Bebas dari Keputusasaan (2 Korintus 1:8-11)

Posted on 31/07/2022 | In Teaching | Ditulis oleh Pdt. Novida Lassa | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/08/Bebas-dari-Keputusasaan-2-Korintus-1-8-11.jpg Bebas dari Keputusasaan (2 Korintus 1:8-11)

Di dalam hidup ini, Tuhan akan membawa  kita melewati berbagai situasi, kadang situasinya menyenangkan namun kadangkala  kita dibawa pada situasi yang tampaknya tanpa harapan. Tugas kita bukan menghindari berbagai situasi yang sulit ini karena itu mustahil. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana tetap bisa melewati “apapun” dengan tenang karena percaya pemeliharaan Tuhan.

Di dalam ayat sebelumnya, Paulus membuka suratnya dengan bukan dengan pujian kepada jemaat Korintus tentang apa yang sudah dilakukan oleh mereka tetapi Paulus memulai dengan memuji Tuhan yang sudah menghiburnya di tengah-tengah penderitaan dan kesengsaraannya. Di dalam  penderitaan dan kesengsaraannya, Rasul Paulus menempatkan fokusnya  pada Tuhan. Mari kita melihat bagaimana Paulus menjelaskan tentang Tuhan di dalam ayat-ayat pembukanya. Paulus berkata  "Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan" (ay. 3b),  “yang menghibur kami dalam segala kesusahan kami” (ayat 4),  dan sebagai “Allah yang membangkitkan orang mati” (ay. 9b).

Jemaat Korintus sedang disesatkan dengan ajaran palsu bahwa mengikuti Yesus berarti akan disertai dengan kesuksesan, kekuasaan, popularitas, kekayaan dan lainnya. Mereka mulai mempertanyakan apakah penderitaan Paulus berarti bahwa Allah tidak berkenan kepadanya dan mungkin  ia bukanlah seorang rasul yang sejati. Di dalam teks ini Paulus sedang meluruskan pandangan mereka bahwa sesungguhnya kita  hidup di dunia yang telah jatuh di dalam dosa, itulah sebabnya penderitaan tidak terhindarkan dalam hidup ini. Walau demikian, orang-orang Kristen yang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan melalui iman kepada Tuhan Yesus, tidak pernah menghadapi penderitaan sendirian.

Tujuan Paulus menceritakan penderitaannya

  1. Supaya mereka tahu tentang penderitaan Paulus

Salah satu dari banyak paradoks dalam kekristenan adalah bahwa kasih karunia Allah seringkali  dialami di saat-saat yang tampaknya paling buruk, bukan di saat-saat terbaik kita. Demikian juga Paulus mendapatkan kasih karunia Allah melewati penderitaannya. Sang rasul tidak menjelaskan secara rinci tentang apa yang sebenarnya dia hadapi dalam kejadian khusus ini. Di tempat lain, dia menyebutkan beberapa hal yang dia derita (6:1-13; 7:1-16; 11:23-33; 12:1-10), namun di dalam bagian ini dia tidak menjelaskan secara detail apa yang dia derita.

Paulus hanya menjelaskan bahwa, “Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat”.  Penderitaan Paulus begitu besar atau berat sehingga melampaui apa pun yang pernah  ditangani Paulus sebelumnya. Kata kerja yang digunakan adalah bareo yang artinya   "membebani atau meletakkan beban yang berat." Paulus tidak hanya terbebani, dia  dibebani "berlebihan"  sampai tingkat yang luar biasa, di luar batas.  Hasilnya adalah dia putus asa dalam hidup. Dia mencoba menggambarkan kondisinya dengan frase “seolah-olah hukuman mati telah dijatuhkan kepadanya”.  Kata putus asa memakai kata  exaporeo ditambah kata majemuk yang berarti "berada dalam keputusasaan total," atau "benar-benar kehilangan harapan."

Tidak mudah melewati penderitaan. Banyak orang melewatinya dengan mengeluh, setiap hari dia menceritakan penderitaannya kepada orang lain dengan berbagai keluhan. Beberapa orang lain akan menjadi kambing hitam yang disalahkan. Apa bedanya dengan Paulus di dalam teks ini? Jelas berbeda. Paulus tidak sedang mengeluh, Paulus memberi tahu kondisinya secara objektif tanpa menyalahkan pihak lain. Tujuannya adalah mengajari pembacanya tentang hal penting di poin berikut.

  1. Supaya mereka tahu tentang tujuan Tuhan membawa Paulus melewati masa sulit

Mengapa Paulus merasa perlu memberitahu kondisinya yang penuh dengan derita? Tentu dia tidak hanya sekedar memberikan informasi supaya sekedar diketahui kondisi terakhirnya. Yang Paulus ingin ajarkan kepada jemaat bahwa tujuan akhir dari semua perjalanan yang sulit adalah “Tuhan ingin umat-Nya menaruh percaya hanya kepada Dia.”

Salah satu filsuf paling berpengaruh di dunia yaitu Friedrich Nietzsche membenci Kekristenan karena berbagai alasan, tetapi salah satu yang utama adalah pandangannya tentang kelemahan yang kontra dengan ajaran Alkitab. Dalam salah satu tulisannya ia mengatakan: Apa itu baik? Jawabannya adalah segala sesuatu yang bisa meningkatkan perasaan berkuasa dalam diri manusia, keinginan untuk berkuasa, kekuasaan itu sendiri. Apa itu buruk? Jewabannya adalah segala sesuatu yang lahir dari kelemahan. Nietzsche menjunjung tinggi kekuatan dan mencemooh kelemahan. Paulus justru berbeda dengan filsuf di atas. Menurut Paulus, kekuatan manusia sangatlah terbatas, Batasan itu justru dipakai Tuhan untuk membawa umat-Nya menyadari bahwa di dalam dunia ini hanya Tuhan yang layak untuk dipercayai dan harapkan.

Pada umumnya manusia cenderung mengandalkan diri sendiri setiap memiliki persoalan. Ketika masalah datang, manusia langsung menggunakan semua daya upaya sebagai solusi untuk setiap masalah yang ada. Bahkan ketika itu sudah di luar kekuatan kitapun, kita cenderung nekat untuk mengambil solusi di luar kapasitas kita dengan melakukan berbagai kecurangan asal masalah bisa selesai. Sayangnya solusi yang demikian hanya akan menghasilkan masalah baru dan membuat lingkaran setan ini semakin besar dan kompleks.

Sebagai anak-anak Allah, sadarilah bahwa kita memiliki keterbatasan, sehingga belajarlah bergantung total pada Tuhan saja.  Tentu saja, Tuhan tidak anti terhadap manusia menggunakan kemampuan yang diberikan Tuhan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Tidak salah pergi ke dokter untuk berobat, tidak salah ke Lembaga hukum untuk meminta bantuan hukum, tidak salah ke psikolog untuk meminta bantuannya, dan langkah solutif lainnya. Yang salah adalah ketika kita melakukan semuanya dengan keyakinan bahwa kita mampu menyediakan solusi atas segala hal tanpa bergantung lagi pada Tuhan. Kita diijinkan untuk melakukan banyak hal sesuai dengan sumber daya yang ada pada kita, namun kepercayaan utamanya adalah pada Tuhan, bukan pada manusia.

Apa yang harus kita lakukan ketika menghadapi penderitaan yang yang demikian berat? Pastikan bahwa Tuhan adalah pusat fokus kita dan objek utama dari iman kita, dengan doa, kita selidiki pilihan-pilihan yang ada, ambillah keputusan dan serahkan segala sesuatu di tangan Tuhan dengan harapan tetap tertuju pada-Nya.

Seringkali Tuhan membuat kita melewati hal sulit, untuk membuat kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang tidak terbatas.  Paulus mengalami keputusasaannya, namun di ujung keputusasaannya, dia berjumpa dengan Tuhan. Di dalam teks ini Paulus menggambarkan Tuhan yang dia jumpai. Tuhan yang dia temukan di sana adalah Tuhan yang membangkitkan orang mati. Kata  “Dari kematian yang begitu ngeri”  menggunakan kata telikoutos,  artinya “sangat hebat atau sangat mengerikan." Jika Tuhan dapat membangkitkan orang mati, tidak bisakah Dia juga membebaskan kita dari gerbang kematian?

Paulus melanjutkan dengan frase berikut, “kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” Paulus telah menaruh harapannya kepada Allah karena Allah telah menyelamatkannya di waktu lalu, maka dia percaya bahwa untuk kali ini pun Allah akan menyelamatkannya. Pengalaman masa lalunya, membuat dia menaruh harapan kepada Tuhan. Kita perlu mengingat apa yang sudah Allah kerjakan di masa lalu, letakkan harapan itu di dalam Tuhan bahwa sampai kapanpun Dia tidak akan meninggalkan kita menghadapi badai hidup ini sendirian.

  1. Supaya Jemaat Korintus mendoakan Paulus dan tim

Paulus menceritakan semua yang dihadapi agar mendapatkan dukungan  doa banyak orang. Paulus menganggap doa adalah sarana yang penting. Doa adalah tanda bahwa seorang manusia menyadari dirinya sebagai manusia yang terbatas dan pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta yang tidak terbatas yang  sanggup membangkitkan orang mati sekalipun.

Kita tidak dapat membantu satu sama lain melalui doa jika kita tidak mengetahuinya atau jika kita menyembunyikan pergumulan kita dari orang lain. Memberi tahu saudara seiman adalah langkah yang dibutuhkan untuk mendapat dukungan doa melewati berbagai fase hidup yang berat. Doa bukan sarana untuk mengubah segala sesuatu, tetapi sarana untuk mengubah diri kita menjadi lebih tahu diri sebagai manusia terbatas sekaligus  sarana untuk mengalami keselamatan dari Allah.

Ayat 10b-11a dapat diterjemahkan bebas  seperti demikian, “Kami telah menaruh harapan kami padanya bahwa dia akan membebaskan kami lagi, karena kamu juga bekerja sama  dalam membantu kami dengan doa.” Paulus menggunakan kata sunupourgeo yang artinya bekerja sama dalam membantu kami. Allah bisa secara langsung memberikan solusi atas semua kesulitan-kesulitan kita, namun dalam banyak kasus Dia ingin memberikannya melalui doa-doa kita. Tujuannya apa? Tujuannya ada di dalam poin terakhir ini.

  1. Supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia pelayanan Paulus

Tujuan selanjutnya mengapa Paulus perlu memberitahu kondisinya agar banyak jemaat berdoa adalah supaya banyak orang dapat mengucap syukur kepada Tuhan melalui pergumulan kita dan atas anugerah yang diberikan kepada kita melalui bantuan doa dari banyak orang.

Frase ini bisa diterjemahkan secara bebas demikian, “agar dari banyak wajah (mungkin menggambarkan banyak orang dengan wajah mereka terangkat ke atas kepada Tuhan dalam doa) menyampaikan ucapan syukur akan disampaikan kepada Tuhan atas nama kita atas karunia yang diberikan kepada kita.” Tujuan dari sharing dan doa bersama ini adalah supaya ada banyak orang menyaksikan kebaikan Tuhan, karunia yang Tuhan berikan bagi saudara seiman kita dan akhirnya nama Tuhan dimuliakan.

Penutup

Penderitaan atau keputusasaan  dalam hidup adalah hal yang pasti kita alami, kita tidak punya pilihan untuk menghindarinya. Namun kita memiliki pilihan untuk tidak tinggal di dalam  keputusasaan. Caranya adalah jangan lagi meletakkan kepercayaan pada diri sendiri, percayalah kepada Tuhan yang membangkitkan orang mati. Jika orang mati saja Dia bangkitkan, maka Diapun sanggup memberikan kekuatan bagi saudara.

Di dalam proses perjalanan spiritual ini, Tuhan ingin kita berinteraksi dengan saudara seiman, sharinglah, masuklah dalam pergumulan bersama dan saksikanlah kekuasaan Allah di dalam perjalanan masing-masing saudara seiman.

Photo by nikko macaspac on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Novida Lassa

Reformed Exodus Community