Mengapa Catatan-catatan Kitab Injil Tidak Sama? (Bagian 3)

Posted on 12/08/2018 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/mengapa-catatan-catatan-kitab-injil-tidak-sama.jpg Mengapa Catatan-catatan Kitab Injil Tidak Sama? (Bagian 3)

(Lanjutan tgl 5 Agustus 2018)

Contoh lain adalah alasan Yesus pergi ke Galilea sesudah baptisan. Markus memberikan petunjuk tersirat bahwa keputusan itu berkaitan dengan alasan keselamatan. Yohanes Pembaptis baru saja dipenjarakan, lalu Yesus menghindari peristiwa serupa (Mrk. 1:14). Matius menjelaskan langkah tersebut sebagai penggenapan dari nubuat kitab suci (Mat. 4:12-16). Lukas menghubungkan hal tersebut dengan pimpinan Roh Kudus (Luk. 4:14-19). Apakah tiga alasan ini berkontradiksi? Sama sekali tidak! Dalam peristiwanya, ketiganya bisa saja sama-sama benar, tetapi masing-masing penulis hanya memilih satu atau beberapa alasan untuk dicatat.

Dalam dunia teologi, studi semacam ini termasuk ke dalam kritik redaksi, yaitu sebuah pendekatan biblika yang dimaksudkan untuk mengetahui apa yang diubah seorang penulis dari sumber tertulis yang dia gunakan dan mengapa dia melakukan perubahan tersebut. Pendeknya, ini tentang apa dan mengapa di balik peredaksian yang ada. Alasan di balik suatu peredaksian (mengapa) dinilai berdasarkan karakteristik sastra, penekanan teologi, maupun tujuan spesifik suatu kitab. Kadangkala suatu perubahan hanyalah sebuah strategi sastra belaka. Tidak ada maksud teologis tertentu, selain memperindah atau menyederhanakan gaya penulisan. Kadangkala perubahan dilakukan supaya teologi yang ingin disampaikan menjadi lebih tersorot. Yang paling umum, perubahan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Aspek-aspek dalam suatu peristiwa yang tidak relevan dengan tujuan itu diabaikan. Fokus diarahkan pada aspek-aspek lain yang lebih bermanfaat. Yang penting, yang dilaporkan sesuai dengan fakta, buakn mengada-ada.

Satu hal lagi yang perlu disinggung di akhir artikel ini adalah pembedaan antara perbedaan dan kontradiksi. Berbeda belum tentu berkontradiksi. Sebagai contoh: jika penulis A mengatakan “hanya ada satu orang”, lalu penulis B mengatakan “ada dua orang”, dua catatan ini berkontradiksi. Namun, jika penulis A hanya mengatakan “ada satu orang”, sedangkan penulis B mencatat “dua orang”, belum tentu dua catatan itu berkontradiksi. Misalnya, seorang saksi mata bisa saja melaporkan semua perampok yang menggasak rumah seseorang, karena dia berada di luar dan menyaksikan mereka semua satu demi satu sedang turun dari sebuah mobil. Namun, saksi yang lain yang melintas di daerah itu pada saat beberapa perampok sedang memasuki mobil mereka untuk kabur mungkin saja melaporkan hanya beberapa orang yang dia sempat lihat.

Jadi, apakah perbedaan catatan dalam kitab-kitab Injil melemahkan klaim Alkitab bahwa catatan-catatan itu adalah firman Allah? Sama sekali tidak! Hal itu hanya menunjukkan bahwa kitab-kitab Injil merupakan firman Allah yang diberikan melalui tulisan manusia. Roh Allah mengilhamkan para penulis Alkitab sehingga tulisan mereka mengandung otoritas ilahi dan tidak mengandung kesalahan (2Tim. 3:16). Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community