Bagaimana Orang-orang Kristen Seharusnya Menyikapi Konflik Israel – Palestina?

Posted on 23/05/2021 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/06/Bagaimana-Menyikapi-Konflik-Israel-Palestina.jpg Bagaimana Orang-orang Kristen Seharusnya Menyikapi Konflik Israel – Palestina?

Konflik antara Israel – Palestina sudah berlangsung lama dan terjadi berulang kali. Setiap kali peperangan terjadi, terlepas dari siapa yang lebih dulu memulai, selalu memicu reaksi beragam dari berbagai pihak. Orang-orang Kristen tidak terkecuali turut memberikan tanggapan dan menyatakan sikap. Tidak sedikit dari mereka yang langsung membela Israel. Pembelaan mereka juga tidak jarang dikaitkan dengan alasan-alasan teologis, seperti sesama umat pilihan, janji TUHAN atas Israel, dan sebagainya.

Apakah sikap seperti ini dibenarkan menurut Alkitab? Apakah konflik yang terjadi bersifat religius sehingga kita perlu melibatkan diri di dalamnya, entah sekadar membela atau turut memberikan bantuan?

Jika kita mencermati konflik-konflik yang selama ini terjadi, kita tampaknya tidak perlu membela Israel dengan alasan-alasan teologis. Pertama, konflik yang terjadi lebih ke arah politis daripada religius. Akar persoalan harus ditelusuri sampai kepulangan orang-orang Yahudi dari berbagai belahan dunia ke Israel di pertengahan abad ke-20. Kepulangan ini menimbulkan gesekan dengan bangsa Palestina yang pada waktu itu mendiami daerah tersebut. Deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948 semakin memeruncing keadaan. Masing-masing pihak merasa paling berhak atas tanah Israel. Peperangan terus terjadi sampai sekarang.

Kedua, sekalipun peperangan ini dipahami sebagai konflik religius, hal itu tidak memiliki keterkaitan apa-apa dengan orang-orang Kristen. Kita bukan penganut Islam (Palestina) maupun Yudaisme (Israel). Kita tidak memiliki urusan apa-apa dengan mereka secara religius. Lagipula, jika orang-orang Kristen harus membela Israel, bagaimana dengan orang-orang Kristen di Palestina? Apakah kita juga perlu “melawan” mereka? Mereka harus berada di pihak mana? Untunglah peperangan ini bukan konflik religius, sehingga mereka tidak perlu memilih salah satu pihak berdasarkan pertimbangan teologis.

Ketiga, tidak semua bangsa Yahudi adalah umat pilihan. Pembelaan yang membabi-buta kepada Israel dari pihak orang-orang Kristen seringkali didorong oleh konsep teologis yang keliru tentang umat pilihan. Menurut Roma 9:6 tidak semua keturunan Abraham adalah keturunan Abraham dan tidak semua Israel adalah Israel. Anak Abraham yang disebut anak perjanjian hanyalah Ishak. Anak Ishak yang menjadi orang pilihan hanyalah Yakub. Semua ditentukan oleh tindakan Allah yang berdaulat, bukan faktor etnis. Jadi, menganggap bahwa semua bangsa Yahudi sekarang merupakan umat pilihan merupakan pandangan yang tidak Alkitabiah. Umat pilihan berasal dari semua suku bangsa, tidak dibatasi oleh etnis tertentu. Di antara etnis Yahudi, tidak semua merupakan umat pilihan. Dengan demikian, untuk apa orang-orang Kristen membela Israel hanya gara-gara anggapan bahwa mereka merupakan umat pilihan?

Keempat, pembelaan kepada Israel yang ditunjukkan oleh orang-orang Kristen berdasarkan alasan religius cukup mengagetkan dan membingungkan umat Islam. Secara umum Muslim merasa diri lebih bersahabat dengan Kristen daripada Yahudi. Semua Muslim memercayai Yesus Kristus (Isa Almasih) sebagai nabi, sedangkan orang-orang Yahudi (secara umum) tidak demikian. Muslim kadangkala bingung mengapa orang-orang Kristen justru mati-matian membela bangsa Yahudi yang sangat memusuhi mereka.

Apakah penjelasan di atas berarti bahwa kita tidak perlu membela salah satu pihak? Tidak juga. Artikel ini hanya menunjukkan bahwa pembelaan secara religius dalam persoalan ini tidak relevan dan tidak Alkitabiah. Jika kita tetap ingin membela salah satu pihak, pastikan pertimbangannya bukan masalah religius. Kita masih bisa memberikan penilaian dan pembelaan berdasarkan faktor keadilan dan kemanusiaan. Siapa yang memulai konflik terlebih dahulu? Siapa yang melanggar perjanjian damai sebelumnya? Soli Deo Gloria.

  Photo by Olya Kobruseva from Pexels
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community