Pendahuluan:
Tidak sedikit orang yang hidup benar bergumul dengan kejahatan yang terjadi di sekitar hidupnya. Bagaimana kita harus bersikap menghadapi orang-orang yang dengan tega dan tanpa rasa bersalah mengabaikan bahkan coba melawan kebenaran? Firman Tuhan hari ini akan menolong kita di dalam menghadapi orang yang demikian.
Isi:
King James Version (KJV) menterjemahkan lalang. Dan terjemahan ini lebih baik daripada versi modern lainnya yang hanya menerjemahkannya sebagai gulma (sejenis rumput liar yang mengganggu, yang terdapat di Palestina dan Siria di tengah-tengah tuaian jelai dan gandum.). Lalang dan gandum ini tumbuh dengan akar saling melilit, sehingga mencabut yang satu, yang lain akan ikut tercabut.
Gambaran ini yang diberikan Yesus kepada orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti dia (ay.2). Yesus ingin mengajarkan mereka untuk mengintrospeksi diri, mereka ada diposisi yang mana, gandum atau lalang. Yesus juga ingin setelah memastikan diri mereka adalah gandum, bagaimana menyingkapi orang lain yang dalam kategori lalang?
Di dalam realita hidup, kita sering menemui banyak orang yang memiliki perilaku tertentu mirip pengikut Yesus (Ke gereja, persekutuan, memberikan sumbangan ke gereja, yatim piatu dan janda), tapi cara mereka hidup, cara mereka berpikir bukanlah cara Kristen (tidak jujur, egois, sombong, pelit, meremehkan kekudusan).
Kehadiran lalang (gulma) jelas mengganggu keberadaan gandum, produktifitas gandum jelas terganggu. Demikianlah gambaran nyata dari kehidupan yang ril. Kita sering hidup dengan asumsi bahwa jika kita berbuat baik, bekerja keras maka segala sesuatu akan menjadi seperti yang kita inginkan, kehidupan ekonomi lebih baik, keluarga lebih harmonis, kerohanian lebih baik, namun sayangnya Itu hanyalah ilusi. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? (Mat 13:27 ITB). Mereka terkejut ketika mereka menemukan lalang/ gulma. lalang telah menghancurkan ilusi mereka, dan mereka berpikir hal ini tidak seharusnya terjadi. ‘Jika demikian, dari manakah Ilalang/gulma ini berasal?’
Urgensitas pertanyaan mereka adalah mereka ingin tahu apa yang terjadi dan siapa yang bertanggung jawab. Inilah gambaran manusia, jika kita mendapati bahwa ilusi kita hancur, mimpi kita kandas, kita ingin mencari penjelasan dan seseorang yang bisa kita salahkan, dan menghukumnya. Di dalam teks ini kelihatannya Yesus tidak tertarik dengan pendekatan ini. Yesus menjawab ‘Seorang musuh yang melakukannya,’ katanya. Dia tidak menjelaskannya lebih detail siapa nama musuh. Dia tidak memberikan petunjuk untuk menemukan, mengusir, dan menghukum musuh ini.
Yesus menjawab ‘Biarkan mereka tumbuh bersama sampai panen,’ katanya. Yesus lebih tertarik pada bagaimana gandung tetap bertumbuh dari pada bagaimana memusnahkan lalang. Yesus mengajari kita untuk belajar bertahan di tengah-tengah ancaman lalang/gulma dan tetap bertumbuh. Jangan banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan, bagaimana menyingkirkan lalang, tapi fokuslah bagaimana tetep bisa bertumbuh sekalipun harus berdampingan dengan gandum. Itulah yang Yesus ajarkan, ‘Pertumbuhan lebih penting dari pada penyingkiran’.
Salah satu sifat dari lalang adalah ‘mengecoh dan menyesatkan’ lantaran bentuknya yang identik. Tidak sedikit orang terkecoh dengan ‘lalang/gandum’ karena memandang sesuatu hanya dari tampak secara fisik. Mereka kemudian kaget dengan efek yang dihasilkan. mereka yang terlihat rohani ternyata memfitnah, punya maksud jahat, menikam dari belakang, dan lain sebagainya. Ternyata etika; Kecantikan/atau ketampanan bisa dimanipulasi. Bagaimana kita harus menghadapi mereka untuk tetap bisa bertumbuh? Jawabab Yesus akan membantu kita bersikap
Jawaban Yesus memiliki beberapa makna:
Ampunilah orang yang mendatangkan kesusahan bagimu.
Menghadapi orang yang tanpa belas kasihan menghancurkan orang lain sangatlah berat bagi kita. Terkadang kita merasa tidak mungkin bisa membiarkan orang yang demikian, harus segera melakukan sesuatu untuk menyingkirkannya dari hidup kita. Namun ini pemikiran yang bertolak belakang dengan yang Yesus inginkan. Di dalam kisah ini, Yesus menggunakan frasa ‘Biarkanlah (Αφετε) mereka tumbuh ...’ Kata ini bisa diterjemahkan ‘maafkanlah/ampunilah mereka’. Ini adalah frasa yang sama ketika Yesus berbicara di atas salib dalam Injil Lukas, ‘Bapa, ampunilah mereka’ (Lukas 23:34).
Ternyata ini bukan persoalan baru. Yesus sudah mengalaminya terlebih dahulu. Yesus selama hidup-Nya, Ia berikan untuk orang banyak. Ia berikan untuk menggenapi tujuan Bapa. namun kejahatan membuat manusia tidak bisa memandang itu sebagai tindakan yang agung, sebaliknya menyalibkan Dia. Bagaimana Yesus menghadapinya menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi orang-orang jahat. Yesus, bahkan ketika berada di kayu salib, ia tidak bersedia untuk mencabut lalang/gulma. Tentu bukan karena ia merasa tidak layak atau tidak mampu, namun karena waktunya belum tiba.
Di dalam Injil tidak ada tempat untuk main hakim sendiri, entah melalui kata-kata ataupun melalui tindakan. Sebaliknya, Yesus memerintahkan untuk mengasihi. Mengasihi musuh, mengasihi sesamamu, mengasihi diri sendiri, mengasihi Tuhan Allah. Memaafkan orang yang sudah menghancurkan mimpi kita? wow bukankah itu sulit? Ingat, Injil selalu menantang kita untuk menjadi serupa Yesus. Jadi, ampunilah mereka. Kasihilah mereka. Mungkin dengan cara inilah gandum mulai menguraikan akar dari lalang dan menunjukkan bahwa dirinya adalah gandum dan bukan lalang/gulma.
Hanya Yesus yang bisa membedakan lalang dan gandum dan Yesus yang akan memisahkan pada waktu-Nya.
Di saat pada hamba berpikir bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Tuannya malah berkata. ‘Biarkan mereka tumbuh bersama sampai panen,’ katanya. Menurut kita tidak masuk akal. Bagaimana kita bisa membiarkan itu terjadi? Gulma yang buruk dan gandum baik. Kita harus melakukan sesuatu. Kita perlu mengambil sikap dan memberikan batasan. ‘Apakah Tuan mau kita untuk mencabut lalang ini?,’ tanya para hamba kepada tuan mereka. ‘Ini bukan hanya lalang biasa, tapi gulma yang mengganggu. Perumpamaan ini berbicara tentang lalang tertentu yang disebut Zizania yang dikenal sebagai gandum palsu. Tumbuh dengan gandum. Berpenampilan seperti gandum. Akarnya saling terkait satu dengan yang lain dengan akar gandum. Perbedaan antara keduanya adalah tidak mudah terlihat di awal.
Melalui jawaban Yesus, Ia ingin memberi pesan bagi kita bahwa kita bukan orang yang tepat untuk membuat penilaian dan memusnahkan. Manusia hanya menilai terbatas pada apa yang nampak, hanya Allah yang bisa melihat jauh ke dalam hati manusia. Keterbatasan manusia melihat hati manusia yang membuat dia tidak cocok menilai orang lain. Kita bukan orang yang tepat untuk mencabut mereka karena kita bisa saja salah lihat. Hanya Yesus yang bisa membedakan dengan jelas.
Ilustrasi:
Seorang wanita muda berusia sekitar 20 tahun tinggal selama 5 tahun di sebuah sudut kota yang penuh dengan semak. Dia melarikan diri dari karena ayahnya yang sangat kasar dan pecandu alkohol, obat terlarang dan seks bebas. Wanita ini memiliki sebuah Alkitab tua kecil yang diberikan bibinya. Perempuan ini bekerja sebagai pemulung tapi dia tidak pernah menyerahkan dirinya ke prostitusi atau pencurian. Selama bertahun-tahun ia hidup hanya satu penghiburannya yaitu Alkitab. Dia berusaha untuk hidup sedekat mungkin dengan yang Allah perintahkan.
Selama bertahun-tahun ia menyaksikan orang-orang yang pergi ke gereja beberapa blok jauhnya dari tempat dia tidur. Dia akan melihat semua orang berpakaian indah keluar dari mobil mereka dan berjalan ke gereja. Dia akan duduk di tempat parkir dan mendengarkan musik sayup-sayup dari ruang kebaktian, ia akan berdoa dan membaca Alkitab-nya sampai ibadah, dan kemudian menyaksikan orang-orang berbaur dan tertawa dan bersalaman dan memeluk sebelum mereka kembali ke dalam mobil mereka dan pergi. Dia bermimpi menjadi sama dengan orang-orang itu, tapi ia percaya bahwa dia tidak pernah bisa cocok di sana.
Suatu hari ia memutuskan bahwa ia akan mengambil uang yang telah ia kumpulkan untuk membeli gaun tercantik yang mampu ia beli. Hari Minggu berikutnya dia bangun, mengumpulkan semua keberanian dan memakai gaunnya. Dia tidak punya tempat untuk mandi dan tidak ada make up, tapi ia mencoba yang terbaik untuk membersihkan wajah dan melakukan sesuatu dengan rambutnya. Dia gemetar gugup saat ia berjalan ke gereja dan mencoba untuk menyelinap di sehingga dia tidak harus berjabat tangan dengan penyambut jemaat. Beberapa tampak jijik tapi kebanyakan orang hanya memalingkan dan mengabaikannya. Dia mengumpulkan semua keberaniannya untuk tidak lari keluar dari ruang gereja. Dia berpikir mungkin ini pertama dan terakhir dia bisa hadir. Dia mengikuti ibadah dengan khusuk dan menangis.
Setelah ibadah selesai, Dia akhirnya melarikan diri dan saat ia berjalan menuju rumahnya di semak-semak seorang gadis remaja muda melihatnya masuk dalam semak-semak. Gadis dan keluarganya adalah keluarga yang cukup kaya dan yang secara teratur mengambil anak-anak asuh. sejak itu mereka mendekati dan menyakinkan dia untuk tinggal bersama mereka. Dalam setahun ia terdaftar dan sangat sukses di sekolah Teologi, dia sangat menguasai Alkitab lebih baik daripada guru atau pendeta di gerejanya. Hari ini dia adalah direktur pelayan anak dari sebuah gereja besar dan memiliki program penjangkauan tunawisma. Wanita ini tampak seperti lalang, tapi ternyata adalah gandum terbaik.
Itu sebabnya jangan pernah menghakimi siapa yang gandum, siapa yang lalang, tidak ada satupun yang punya kapasitas untuk itu selain Yesus. Tugas kita hanyalah mengasihi, mengampuni dan mendoakan. selebihnya adalah bagiannya Allah yang mampu secara sempurna membedakannya, memisahkannya dan mengumpulkan atau membuangnya.
Sekalipun keberadaan lalang atau/gulma berbahaya, namun keselamatan gandum adalah sesuatu yang pasti (30)
Ciri khas lalang adalah perusak dan penghambat pertumbuhan. Pemikiran manusia berbeda dengan pemikiran Allah, manusia cenderung berpikir untuk menyingkirkan semua yang bisa merusak. Namun tidak bagi Allah, Ia justru mengatakan gandum dan lalang akan terus hidup berdampingan hingga waktu-Nya tiba. Kejahatan dan kebaikan akan terus hidup berdampingan hingga waktu-Nya tiba. Namun satu hal penting yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa Allah sudah menentukan akhir yang pasti untuk dua jenis orang ini.
‘Pada waktu itu’, kata waktu di sini memakai kata kairos. Kata kairos berbicara tentang periode tertentu yang sudah ditentukan Allah. Yesus sendiri memberikan kepastian adanya penghakiman di akhir zaman nanti. Jika kita sudah meyakini janji Allah, maka kita tidak perlu menjalani hidup ini dengan pesimis karena kejahatan dan kebaikan akan hidup berdampingan. Janji Allah ini menjadi peringatan dan penguatan bagi kita untuk berjuang, bertahan hidup sesuai keberadaan kita sebagai gandum (anak-anak Kerajaan), walau untuk itu kita harus menderita sana-sini karena ulah jahat orang-orang di sekitar kita, walau harus menanggung risiko karena kita mempertahankan kebenaran. Kekalahan dan kemenangan pada akhirnya Allah sendiri yang menentukan. Kekalahan dan kemenangan bukanlah terjadi pada masa sekarang yang sementara saja, melainkan kelak pada saat Kristus datang kedua kalinya. Ia sendiri yang akan menentukan siapa pemenang sesungguhnya.
Ilustrasi:
Bioterorisme adalah senjata biologis yang dipakai untuk menimbulkan kerusakan bagi perorangan atau kelompok. Bioterorisme yang jarang sekali diungkap oleh para ilmuwan, adalah kasus bioterorisme Jepang untuk menjajah China. Alasan invasi Jepang ke China, menurut versi sejarawan Jepang adalah ‘Untuk membebaskan rakyat China dari tipu daya Amerika dan Inggris’. Unit 731 dibentuk dengan disamarkan sebagai fasilitas pemurnian air. Ia dibangun di kota Pingfan, dekat Harbin, di China timur laut. Pihak Jepang mencemari sungai, sumur, dan cadangan air pihak China dengan kuman kolera, disentri, tiphus, dan antrax. Diperkirakan ada sekitar 3000 warga China, Korea, dan sekutu yang meninggal dalam eksperimen ini.
China hancur ketika ada musuh menyebarkan serangan biologis (bioterorisme), bagaimana dengan gandum atau kerajaan Allah? Akankah gandum juga akan hancur dengan serangan musuh? Tentu ‘tidak’. Yesus memberikan sebuah kepastian. ‘Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.’ (Mat 13:30 ITB). Tuhan tidak memilih untuk mencabut lalang dari kerajaan-Nya. Dia telah memungkinkan mereka untuk tumbuh berdampingan dengan gandum yang baik.
Bukankah kehadiran lalang akan menyebabkan kesulitan bagi gandum? kehadiran lalang menyebabkan kedukaan, sakit hati, kerugian materi, tekanan mental bagi gandum (anak-anak Alah). Allah punya maksud melalui kebersamaan lalang dan gandum, yaitu untuk menghasilkan gandum yang berkualitas bagus.
Penutup:
Yesus sudah membukaan sebuah fakta bagi kita bahwa anak-anak Allah memang harus hidup berdampingan dengan dengan lalang (orang yang tidak percaya). Tugas kita bukan menyingkirkan mereka karena kita bukan orang yang tepat untuk menilai, tugas kita adalah mengampuni mereka. Jangan sekali-kali kuatir karena takut disingkirkan oleh lalang, sebab keselamatan anak-anak Allah dijamin oleh Allah sendiri.