Pertanyaan ini seringkali diajukan oleh orang tua dan guru dalam berbagai seminar teologi/apologetika yang saya pimpin. Sebuah pertanyaan yang sangat bisa dimaklumi. Ada kesulitan berlipat ganda dalam hal ini. Pertama, doktrin Tritunggal memang sukar untuk dipahami. Tetap rasional, tetapi melampaui pemahaman. Kedua, orang tua atau guru sendiri belum tentu memahami doktrin Tritunggal dengan benar. Beberapa konsep populer yang salah masih berkeliaran. Ketiga, walaupun konsep mereka sudah benar, mereka belum tentu mampu menerangkan konsep itu dengan benar. Mengerti untuk diri sendiri adalah satu hal, menerangkan kepada orang lain adalah hal yang berbeda. Keempat, walaupun konsep dan cara menerangkannya sudah benar, hal itu belum tentu mudah dipahami oleh anak-anak. Usia yang sangat belia memberikan tantangan yang berbeda.
Jadi, bagaimana cara terbaik untuk menjelaskan doktrin Tritunggal kepada anak-anak? Prinsipnya hanya satu: penjelasan berjenjang dan berkelanjutan. Orang tua dan guru memiliki waktu yang banyak bersama dengan anak-anak. Letakkan kebenaran satu per satu secara pelan-pelan. Jangan tergoda untuk memberikan penjelasan yang tuntas dalam satu kali kesempatan. Keinginan seperti ini jelas tidak realistis. Peluang anak untuk mengalami kebingungan justru semakin besar.
Berikut ini adalah beberapa tips praktis yang perlu dipertimbangkan. Pertama, mulailah dengan keesaan Allah. Tegaskan berkali-kali bahwa orang-orang Kristen mempercayai hanya satu Allah saja, bukan tiga. Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu Allah. Pada tahap ini jangan terlalu merisaukan perbedaan antar Pribadi dalam Tritunggal. Kekuatiran sehari cukup untuk sehari.
Salah satu strategi untuk menerangkannya adalah dengan menggunakan ilustrasi matahari. Ada bola panas, sinar, dan kehangatannya. Ketiganya tidak terpisahkan. Ilustrasi ini memang tidak sempurna (karena tidak mampu menerangkan perbedaan Pribadi), tetapi cukup memadai untuk menerangkan kesamaan dan perbedaan secara umum.
Ilustrasi lain yang mirip dengan ini adalah tiga wujud air: es, uap, dan air. Esensi dari semua ini adalah air, hanya wujudnya saja yang berlainan. Sekali lagi, ilustrasi ini tidak sempurna, tetapi cukup untuk penjelasan pertama.
Kedua, latihlah anak untuk menghafal definisi Tritunggal secara benar. Satu dalam hakikat, tiga dalam Pribadi. Satu Allah tiga Pribadi. Bukan tiga allah yang berkumpul menjadi satu.
Pada tahap ini orang tua dan guru tidak perlu memusingkan penjelasan yang terlalu teknis dan akurat tentang hakikat dan pribadi. Terangkan saja bahwa hakikat merujuk pada segala sesuatu yang dimiliki secara bersama-sama oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. “Pribadi” adalah segala sesuatu yang membedakan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Dalam hal ini penggunaan gambar klasik segitiga Tritunggal akan sangat bermanfaat. Bapa bukan Anak. Anak bukan Roh Kudus. Roh Kudus bukan Bapa. Semua adalah satu Allah. Sama-sama sempurna dan maha segalanya.
Ketiga, terangkan relasi antar Pribadi dalam Tritunggal. Keesaan sudah, perbedaan juga sudah. Kini tiba saatnya untuk menjelaskan dinamika relasi antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Salah satu ilustrasi klasik yang digunakan oleh bapa-bapa gereja sejak abad permulaan adalah tarian. Dalam satu tim tari ada beberapa penari. Masing-masing tidak berdiri sendiri. Semuanya membentuk harmoni. Yang dihasilkan hanyalah satu tarian, tetapi dengan banyak gerakan. Ada keseragaman gerak, tetapi ada keragaman penari.
Cara lain yang bisa dipertimbangkan adalah perencanaan liburan keluarga (atau kerja bakti bersama). Semua orang menginginkan liburan. Semua terlibat dalam liburan. Walaupun demikian, masing-masing orang juga memiliki peranan yang berlainan. Misalnya, ayah membuat rencana liburan (dengan bantuan ibu dan anak). Ibu menyiapkan semua keperluan (dengan bantuan ayah dan anak). Anak menaati aturan liburan dan melakukan beberapa tugas kecil (dengan bantuan ayah dan ibu).
Terakhir, bawa anak-anak ke dalam doa secara konsisten. Yang mampu mencerahkan hati dan pikiran adalah Roh Kudus. Dia adalah Roh Kebenaran yang akan membawa setiap orang percaya kepada kebenaran (Yoh. 16:13). Dia yang memampukan orang percaya untuk memahami hal-hal rohani (1Kor. 2:13-14).