Eksposisi Filipi 4:14-17

Posted on 24/07/2022 | In Teaching | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/08/Eksposisi-Filipi-4-14-17.jpg Eksposisi Filipi 4:14-17

Mengapresiasi kebaikan orang lain seharusnya merupakan sebuah tindakan yang tidak sukar untuk dilakukan. Dalam kenyataan, ironisnya, tidak selalu demikian. Sebagian orang sukar menghargai pemberian. Ada yang dibesarkan dalam sebuah kultur keluarga yang tidak terbiasa mengucapkan terima kasih. Ada yang menganggap diri pantas menerima sesuatu dari orang lain. Ada yang kuatir akan merepotkan orang yang memberi bantuan. Ada yang gengsi karena terlihat membutuhkan pertolongan dari luar. Daftar ini tentu saja masih bisa diperpanjang. Intinya, ada beragam alasan mengapa seseorang sukar menerima, apalagi menghargai, pemberian dari orang lain.

Secara pertimbangan manusiawi Paulus seharusnya tergolong sukar untuk mengapresiasi kebaikan atau bantuan dari orang lain. Dalam pelayanannya, Paulus sangat mandiri. Dia membuat tenda untuk mendapatkan uang bagi dirinya, rekan sepelayanan maupun jemaat yang dilayani. Itulah sebabnya di beberapa situasi dia tidak mau menerima tunjangan hidup dari jemaat (1Kor. 9:1-18; 2Tes. 3:7-10). Paulus juga sudah terbiasa dengan segala kesulitan di segala keadaan pelayanan (2Kor. 11:23-28). Dia sangat mahir dalam mencukupkan diri dalam segala keadaan. Prinsip hidupnya sangat sederhana: “Asal ada makanan dan pakaian, cukup” (1Tim. 6:8).

Walaupun dia mampu hidup secara mandiri, Paulus tidak menolak bantuan dari orang lain. Salah satunya adalah dari jemaat Filipi. Bukan hanya Paulus mau menerima, tetapi dia juga mengekspresikan ucapan terima kasih dengan cara yang khusus. Bagi Paulus, kemandirian bukan kesombongan. Menerima bantuan bukan kelemahan atau kehinaan.

Teks hari ini dimulai dengan frasa “namun baik juga perbuatanmu” (4:14a). Kata sambung “namun” (plēn) di awal ayat ini perlu digarisbawahi. Paulus sedang membuat perbandingan dengan apa yang dia terangkan di ayat 10-13. Lebih tepatnya, Paulus sedang mengantisipasi kesalahpahaman. Sebelumnya dia sudah menegaskan bahwa dengan kekuatan Kristus dia telah belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan, baik kelimpahan maupun kekurangan, baik dalam hal kenyang maupun lapar. Pernyataan ini bisa saja disalahpahami seolah-olah Paulus tidak membutuhkan atau kurang menghargai pemberian dari manusia. Paulus tidak ingin jemaat Filipi mendapatkan kesan bahwa pemberian mereka tidak begitu berarti bagi Paulus. Itulah sebabnya dia memulai ayat 14 dengan frasa “namun baik juga perbuatanmu.”

Apa yang dilakukan oleh jemaat Filipi bukan sesuatu yang biasa. Apa yang mereka lakukan bukan sesuatu yang wajar atau sepantasnya. Paulus memandang tindakan mereka sebagai sesuatu yang “baik” (kalōs).

Sebagaimana kita ketahui, tidak semua pemberian adalah baik. Ada pemberian yang tidak tepat sasaran (misalnya disalahgunakan). Ada bantuan yang dimotivasi oleh kepentingan tertentu (misalnya suap, manipulasi, dan pencitraan).

Mengapa Paulus menyebut pemberian bantuan dari jemaat Filipi sebagai sesuatu yang baik?

Pertama, pemberian bantuan merupakan bentuk partisipasi dalam penderitaan orang lain (ayat 14). Kata “mengambil bagian” (synkoinōneō) secara hurufiah berarti “mengambil bagian bersama-sama” (syn = “bersama-sama” dan koinōneō = “bersekutu” atau “mengambil bagian”). Pemilihan kata ini sangat menarik. Ada makna kebersamaan dan kesejajaran.

Paulus tidak menempatkan jemaat Filipi sebagai pahlawan, melainkan sebagai rekan. Bukan sebagai penolong yang diandalkan, melainkan teman yang memainkan peranan. Ada kebersamaan, tetapi bukan ketergantungan.

Sikap di atas tentu saja tidak boleh ditafsirkan seolah-olah Paulus tidak terlalu membutuhkan bantuan dari jemaat Filipi. Paulus menyadari bahwa dia membutuhkan bantuan. Dia sedang berada dalam kesusahan. Bantuan dari jemaat Filipi dan keberadaan Epafroditus yang mereka utus untuk melayani Paulus di penjara jelas sangat bermakna (2:25-30). Semua itu sangat berguna bagi Paulus. Walaupun demikian, Paulus ingin meletakkan jemaat Filipi sesuai dengan porsi mereka.

Frasa “mengambil bagian dalam kesusahanku” (4:14b) juga tidak kalah menarik untuk direnungkan. Semua bantuan untuk orang yang menderita dalam pelayanan berarti mengambil bagian dalam penderitaan orang tersebut. Tidak semua jemaat benar-benar ikut menderita bersama dengan Paulus di penjara. Mereka hanya mengirimkan Epafroditus. Sebagin jemaat yang turut memberikan bantuan juga mungkin tidak berada dalam kemiskinan. Keadaan mereka mungkin baik-baik saja. Walaupun demikian, mereka tetap dikatakan telah mengambil bagian dalam kesusahan Paulus. Untuk bisa turut mengambil bagian dalam penderitaan orang lain, seseorang tidak harus secara langsung mengalaminya sendiri. Yang dipentingkan di sini adalah rasa empati yang diwujudkan melalui partisipasi sesuai porsi.

Kedua, pemberian bantuan untuk pelayanan merupakan bentuk partisipasi bagi kemajuan Injil (ayat 15-16). Di bagian ini Paulus melakukan kilas balik pelayanannya dulu di propinsi Makedonia. Kota pertama yang dia kunjungi adalah Filipi (Kis. 16:11-12). Walaupun pelayanan di sana menghasilkan buah yang signifikan, tetapi pertentangan juga semakin besar. Paulus dan rekan-rekannya akhirnya diusir dari Filipi dan terpaksa pindah ke Tesalonika (Kis. 17:1).

Hal yang sama terjadi di Tesalonika. Paulus mendapatkan pertentangan yang serius. Selama menjalani situasi yang rumit di kota inilah jemaat Filipi beberapa kali mengirimkan bantuan untuk Paulus (Flp. 4:15-16). Terjemahan “satu dua kali” (4:16) merupakan sebuah ungkapan yang mengandung arti “lebih dari satu kali” (NASB/NLT) atau “lagi dan lagi” (NIV).

Paulus tidak ingin melihat pemberian jemaat FIlipi secara sempit. Bagi Paulus bantuan tersebut bukan hanya bersifat pribadi (sebatas mengambil bagian dalam kesusahannya). Dia ingin menegaskan bahwa bantuan itu merupakan partisipasi bagi kemajuan Injil. Semua diletakkan ke dalam konteks pemberitaan Injil (4:15 “mengabarkan Injil”). Jemaat Filipi telah “mengadakan perhitungan hutang dan piutang” dengan Paulus. Terjemahan LAI:TB ini kurang sempurna sehingga bisa memberikan kesan yang keliru, seolah-olah ada transaksi hutang-piutang. Sesuai teks Yunani, bagian ini seharusnya diterjemahkan “mengambil bagian dalam urusan pemberian dan penerimaan” (ekoinōnēsen eis logon doseōs kai lēmpseōs). Kata “mengambil bagian” (koinōneō) muncul kembali di bagian ini. Jadi, ini tentang partisipasi, bukan transaksi.

Poin ini tampaknya seringkali dilupakan oleh banyak orang. Di satu sisi sebagian jemaat kurang memberi. Mereka hidup untuk diri sendiri. Mereka kurang peduli dengan kemajuan Injil. Berhala harta telah menguasai hati mereka sehingga mereka tidak peka terhadap jiwa-jiwa yang masih dibelenggu oleh dosa.

Di sisi lain sebagian rohaniwan juga kurang bijaksana mengelola bantuan. Entah berapa banyak persembahan jemaat diberikan kepada rohaniwan tetapi kurang berfaedah bagi penginjilan. Yang meningkat bukan jumlah jiwa-jiwa terhilang yang dijangkau, tetapi taraf hidup rohaniwan yang semakin mentereng. Rohaniwan hanya sibuk dengan pencitraan dan melupakan penginjilan. Mereka mengejar kenyamanan dan melarikan diri dari kesusahan.

Ketiga, pemberian bantuan untuk pelayanan mendatangkan keuntungan spiritual (ayat 17). Pada bagian ini Paulus menegaskan bahwa yang terutama bukanlah pemberian, melainkan buahnya. Buah inipun bukan untuk kepentingan Paulus sendiri, melainkan keuntungan jemaat Filipi.

Tidak berfokus pada pemberian, tetapi pada buahnya merupakan sebuah sikap yang luar biasa. Dalam terjemahan hurufiah, “yang kuutamakan” berarti “yang aku cari” (RSV/NASB/NIV/ESV). Paulus tidak mencari pemberian. Dalam hal menerima bantuan, Paulus sangat pasif. Namun, dalam hal mencari buah, Paulus aktif. Dia sangat merindukan buah atau hasil dari pemberian jemaat Filipi.

Buah ini pada gilirannya akan “memperbesar keuntungan” (ton pleonazontai eis ton logon hymōn) jemaat Filipi. Secara hurufiah frasa ini dapat diterjemahkan “yang melimpahi akunmu” (KJV). Bukan hanya menambah (kontra LAI:TB/RSV/NASB/NIV/ESV), tetapi membuat jadi limpah.

Yang dimaksud oleh Paulus di sini adalah upah yang akan diterima oleh jemaat Filipi di akhir zaman. Pada saat Paulus nanti dimuliakan dan diberi upah atas segala jerih-payahnya dalam pelayanan, jemaat Filipi juga akan mengambil bagian dalam kebahagiaan tersebut. Mereka yang mengambil bagian dalam pelayanan dan kesusahan juga akan mengambil bagian dalam kemuliaan dan kebahagiaan.

Upah bagi para pekerja di ladang Tuhan memang ajaran Alkitab. Di tempat lain Paulus memang mengajarkan tentang upah yang menanti setiap pekerja di ladang Tuhan (1Kor. 3:14). Namun, kita harus berhati-hati dengan kebenaran ini. Pemberian orang Kristen tidak boleh dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan balasan dari Tuhan. Berkat Tuhan adalah bonus, bukan fokus. Paulus sendiri mengajarkan bahwa bisa memberitakan Injil tanpa upah sudah merupakan upah tersendiri (1Kor. 9:17-18).

Kita perlu menyadari bahwa Allah tidak harus memberikan upah kepada siapapun. Allah tidak membutuhkan apapun atau siapapun di luar diri-Nya. Sebaliknya, adalah kewajiban ciptaan untuk melayani Pencipta. Ketika Allah menetapkan untuk memberikan upah, hal itu tetap harus dilihat sebagai sebuah bentuk anugerah. Dalam kedaulatan dan kebaikan-Nya Allah memilih untuk mengupahi kita para pekerja-Nya.

Bagi orang-orang Kristen, mengambil bagian atau berpartisipasi dalam penderitaan atau pelayanan seharusnya tidak mengagetkan. Teladan koinōneō terbesar ditunjukkan oleh Kristus sendiri. Ibrani 2:14 berkata: “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.” Jika kita diselamatkan karena Kristus mengambil bagian dalam Injil, berlebihankah jika kita juga mengambil bagian dalam kemajuan Injil? Respons ini bukan sebagai bentuk balas budi atau bayar hutang, melainkan lahir dari hati yang sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan. Soli Deo Gloria.

Photo by Kateryna Hliznitsova on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community