(Lanjutan tgl 6 Januari 2019)
Globalisasi adalah bagian dari kehidupan mereka. Pengidolaan figur tertentu juga menjadi sangat lazim dalam dunia mereka. Antusiasme semacam itu sebenarnya wajar dari kacamata mereka. Terima saja keadaan ini apa adanya. Yang seharusnya disorot lebih tajam bukan tingkat antusiasme, tetapi motivasi dan objek antusiasme yang keliru.
Langkah selanjutnya adalah mengapresiasi hal-hal positif dalam budaya K-pop. Tidak semua aspek dalam budaya ini bersifat merusak. Beberapa lagu mengandung lirik yang cukup baik. Koreografi yang ditampilkan pun beberapa terlihat sangat indah, kreatif, dan rapi. Beberapa artis memiliki kehidupan yang tidak aneh-aneh, bahkan sebagian kecil patut dipuji. Dengan menunjukkan sisi-sisi positif dari budaya K-pop, anak-anak akan menangkap kesan yang sangat kuat bahwa orang tua benar-benar mau memasuki dunia mereka dan memberikan penilaian yang objektif.
Hal lain yang tidak boleh dilupakan oleh orang tua adalah perkembangan aspek kultural dalam diri anak-anak. Adalah baik untuk memperkenalkan anak pada sebuah budaya yang baru. Wawasan anak akan meluas. Pengetahuan bertambah. Ketrampilan berbahasa pun meningkat. Semua ini adalah hal yang positif.
Walaupun demikian, orang tua tetap harus menunjukkan sikap kritis terhadap anak dan budaya K-pop yang mereka anut. Antusiasme yang berlebihan seringkali menunjukkan kekosongan atau persoalan tertentu dalam diri anak-anak. Mereka mungkin kurang bisa menerima diri mereka sendiri, sehingga berusaha mengikuti tren agar diterima oleh komunitas mereka. Mereka mungkin sedang mencari jati diri dengan cara yang keliru (menjadi sama dengan apa yang sedang dikagumi oleh dunia). Mereka mungkin sengaja melarikan diri dari kehidupan sehari-hari yang membosankan. Masih banyak kemungkinan lain di balik antusiasme yang ada. Intinya, antusiasme itu seirngkali mengungkapkan pergumulan eksistensial dalam diri anak, yaitu pencarian pengakuan, penerimaan, dan perhatian.
Langkah lain yang patut dilakukan adalah mengutarakan sisi-sisi gelap dari budaya K-pop. Diskusikanlah lirik lagu-lagu tertentu yang kurang mendidik. Sorotilah kehidupan sebagian artis yang tidak baik. Tunjukkan bahwa kehidupan riil mereka tidak seindah penampilan mereka di panggung. Bukankah beberapa artis K-pop mengalami depresi, bahkan beberapa merenggut nyawanya sendiri? Strategi ini berfaedah sebagai sebuah peringatan bagi anak bahwa apa yang mereka cari dan anggap sebagai pemberi kebahagiaan ternyata tidak demikian. Banyak artis yang sudah memilikinya pun ternyata tidak bahagia.
Yang tidak kalah penting, orang tua perlu menyampaikan Injil Yesus Kristus. Penebusan Kristus merupakan wujud konkrit tentang penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan perhatian yang sejati. Manusia tidak perlu mencapai sesuatu supaya diterima. Manusia tidak perlu menjadi hebat baru dihargai. Kristus bahkan memberikan segala-galanya bagi umat pilihan.
Terakhir, orang tua perlu memikirkan substitusi yang lebih bermanfaat. Jika anak-anak akan meninggalkan K-pop, hal baik apa yang mereka bisa pikirkan sebagai pengganti? Temukan titik ketertarikan mereka, dan tawarkan substitusi yang menarik dan baik. Soli Deo Gloria.