Berbagai negara dan produsen farmasi berlomba-lomba memproduksi vaksin Covid-19. Sebagian besar sudah lulus uji klinis yang terakhir dan siap dipasarkan ke seluruh dunia. Indonesia sendiri sudah mendatangkan salah satu vaksin dan masih menunggu pesanan vaksin jenis lain. Target pemerintah Indonesia adalah 70% populasi menerima vaksin Covid-19.
Rencana ini mendatangkan pro dan kontra. Mereka yang kontra menggunakan beragam alasan untuk menolak menerima vaksin. Ada alasan medis, politis, ekonomis dan religius. Artikel ini tidak akan menyinggung aspek-aspek lain, kecuali religius. Itupun hanya dibatasi pada keberatan di kalangan orang-orang Kristen.
Alasan teologis utama untuk menolak vaksin biasanya dikaitkan dengan antikristus. Para penentang vaksin meyakini bahwa vaksin Covid-19 merupakan bagian dari konspirasi global yang didalangi oleh antikristus. Ada beragam variasi dalam teori ini, tetapi intinya tetap sama: menerima vaksin berarti memudahkah antikristus untuk mengontrol seluurh hidup seseorang. Vaksin merupakan tanda – atau minimal jembatan menuju tanda – antikristus. Mereka yang menerima vaksin berarti sangat dekat dengan menerima tanda antikristus. Mereka membuka diri dan memudahkan kontrol dari antikristus.
Bagaimana kita sebaiknya menyikapi hal ini? Ada banyak alasan untuk meragukan teori di atas.
Pertama, penafsiran terhadap tanda antikristus masih problematis. Apakah tanda di dahi dan di tangan kanan (Why. 20:4) harus dipahami secara hurufiah? Sesuai jenis sastra Kitab Wahyu, tanda ini sangat mungkin bersifat figuratif. Tanda yang sama juga ditemukan di dahi dan tangan pengikut Anak Domba (Why. 14:1; 22:1). Tanda di dahi menyiratkan kesamaan pikiran, sedangkan di tangan merujuk pada kesamaan tindakan.
Jika tanda pengikut antikristus dipahami secara hurufiah berarti tanda pengikut Anak Domba juga harus dipahami dengan cara yang sama. Jika vaksin adalah tanda hurufiah pengikut antikristus, lalu apa tanda hurufiah pengikut Kristus? Lagipula, para penentang vaksin masih belum mampu menyediakan penjelasan yang masuk akal tentang bagaimana antikristus akan memanfaatkan vaksin dalam tubuh seseorang untuk mengontrol orang itu. Sejauh ini tidak ada chip atau deteksi digital apapun yang dikaitkan dengan vaksin-vaksin ini. Bagaimana mungkin antikristus mampu mengontrol dan menguasai setiap orang yang sudah divaksin?
Kedua, tanda pengikut antikristus diterima secara sukarela. Alkitab mencatat bahwa tanda antikristus hanya diberikan kepada yang mau menerima. Tidak ada paksaan di sana. Karena itu ada orang-orang tertentu yang tetap tidak mau menerima tanda tersebut (Why. 20:4).
Situasi ini akan sedikit berbeda dengan penerapan vaksin Covid-19. Banyak negara sudah merencanakan untuk menjadikan penerimaan vaksin secara wajib. Hanya jika 70% populasi divaksin akan muncul kekebalan komunitas.
Ketiga, tanda pengikut antikristus berhubungan dengan transaksi dagang. Hanya mereka yang memiliki tanda itu yang bisa melakukan pembelian dan penjualan (Why. 13:17). Sampai sekarang masih sukar dijelaskan bagaimana vaksin berkaitan dengan kemampuan bertransaksi seperti ini. Mereka yang menolak vaksin dengan alasan ini seharusnya menyediakan penjelasan rasional yang lebih baik.
Keempat, spekulasi tentang keberadaan antikristus sendiri masih problematis. Para penafsir Alkitab tetap bersilang pendapat tentang identitas antikristus. Apakah antikristus merujuk pada seseorang atau sistem? Jikalau merujuk pada orang, apakah antikristus adalah penguasa tunggal atas seluruh dunia atau sebuah organisasi global? Lebih jauh, apakah antikristus sudah datang dari dulu atau akan datang? Kalaupun akan datang, kapan dia akan datang? Perdebatan ini akan terus mengemuka tanpa konsensus yang jelas.
Melihat kerumitan dan kerancuan konsep ini, apakah bijaksana jika seseorang memertaruhkan kesehatannya dan keselamatan banyak orang hanya gara-gara keyakinan teologis yang sangat tidak jelas? Mereka yang mau berpikir jernih pasti tahu jawabannya.
Kelima, yang takut antikristus seharusnya tidak perlu takut. Mereka yang meyakini bahwa vaksin adalah tanda antikristus seharusnya tidak perlu mencemaskan hal itu. Sesuai pandangan eskhatologis mereka, orang-orang yang sungguh-sungguh menjaga hidup mereka tidak akan menderita di bawah pemerintahan antikristus. Mereka akan lebih dahulu diangkat ke surga sebelum antikristus berkuasa. Itu keyakinan mereka. Jika demikian, untuk apa menguatirkan hal itu? Toh antikristus belum datang. Toh pada waktu dia datang orang-orang sudah diangkat ke surga (jika pandangan ini benar).
Terakhir, akal budi Kristiani cukup sebagai panduan untuk menyikapi isu ini. Melandaskan tindakan atas konsep teologis yang masih dipersoalkan jelas bukan tindakan yang bijaksana. Jika demikian, ada cara lain untuk menyikapinya, yaitu akal budi Kristiani. Gunakanlah akal budi Kristiani untuk menyikapi. Tanyakanlah pada diri sendiri: Apakah vaksin membawa keburukan atau kebaikan bagi banyak orang? Apakah virus Covid-19 perlu segera diatasi? Mana yang lebih mendatangkan kebaikan bagi kemanusiaan? Soli Deo Gloria.