Kontradiksi dalam Kisah Kenaikan Tuhan Yesus (Luk. 24:50-53 dan Kis. 1:1-12)?

Posted on 16/05/2021 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/05/Kontradiksi-dalam-Kisah-Kenaikan-Tuhan-Yesus-Luk-24-50-53-dan-Kis-11-12.jpg Kontradiksi dalam Kisah Kenaikan Tuhan Yesus (Luk. 24:50-53 dan Kis. 1:1-12)?

Dua teks di atas kadangkala menjadi sasaran empuk serangan para skeptis terhadap keabsahan Alkitab secara historis. Mereka merasa bahwa kisah kenaikan Tuhan Yesus ke surga di dua teks ini berbeda, bahkan berkontradiksi. Fokus serangan diarahkan pada dua aspek: perbedaan tempat dan waktu. Dari sisi tempat, yang satu mencatat peristiwa tersebut terjadi di Betania (Luk. 24:50-51), sedangkan yang satunya lagi di Bukit Zaitun (Kis. 1:9, 12). Dari sisi waktu, peristiwa di akhir Injil Lukas terjadi segera setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, sedangkan peristiwa di awal Kisah Para Rasul terjadi sesudah Yesus menampakkan diri selama 40 hari pasca kebangkitan-Nya (Kis. 1:3).

Jika seseorang membaca dua teks di atas secara sekilas atau dia sudah memiliki asumsi teologis tertentu yang negatif terhadap historisitas Alkitab, kesan kontradiktif memang akan langsung terlihat. Betania jelas berbeda dengan Bukit Zaitun. Rentang waktu transisi antara kebangkitan dan kenaikan Yesus tidak disebutkan di kisah yang satu, tetapi disebutkan di kisah yang lain.

Walaupun demikian, pembacaan yang lebih teliti dan objektif membawa kita pada kesimpulan yang berbeda. Sebagai contoh, perbedaan antara Betania dan Bukit Zaitun sebenarnya terlalu dibesar-besarkan. Posisi dua tempat ini berdekatan, bahkan berasiran. Bukit Zaitun terletak di sebelah timur Yerusalem (Zak. 14:4). Betania hanya berjarak 3,2 kilometer (Yoh. 11:18) dan terletak di lereng sebelah tenggara Bukit Zaitun. Beberapa teks Alkitab bahkan menyebutkan Betania sebagai bagian dari Bukit Zaitun. Markus 11:1 secara eksplisit memberi keterangan: “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun.” Pada hari-hari terakhir Yesus berada di Yerusalem sebelum Dia ditangkap, Lukas mencatat bahwa setiap malam Yesus tinggal di Bukit Zaitun (Luk. 21:37), sementara para penulis kitab Injil lain menjelaskan lebih rinci bahwa Yesus tinggal di Betania (Mat. 21:17-18; Mrk. 11:11-12). Jadi, Betania memang terletak di Bukit Zaitun.

Sekarang mari kita membahas tentang perbedaan waktu. Untuk memahami isu ini dengan lebih baik, kita perlu menyinggung fungsi Lukas 24:50-53 dan bagaimana Lukas meletakkan bagian ini dalam penutup kitab Injilnya. Kita perlu mengetahui dulu bahwa Injil Lukas dan Kisah Para Rasul berasal dari penulis yang sama, yaitu Lukas. Penerimanya juga sama, yaitu Teofilus (Luk. 1:1; Kis. 1:1). Dua kitab ini memang dimaksudkan sebagai sebuah seri tulisan.

Jika dua kitab ini memang dari awal sudah direncanakan seperti itu, tidak mengagetkan apabila kita menemukan petunjuk tentang kitab kedua di akhir kitab pertama dan petunjuk tentang kitab pertama di awal kitab kedua. Maksudnya, di akhir Injil Lukas disediakan informasi tentang apa yang akan disinggung di awal Kisah Para Rasul (Luk. 24:50-53), sedangkan di awal Kisah Para Rasul disediakan ringkasan apa yang sudah ditulis sebelumnya (Kis. 1:1-2). Praktek penulisan seperti ini membantu kita untuk melihat posisi Lukas 24:50-53 dengan lebih tepat. Bagian ini secara alur cerita tidak termasuk bagian integral dari kisah kebangkitan yang diceritakan sebelumnya. Dalam ungkapan yang lebih sederhana, bagian ini hanyalah tempelan yang menghubungkan dua kitab, sama seperti fungsi dari bagian awal Kisah Para Rasul.

Fungsi di atas juga mendapat dukungan secara tata bahasa. Lukas menghubungkan kisah kebangkitan (Luk. 24:33-49) dan kenaikan ke surga (Luk. 24:50-53) dengan kata sambung de. Arti umum dari kata sambung ini adalah “tetapi” (untuk mengontraskan dua hal). Kata ini juga bisa digunakan untuk menghubungkan (bukan mengontraskan) dua hal. Jika ini yang terjadi, hubungan antara dua hal tersebut tidak seberapa kuat: kadangkala diterjemahkan “sekarang” tanpa ada makna waktu sama sekali atau “dan” tanpa menjelaskan keterkaitan dengan bagian sebelumnya. Terjemahan LAI:TB “lalu” (juga RSV/ESV/NLT) bisa memberi kesan kronologis yang berlebihan seolah-olah peristiwa di ayat 50-53 terjadi segera sesudah peristiwa di ayat 33-49. Sesuai dengan fungsi Lukas 24:50-53 sebagai penghantar ke Kisah para Rasul, kata sambung de di ayat 50 sebaiknya diterjemahkan “dan” (KJV/NASB/YLT) atau “sekarang” (tanpa keterkaitan yang jelas dengan bagian sebelumnya).

Pada akhirnya kita perlu menegaskan ulang bahwa penulis Lukas 24:50-53 dan Kisah Para Rasul 1:1-12 adalah orang yang sama. Dia tidak sembarangan menulis, sebagaimana dia sendiri telah ungkapkan di awal tulisan pertamanya (Luk. 1:1-4). Menganggap bahwa Lukas melakukan kesalahan pada saat dia sedang menghubungkan dua kitabnya jelas merupakan dugaan yang subjektif dan kurang masuk akal, bahkan menyiratkan apa yang disebut oleh C. S. Lewis sebagai “keangkuhan kronologis” karena menganggap orang sekarang lebih teliti atau pintar daripada orang-orang jaman dulu. Biarlah setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus belajar untuk menjadi rendah hati dan menaklukkan diri pada otoritas Alkitab. Soli Deo Gloria.

  Photo by Kelly Sikkema on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community