebagai Raja atas segala raja, tetapi ditolak oleh bangsa-Nya sendiri, yaitu bangsa Yahudi (Matthew 1-13, 31). Apakah kita yang sudah percaya kepada Kristus benar-benar menyembah-Nya sebagai satu-satunya Raja dalam hidup kita?