Kita hidup dalam masyarakat yang mudah untuk marah. Pemandangan yang demikian sangat mudah ditemukan, bahkan dapat diterima oleh beberapa orang. Hal sepele bisa membuat seseorang langsung marah, misalnya jalur kita dipotong oleh kendaraan lain di jalan raya, atau ketika kita merasa diabaikan oleh penjual saat berbelanja, atau saat ada seorang teman yang tindakan atau perkataannya menyinggung perasaan kita, atau saat anak kita membantah perintah kita, tentunya masih banyak contoh lainnya. Pertanyaannya adalah, bagaimana jika orang yang mudah marah itu adalah seorang Kristen? Jelas ini adalah pemandangan yang tidak elok dilihat. Orang lain akan tersandung, dia tidak akan tidak menjadi garam dan terang Kristus.
Orang yang mudah marah, akan menyertakan dosa-dosa serius lainnya, misalnya mencaci maki orang lain, melukai orang lain, kebencian, tidak mau mengampuni, balas dendam. Oleh karena itu, mengetahui hal yang akan membuat kita lambat marah dan memaafkan sangat penting bagi kita sebagai orang Kristen.
Kebijaksanaan menolong kita untuk menahan amarah (ay.11a)
Firman Tuhan hari ini memberi tahu kita ada hal yang harus kita miliki jika kita ingin lamban dalam marah. Hal yang membuat kita bisa bersabar dengan provokasi-provokasi orang lain adalah “kebijaksanaan”. Kebijaksanaan yang akan membuat kita lambat marah.
Kebijaksanaan dalam Bahasa Ibrani adalah "sekel". Ini berbeda dengan “akal budi” dalam terjemahan LAI. Kebijaksanaan adalah sebuah kecerdasan yang lebih dari sekedar pengetahuan karena rajin membaca buku atau belajar tentang subjek tertentu. Memiliki kecerdasan dan wawasan inilah yang memberi seseorang kemampuan untuk memiliki kesabaran.
Kebijaksanaan ini dimiliki oleh Abigail dalam 1 Samuel 25: 3. Dia dikatakan sebagai wanita cantik yang memiliki kecerdasan (bijaksana). Itulah yang membuat seluruh keluarganya tidak dihancurkan ketika suaminya memperlakukan Daud dengan hina. Dia mengetahui tentang kesalahan suaminya juga sikapnya yang tidak bijak dan dengan cepat pergi menemui Daud dengan hadiah (yang seharusnya diberikan sejak awal). Daud, dengan sekelompok prajuritnya sudah siap untuk membalas dendam karena kemarahan yang muncul dalam dirinya ketika dia dihina oleh suami Abigail. Namun, dengan kemampuan Abigail untuk memahami apa yang akan terjadi pada keluarganya, itulah yang menggerakkan dia untuk menenangkan kemarahan Daud dengan permintaan maaf dan hadiah yang pantas.
Lekas marah, cenderung membuat kita tidak memikirkan apa yang sedang kita lakukan. Kebijaksanaan membuat kita lambat marah. Perhatikanlah, ayat ini tidak mengatakan "jangan pernah marah" atau "semua kemarahan adalah dosa," tetapi lambatlah untuk marah. Kita boleh marah, tapi tidak boleh buru-buru marah. Ada kalanya kita harus marah ketika kebenaran diinjak-injak. Tapi lebih baik kalau kita lambat marah. Dengan cara itu, kemarahan kita bukanlah reaksi sesaat tetapi keputusan yang jelas yang dipandu oleh akal dan pengertian.
Kasih dan pengampunan menghasilkan keindahan (Ay. 11b)
Kita perlu ingat bahwa selalu ada kemuliaan dibalik perjuangan ini. Pikirkan sejenak, apa jadinya hidup ini jika setiap orang menuntut keadilan instan atas semua hal yang menurut mereka salah. Dunia akan dipenuhi dengan keadilan main hakim sendiri di mana-mana. Tidak akan ada kedamaian. Oleh karena itu, lebih baik bagi kita untuk tidak cepat marah. Hal ini sulit dilakukan, namun itulah sebuah tindakan terpuji.
Di ayat 12, pengamsal mengatakan “Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikannya seperti embun yang turun ke atas rumput.” Perkataan raja yang marah sama ditakuti seperti auman singa; tetapi kemurahannya bagaikan embun di atas rerumputan. Frase pertama menebar atmosfir yang panas, tegang, takut, panik. Sementara frase kedua menebar atmosfir yang sebaliknya, nyaman, tenang, damai, indah. Apa yang kita harapkan dengan kehadiran kita? Kehadiran kita membawa atmosfir yang positifkah atau negatif?
Dua ketegangan ini digenapi di dalam Kristus. Kristus adalah Raja yang murka terhadap dosa dari umat-Nya. Dia akan mengaum seperti singa yang siap menerkam, namun kasih-Nya mengalahkan murka-Nya. Kebaikan-Nya seperti embun yang menyegarkan bagi umat-Nya. Pengampunan Kristus bagi umat-Nya bukan hanya menyelamatkan mereka dari hukuman Allah, tetapi sekaligus juga menjadi model atau teladan yang harus diikuti oleh mereka. Dengan demikian sikap lambat marah ini bukan hanya kebijaksanaan untuk kehidupan sehari-hari, itu bagian dari menghidupi Injil setiap hari. Kristus, Hakim yang Mahabenar itu tidak memperlakukan kita setara dengan dosa kita. Mari terus belajar seperti Kristus yang kasih-Nya mengalahkan amarah-Nya.
Apa yang sudah di lakukan Kristus bagi kita, adalah pengalaman yang membuat kita seharusnya memaknai kebijaksanaan, kasih dan pengampunan dengan lebih baik. Mari belajar lebih bijak menghadapi kesalahan orang lain, berilah pengampunan ketika orang lain bersalah. Ini adalah adalah kunci untuk hubungan yang sehat. Ingatlah bahwa Tuhan tidak menuntut keadilan instan sehubungan dengan pelanggaran kita. Dia memilih untuk menunjukkan belas kasihan-Nya dan mengampuni kita. Berusahalah untuk meneladani belas kasihan Allah yang sudah kita saksikan dan rasakan. Allah Roh Kudus akan memberikan kekuatan yang cukup bagi kita untuk bertumbuh dalam kebenaran ini. Amin
Photo by Lukas from Pexels