Dalam bagian ini Paulus menggunakan gaya penulisan diatribe, yaitu sebuah dialog imajiner. Penerjemah LAI:TB menolong kita untuk menangkap gaya sastra ini dengan cara menambahkan kata "mungkin". Semua versi Inggris mengambil terjemahan yang lebih hurufiah: "Tetapi seseorang akan bertanya".
Dua pertanyaan yang dimunculkan di ayat 35 saling berkaitan erat. Yang satu lebih umum ("Bagaimana orang mati dibangkitkan?"), yang lain lebih khusus ("Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?"). Dari pertanyaan yang terakhir ini kita dapat menyimpulkan bahwa penolakan terhadap kebangkitan orang mati yang menjadi persoalan utama di pasal 15 (lihat ayat 12), berhubungan dengan tubuh kebangkitan.
Bagi sebagian orang Yunani, ide tentang kebangkitan orang mati saja sudah terdengar sangat asing. Berita injil yang disampaikan oleh Paulus dianggap berasal dari dewa-dewa asing (Kis. 17:18). Tatkala Paulus menyinggung tentang kebangkitan orang mati, mereka langsung mengejek dia (Kis. 17:32). Ditambah dengan konsep kebangkitan tubuh, berita injil menjadi semakin sukar diterima dalam konteks budaya Yunani. Mereka menganggap tubuh (material) sebagai sesuatu yang buruk. Bagaimana bisa jiwa atau roh (non-material, baik) yang mendapatkan kebebasan pada saat kematian justru diberi bungkusan lagi (tubuh) yang bersifat material?
Pertanyaan "Bagaimana orang mati dibangkitkan?" tidak sama dengan "Bagaimana hal itu mungkin?". Bukan kemungkinannya yang dipertanyakan, melainkan caranya. Kata keterangan "bagaimana" (pōs) lebih mengarah pada cara sesuatu dilakukan. Itulah sebabnya Paulus langsung mengaitkannya dengan topik kebangkitan tubuh.
Jika memang demikian, kita dapat menemukan sebuah kesalahan logika yang dilakukan oleh jemaat Korintus. Mereka menolak kebangkitan orang mati gara-gara mereka tidak memahami caranya. Ketidaktahuan terhadap suatu proses menyebabkan seseorang menolak hasilnya. Pemikiran seperti ini jelas keliru. Banyak hal dalam kehidupan kita yang benar-benar ada atau terjadi walaupun kita tidak tahu bagaimana prosesnya.
Bagaimana Paulus merespons sanggahan imajiner ini? Di ayat 36-41 Paulus memberikan beberapa ilustrasi dari kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan bahwa kebangkitan tubuh merupakan suatu konsep yang masuk akal. Di ayat 42-49 dia memberikan penjelasan lebih konkrit seputar kebangkitan tubuh. Khotbah hari ini hanya akan membahas bagian yang pertama (ayat 36-41).
Ilustrasi dari tanaman (ayat 36-38)
Sebutan "bodoh" (aphrōn) di awal ayat 36 tidak boleh ditafsirkan sebagai dukungan untuk bersikap kasar kepada orang lain. Ingat, gaya penulisan di sini adalah diatribe. Paulus tidak sedang mengata-ngatai orang tertentu dalam jemaat Korintus. Ini hanyalah dialog imajiner. Lagipula, istilah "bodoh" dalam Alkitab seringkali mengandung makna spiritual daripada intelektual. Beberapa orang gagal mempercayai keberadaan dan intervensi Allah dalam dunia, sekalipun petunjuk ke arah sana cukup memadai. Mungkin terjemahan yang lebih umum dan baik adalah "bebal" (Mzm. 14:1; 53:1).
Menurut Paulus, keyakinan terhadap Allah dan penolakan terhadap kebangkitan orang mati merupakan dua hal yang tidak mungkin dipegang bersamaan. Jikalau seseorang mempercayai Allah, dia seharusnya tidak mengalami kesulitan untuk mempercayai kebangkitan orang mati. Dia tidak perlu membingungkan bagaimana tubuh seseorang yang sudah hancur di dalam tanah bisa dibangkitkan kembali pada waktu kebangkitan. Banyak contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa hal semacam itu tidaklah mustahil (jika Allah memang ada).
Salah satu contoh adalah tanaman berbiji (ayat 36-38). Benih yang ditanam ke dalam tanah dari sisi bentuk berbeda dengan tanaman yang akan dihasilkan. Yang ditanam jelas bukan tanaman itu sendiri, melainkan bijinya. Biji tersebut harus mengalami perubahan bentuk selama ada di tanah. Baru sesudah itu biji tersebut akan menghasilkan tanaman yang sesuai dengan jenis benih tersebut.
Siapa yang berperan dalam semua proses? Dalam perspektif theisme, Allah bekerja di dalam segala proses ini (ayat 38). Allah yang memberi pertumbuhan (bdk. 3:6-7). Petani tidak mengetahui bagaimana benih mengalami perubahan di dalam tanah (bdk. Mrk. 4:27). Jikalau Allah mampu mengadakan perubahan yang drastis dari biji menjadi tanaman, Dia juga pasti mampu mengubahkan tubuh manusia yang rusak di dalam tanah menjadi tubuh yang lain. Allah yang memberikan "tubuh baru" untuk biji yang tanpa kulit, Dia juga sanggup menyediakan tubuh baru bagi kita pada waktu kebangkitan kelak.
Bukan hanya itu. Ungkapan "kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri" di akhir ayat 38 menyiratkan tubuh yang sesuai dengan setaip biji yang ada. Maksudnya, ada kesinambungan dalam taraf tertentu antara tubuh duniawi dan tubuh surgawi. Kesinambungan, tetapi bukan kesamaan. Keduanya sangat berbeda. Ada transformasi yang sudah terjadi di tengah-tengahnya (2Kor. 3:18; Flp. 3:21). Sejauh mana kesinambungan itu, Paulus tidak menerangkan secara detil di sini.
Yang menjadi kunci dalam semua proses ini adalah Allah. Dialah yang memberikan tubuh yang baru sesuai dengan yang Dia kehendaki (ayat 38 "Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya"). Jika kita mempercayai Allah, kita seyogyanya percaya bahwa kehancuran tubuh kita di dalam kuburan tidak akan menghalangi Dia untuk menyediakan tubuh yang baru.
Ilustrasi dari beragam daging di bumi dan benda-benda penerang di langit (ayat 39-41)
Di bagian ini Paulus menambahkan sebuah ilustrasi yang baru. Poin yang hendak disampaikan melalui ilustrasi ke-2 ini tidak identik dengan ilustrasi ke-1. Ada penambahan dan penegasan ide dalam ilustrasi ke-2.
Kalau di ilustrasi sebelumnya Paulus menyebut bentuk luar tanaman sebagai "tubuh”, kali ini dia benar-benar menyinggung tentang tubuh (daging). Ada beragam jenis daging: daging manusia dan binatang. Di antara binatang ada daging burung dan ikan.
Pesan yang diungkapkan bukan hanya kekuasaan dan kedaulatan Allah dalam menciptakan beragam daging. Poin ini sudah disinggung di ilustrasi ke-1. Paulus lebih ingin menjelaskan perbedaan dari tiap daging tersebut. Kata "lain" (allē) yang muncul sebanyak empat kali di ayat 39 adalah kuncinya. Daging manusia beda dengan daging burung, beda dengan daging ikan, dan seterusnya. Maksudnya, untuk setiap makhluk disediakan daging tersendiri yang sesuai.
Perbedaan ini lebih dipertegas lagi di awal ayat 40: "Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi". Jadi, bukan hanya daging di bumi berbeda jenis satu dengan yang lainnya. Daging-daging dalam kategori ini juga berbeda dengan "daging-daging lain" yang ada di atas.
Bahkan yang ada di atas juga berlainan pada diri mereka sendiri. Matahari tidak sama dengan bulan, tidak sama dengan bintang-bintang. Secara khusus, mereka berbeda dalam hal kualitas sinar, yang di ayat 41 digunakan istilah "kemuliaan".
Perbedaan kemuliaan ini mempersiapkan jalan bagi pembahasan tentang perbedaan kemuliaan antara tubuh sekarang (di bumi) dan tubuh kebangkitan (di sorga). Sebagaimana daging-daging di bumi (ayat 39) berbeda dengan daging-daging di langit (ayat 40), demikian pula tubuh kita sekarang di bumi berbeda dengan tubuh kebangkitan di langit dan bumi yang baru. Sebagaimana benda-benda penerang di langit berbeda kemuliaannya, demikian pula tubuh kita sekarang berbeda kemuliaannya dengan tubuh kebangkitan.
Seperti apa tubuh kebangkitan yang dimaksud oleh Paulus di bagian ini, kita belum diberitahu. Nanti di ayat 42 dan seterusnya kita akan mengetahuinya. Yang disampaikan di ayat 36-41 hanyalah menunjukkan bahwa ada beragam tubuh yang Allah siapkan di alam semesta. Bukan hanya itu, beberapa juga mengalami transformasi. Demikian pula tubuh kita sekarang berbeda dengan tubuh kebangkitan. Akan ada transformasi atas tubuh yang sekarang. Dengan kata lain, Paulus hendak menunjukkan bahwa transformasi seperti ini bukanlah sesuatu yang mustahil atau aneh. Observasi sederhana terhadap alam sudah cukup untuk memberikan petunjuk berharga yang mengarah ke sana. Soli Deo Gloria.