Teks hari ini masih menjadi bagian dari rencana perjalanan Paulus ke Yerusalem untuk mengirimkan bantuan kepada orang-orang Kristen di sana (16:1-10). Paulus belum memastikan kapan dia bisa mengunjungi jemaat Korintus dan juga apakah dia akan turut mengantarkan bantuan mereka ke Yerusalem. Sebagai salah satu persiapan, dia mengutus Timotius dan beberapa orang lain lebih dahulu ke Korintus. Selain untuk urusan pengumpulan bantuan (16:10-11), Timotius juga akan mengingatkan jemaat tentang kehidupan Paulus yang sudah meneladani Yesus Kristus (4:17).
Dari apa yang dikatakan oleh Paulus di 4:17 dan 16:10-11 terlihat bahwa Paulus sangat mengasihi dan menghargai Timotius. Dia menggunakan ungkapan: “anakku yang kekasih dan yang setia di dalam Tuhan” (4:17). Dia mengutus Timotius untuk mewakili dia di beberapa kesempatan, termasuk dalam kunjungan ke Korintus. Dia menegaskan bahwa Timotius “mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku” (16:10b). Dia sendiri sangat mengharapkan kedatangan Timotius (16:11b).
Kualitas rohani Timotius tidak lepas dari kedekatannya dengan Paulus. Timotius telah berhasil meneladani kehidupan Paulus (lihat 2Tim. 3:10-11). Dengan kata lain, kedekatan telah melahirkan keteladanan. Jangan sampai kedekatan justru membuat orang lain tersandung. Jangan sampai kedekatan justru menyebabkan seseorang sungkan untuk memberikan teguran.
Paulus tidak mengutus Timotius begitu saja. Dia juga ingin memastikan bahwa tugas ini akan terlaksana dengan baik. Itulah sebabnya dia mengirimkan Surat 1 Korintus terlebih dahulu sebelum Timotius tiba di sana. Dia menasihati jemaat Korintus untuk melakukan tiga hal kepada Timotius. Ketiganya saling berhubungan.
Menghargai Timotius sebagai pelayan Tuhan (ayat 10)
Kata “usahakanlah” (blepete) secara hurufiah berarti “perhatikanlah”. Perintah ini biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang sangat penting. Kata ini sebelumnya sudah muncul beberapa kali. Jemaat Korintus diperintahkan untuk mengingat (memperhatikan) panggilan mereka (1:26). Mereka perlu memperhatikan kebebasan mereka supaya tidak membuat orang lain tersandung (8:9). Mereka juga patut memperhatikan kisah penghukuman yang menimpa bangsa Israel dahulu supaya mereka tidak bertindak sembarangan (10:18). Dari pemilihan kata blepete seperti ini tersirat bahwa respons jemaat terhadap Timotius merupakan hal yang sangat penting bagi Paulus.
Frasa “usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut” (blepete hina aphobōs genētai pros hymas) secara tradisional ditafsirkan sebagai isyarat bagi ketakutan Timotius. Jemaat Korintus bukan jemaat yang mudah. Mereka bersitegang dan menghakimi Paulus (4:1-5). Paulus sendiri mengalami kegentaran pada waktu pertama kali mengunjungi kota itu (2:1-5). Wajar jikalau Timotius yang masih muda dan cenderung penakut (1Tim. 4:12; 2Tim. 1:7) juga dipenuhi dengan ketakutan. Itulah sebabnya Paulus menasihati jemaat Korintus untuk tidak menakut-nakuti Timotius (NLT “Do not intimidate him”).
Pandangan tradisional di atas tampaknya perlu dikaji ulang. Penyelidikan konteks yang lebih seksama mendorong kita untuk menafsirkan frasa di atas sebagai sebuah penegasan atau peringatan kepada jemaat Korintus. Pada intinya Paulus ingin berkata: “Perhatikanlah bahwa dia ada di antara kalian tanpa takut”. Tafsiran ini lebih sesuai dengan ayat 10b “sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku”. Jikalau Paulus sedang memohon kepada jemaat Korintus untuk tidak menakut-nakuti Timotius, mengapa alasan yang diberikan adalah posisi Timotius sebagai pelayan Tuhan? Bukankah lebih baik seandainya dia berkata “sebab dia masih muda dan kurang pengalaman?” Keterangan “sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku” lebih tepat dipandang sebagai alasan bagi keberanian Timotius di ayat 10a. Dia berani karena dia sadar bahwa dia sedang mengerjakan pekerjaan Tuhan. Lagipula, di tengah situasi pertikaian yang rumit di Korintus, Paulus tidak mungkin mengutus seseorang yang penakut dan perlu dibantu untuk mengatasi rasa takut tersebut.
Mengapa Paulus merasa perlu menginformasikan tentang keberanian Timotius? Alasan utamanya mungkin berkaitan dengan beberapa jemaat yang sombong (4:17-21). Mereka beranggapan bahwa Paulus tidak akan datang lagi (4:18). Mereka menganggap sikap Paulus lemah dan perkataannya tidak berarti (2Kor. 10:10). Dengan mengungkapkan keberanian Timotius, Paulus ingin menyampaikan sebuah pesan yang serius: dia ingin menindak tegas orang-orang itu melalui Timotius.
Tidak memandang rendah Timotius (ayat 11a)
Kata “menganggap rendah” (exoutheneō) dapat berarti “menghina” (1:28; Rm. 14:3, 10; Gal. 4:14) atau “memandang seseorang/sesuatu tidak penting” (6:4; 2Kor. 10:10; 1Tes. 5:20). Dalam konteks 16:10-11 sukar untuk menentukan arti mana yang lebih dominan dalam pikiran Paulus. Seandainya harus memilih di antara dua opsi ini, tidak berlebihan jika kita menduga yang terburuk. Jemaat Korintus tidak hanya memandang rendah, namun berani menghina Timotius? Mereka tidak segan-segan menghina Paulus (bdk. 4:8-13). Bukankah hal yang sama mereka bisa perbuat pada Timotius?
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, kita sebaiknya memahami bagian ini sebagai sebuah tambahan peringatan kepada jemaat di Korintus. Posisi Timotius sebagai pelayan Kristus tidak boleh disepelekan. Terlepas dari siapa dan bagaimana seseorang, selama dia mengerjakan pekerjaan Tuhan, dia tidak boleh dipandang rendah.
Peringatan ini memang perlu disinggung oleh Paulus. Dia sedang mengantisipasi respons negatif dari jemaat Korintus. Jikalau Paulus saja ditentang, apalagi utusannya. Di samping itu, beberapa jemaat mungkin melampiaskan ketidaksukaan mereka terhadap Paulus dengan cara memperlakukan Timotius secara negatif. Dari kaca mata budaya kuno pada waktu itu, hal itu terbilang wajar. Seseorang biasanya memandang seorang utusan sebagai cerminan dari yang mengutus. Apa yang dilakukan seseorang terhadap utusan dimaksudkan sebagai sebuah pesan bagi yang mengutusnya.
Mengantar Timotius dalam damai (ayat 11b)
LAI:TB menerjemahkan bagian ini sebagai berikut: “Tetapi tolonglah dia, supaya ia melanjutkan perjalanannya dengan selamat” (propemsate de auton en eirēnē). Seperti yang sudah diuraikan di beberapa khotbah sebelumnya, kata kerja propempō lebih tepat diterjemahkan “mengutus ke suatu tempat” (16:6). Di dalamnya sudah termasuk pemberian bantuan dan penyediaan segala kebutuhan (Rm. 15:24; 2Kor. 1:16; Tit. 3:13; 3Yoh. 1:6). Kata propempō menyiratkan bahwa Paulus sedang menyinggung tentang kepulangan Timotius dari Korintus (bdk. ayat 11c “sebab aku di sini menunggu kedatangannya bersama-sama dengan saudara-saudara yang lain”).
Apakah “dengan selamat” (en eirēnē, lit. “dalam damai”) harus ditafsirkan dalam kaitan dengan pertikaian di Korintus (baik antar jemaat maupun jemaat dan Paulus)? Mempertimbangkan banyak teks dalam Alkitab (Kel. 4:18; 1Sam. 20:42; 2Raj. 5:19; Yak. 2:16), kita sebaiknya memandang “dalam damai” sebagai sebuah salam perpisahan yang umum. Tidak ada kaitan dengan pertikaian atau semacam itu.
Apapun yang akan dilakukan oleh Timotius di Korintus dan apapun respons jemaat terhadap hal itu, mereka tetap bertanggung-jawab untuk menyediakan keperluan Timotius dalam perjalanan selanjutnya. Mereka memberikan dukungan karena dia adalah seorang pelayan Tuhan (ayat 10b). Bantuan atau tunjangan untuk seorang pelayan Tuhan seyogyanya tidak dipengaruhi oleh sikap jemaat terhadap pelayan itu. Sebagai seorang pelayan Tuhan, dia memang berhak untuk diberi tunjangan dan bantuan.
Bagaimana sikap Anda terhadap pelayan Tuhan? Apakah selama ini Anda menghargai mereka? Sudahkah Anda mendukung secara material kehidupan dan pelayanannya dengan memadai? Soli Deo Gloria.
Apa yang diharapkan secara konkrit melalui kata ini memang tidak terlalu jelas. Memperhatikan seperti apa? Hampir semua versi Inggris memilih terjemahan hurufiah (“see”). Yang diharapkan Paulus pasti bukan sekadar “memperhatikan”. Dia ingin jemaat Korintus melakukan sesuatu bagi kepentingan Timotius. Karena “sesuatu” yang diharapkan itu tidak eksplisit, menerjemahkan blepete dengan “usahakanlah” (LAI:TB) terlihat sebagai pilihan yang lebih bijaksana.
Tujuan dari nasihat tadi adalah “supaya dia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut” (hina aphobōs genētai pros hymas).
Frasa “usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut” (LAI:TB)