(Lanjutan tgl 23 Desember 2018)
- Anak-anak Yakub yang lain memiliki perasaan iri yang menggiring timbulnya benci yang mendalam terhadap Yusuf. Hubungan mereka menjadi sangat renggang (Kej. 37:4, 8b, 11). Perasaan benci anak-anak Yakub pada Yusuf tersebut membutakan mata mereka sehingga mereka berinisiatif membunuh Yusuf (Kej. 37:20).
Perenungan Teologis
Setidaknya ada beberapa pelajaran penting yang harus dicatat untuk dijadikan pelajaran berarti bagi generasi sekarang dengan membaca pemaparan ini.
- “Abraham, Ishak dan Yakub”, sebuah frase yang seringkali muncul dalam frekuensi yang berulang-ulang dalam Perjanjian Lama maupun Baru, yang merujuk pada asal mula perjanjian Allah terhadap umat pilihanNya, bukan merupakan jaminan bahwa apapun yang mereka lakukan di masa lalu merupakan alasan pembenarannya bagi orang yang hidup di masa kini. Memang Alkitab tidak secara langsung memberikan penilaian terhadap bentuk favoritisme yang dilakukan para leluhur tersebut, namun hal itu bukan merupakan alasan utama membenarkan tindakan favoristime mereka. Dengan kemampuan membedakan mana yang baik, mana yang buruk, generasi sekarang dapat bercermin dari Alkitab untuk mampu bersikap yang sesuai dengan apa yang dinyatakan Alkitab secara eksplisit maupun implisit (bdg. 1 Kor. 10:11).
- Kesalahpahaman untuk menghubungkan favoristime Abraham, Ishak dan Yakub dalam hubungannya dengan teologi pemilihan Allah dalam kitab Kejadian harus disikapi secara bijaksana. Memang dalam Perjanjian lama, utamanya kitab Kejadian, ada suatu alur tertentu yang menghubungkan pola pemilihan Allah pada anak laki-laki yang lebih muda atau anak ke-2 (jika terdapat 2 anak laki-laki), bukan pada anak laki-laki pertama yang seharusnya memperoleh hak kesulungan. Dan yang lebih membingungkan lagi adalah anak yang menjadi pilihan Allah adalah anak yang sama yang menjadi anak favorit Abraham, Ishak dan Yakub. Hal ini harus dipahami dalam 2 sudut pandang. Bagi para bapa leluhur, kedaulatan Allah dalam pemilihan dipandang sebagai titik berangkat dalam melihat segala sesuatunya sedangkan bagi orang masa kini, kedaulatan Allah dalam pemilihan dilihat sebagai tujuan akhir dalam memandang sesuatunya (itupun dengan catatan orang tersebut memiliki pemahaman tentang kedaulatan Allah secara proporsional). Dengan kacamata berpikir sekarang ini, maka tidaklah tepat untuk menilai bahwa favoritisme yang dilakukan Abraham, Ishak dan Yakub merupakan tindakan yang benar untuk mendukung pemilihan Allah atas orang pilihan-Nya.
- Rantai favoristisme yang berlaku secara turun temurun pada keluarga Abraham, selanjutnya berlangung pada keluarga Ishak dan keluarga Yakub seharusnya menjadi peringatan bagi generasi-generasi yang hidup sesudahnya untuk menilai hal ini dari berbagai sisi, termasuk dalam hal pola pengasuhan. Memang favoritisme dengan berbagai alasan di balik tindakannya itu berhubungan lebih banyak dengan dunia emosi daripada akal sehat manusia. Jalan keluar yang dapat ditawarakan adalah mengikuti pola yang dilakukan Yesus dalam menyikapi masa lalu dari orang berdosa. Untuk menyikapi favoritisme atas istri-istri, orang modern dengan mudahnya memberikan monogami sebagai solusinya. Yang lebih harus diberi perhatian khusus adalah favoritisme orang tua terhadap anak-anak tertentu yang bukan hanya sekedar sikap yang kurang bijaksana, tetapi juga menimbulkan dampak-dampak lain, misalnya:
* Favoritisme selalu menghasilkan hal-hal buruk. Hampir tanpa perkecualian, ketika favoritisme terjadi dalam sebuah keluarga, anak yang kurang dikasihi akan mengembangkan pola kebencian terhadap anak yang lebih dikasihi. Biasanya menjelang anak-anak tersebut mencapai usia remaja, kebencian baik yang ditunjukkan maupun tidak akan tampak menonjol.
* Favoritisme tidak memperdulikan rancangan Allah. Ketika orang tua mempraktekkan favoritisme, mereka sedang lupa bahwa Allah menciptakan masing-masing anak secara berbeda dengan tujuan khusus dan unik, dengan talenta dan karunia yang bervariasi. Jika Allah menciptakan anak-anak itu dengan kasih yang sama, mengapa hal itu dirusakkan dengan sikap membedakan yang dilakukan orang tua sendiri???
* Favoritisme itu menyakitkan bagi orang-anak yang merasa kurang dikasihi. Rasa sakit itu bisa berlangsung panjang tanpa batasan waktu sampai orang tua menyadari dan hal itu dapat berakibat pada masalah emosi, sosial dan hubungannya dengan Tuhan
* Favoritisme itu tanpa disadari membentuk ketidakadilan bagi anak yang lebih dikasihi. Meskipun anak tersebut mendapatkan kasih sayang yang berlebih, anak tersebut akan memiliki gambar diri yang berlebihan, kehilangan kasih dan perhatian terhadap saudara-saudaranya dan kehilangan kemampuan sosial untuk beradaptasi dengan berbagai situasi.