Pernahkah kita menjumpai ada orang yang sangat detail dalam melakukan segala sesuatu? Mungkin kita pernah menjumpainya atau mungkin Anda lah orang yang sangat detail. Di satu sisi, melakukan segala sesuatu secara detail tentu tidak salah, namun melakukan segala sesuatu secara sangat detail itu bermasalah. Mengapa? Karena mereka terlalu memperhatikan hal-hal yang sangat detail, lalu mengabaikan hal yang esensial atau penting. Hal inilah yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi yang dikritik oleh Tuhan Yesus.
Di dalam Matius 23, Tuhan Yesus mengatakan tujuh “Celakalah” kepada para ahli Taurat dan orang Farisi. Di dalam “Celakalah” keempat yaitu di ayat 23, Kristus mengkritik mereka karena mereka memberikan persepuluhan dari “selasih, adas manis dan jintan,” tetapi mengabaikan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Apa arti “selasih, adas manis dan jintan”? Ketiga jenis ini termasuk rempah-rempah. Hukum Perjanjian Lama memang mengatur persembahan persepuluhan dari hasil panen (Im. 27:30; Ul. 14:22-23), namun di Ulangan 14:22-23 disebutkan persepuluhan dari hasil panen yang keluar dari ladang mereka yaitu gandum, anggur, dan minyak (ay. 23), sedangkan “selasih, adas manis dan jintan” yang termasuk rempah-rempah kecil atau tanaman herbal ini bukan merupakan jenis persepuluhan yang utama (Ben Witherington III, Matthew, 430). Rempah-rempah kecil ini dapat disebut sebagai “bumbu” atau “tumbuhan yang membuat makanan menjadi manis” (Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 716). Kita akan mencoba menelusuri ketiga jenis rempah-rempah kecil ini.
“Selasih” (mint) merupakan tanaman yang daun dan batangnya mengandung minyak dengan wangi yang sedap (dalam bahasa Yunani berarti “berbau harum”). Tanaman ini memiliki ketinggian 40-100 cm dan ditutupi dengan rambut-rambut kecil. Cabang batang utamanya tumbuh subur di bagian atas, masing-masing cabang berujung pada bunga-bunga kecil berwarna merah muda keunguan. Daunnya berwarna hijau keabu-abuan, lanset (berbentuk seperti kepala tombak), dan bergigi di sepanjang tepi. Seperti tanaman air lainnya, tumbuh paling mewah di musim panas. Tanaman ini ditemukan di parit, tepi sungai, daerah berawa rendah, saluran irigasi, dan pegunungan. Tanaman ini termasuk tanaman kecil, murah, dan tidak penting. Di kalangan orang Yahudi, tanaman ini (khususnya daunnya yang muda dan lembut) digunakan untuk membumbui makanan (daging). Selain itu, tanaman ini kadang-kadang digunakan sebagai obat. Jenis tanaman yang dipakai sebagai obat adalah Mentha jenis Mentha longifolia yang digunakan sebagai obat dalam infus yang dianggap karminatif (meredakan perut kembung) dan membangkitkan semangat, serta untuk sakit kepala dan nyeri umum. Itu ditemukan di parit, tepi sungai, dan pegunungan. Jumlahnya banyak dan tidak mahal. Oleh karena itu, tanaman ini lebih sering digunakan oleh orang-orang yang berpenghasilan rendah ketimbang tanaman-tanaman lainnya (Lytton John Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 92-93, Michael Zohary, Plants of the Bible, 88, Fauna and Flora of the Bible, 144, dan Newman dan Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 716).
“Adas manis” (dill; Lat.: Pimpinella anisum L.) dalam literatur pasca Alkitab dinamai sheveth yang identik dengan nama Arabnya sabth. Tanaman ini tumbuh di tanah Alkitab sejak zaman kuno. Tanaman ini dibudidayakan oleh orang Yahudi di kebun, tetapi juga tumbuh liar. Jumlahnya berlimpah sama seperti selasih. Buah aromatiknya (biji) digunakan untuk membumbui makanan dan minyak esensial diekstraksi darinya. Daunnya banyak digunakan untuk bumbu acar; biji yang matang juga digunakan secara medis sebagai karminatif (obat untuk menghilangkan perut kembung). Tinggi batangnya sekitar setengah meter dan banyak cabang di atasnya. Batangnya tertutup rapat dengan daun hijau tua yang dipotong halus menjadi lobus yang berbentuk benang. Tanaman dengan bunga putih kehijauan ini dibudidayakan di negara beriklim sedang dan dipakai sebagai bumbu dan penyedap. Berdasarkan salah satu sumber rabi, bukan hanya biji, tetapi juga batang dan daun tanaman adas yang harus diberi persepuluhan (Zohary, Plants of the Bible, 88 dan Newman dan Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 716).
“Jintan” (cummin) merupakan tanaman dari keluarga wortel. Nama Ibrani dari tanaman ini adalah kamon, bahasa Arabnya adalah kemun, bahasa Akadianya adalah kemum, dan bahasa Yunani-Koine yang dipakai dalam Matius 23:23 adalah kuminon. Tanaman ini berasal dari Timur Tengah atau daerah Mediterania dan belum ditemukan secara liar, kecuali varietas berbulu dari Turkestan. Tinggi tanaman ini sekitar 30-60 cm. Tanaman ini ditanam di musim dingin dan matang/masak di awal musim semi. Batang tanaman ini tegak bercabang di atasnya dan setiap cabang berakhir dengan umbel (tandan bunga di mana tangkai dengan panjang yang hampir sama muncul dari pusat yang sama dan membentuk permukaan datar atau melengkung, ciri khas keluarga peterseli) tersusun dari bunga kecil. Daun tanaman ini diiris menjadi lobus kapiler yang panjang. Tanaman pendek dipanen dan kemudian ditumbuk untuk diambil bijinya (secara teknis berbuah). Buahnya kecil, berbentuk bulat panjang, dan berbulu yang terdiri dari dua karpel yang merupakan biji-bijian jintan. Buah ini dipergunakan untuk membumbui roti dan hidangan. Di zaman dulu, ketika makanan hendak diawetkan, maka makanan itu ditambahi garam, pengeringan (drying), atau bumbu. Ketika rempah-rempah (termasuk jintan) dimasukkan ke dalam mentega, maka itu membantu mengawetkan. Oleh karena itu, rempah-rempat diminati dan harganya mahal, sehingga ketika seseorang memiliki rempah-rempah dan menunjukkannya kepada orang lain, maka itu berarti orang tersebut kaya. Tidak heran, orang-orang Farisi sengaja memamerkan rempah-rempah yang mereka miliki untuk dipersembahkan sebagai persepuluhan agar mereka dianggap sebagai orang kaya. Selain itu, buah ini dipergunakan dalam pengobatan tradisional seperti anti-spasmodik dan minyak dari buahnya dipergunakan sebagai bahan parfum. Untuk penjelasan tentang cara jintan disemai dan dipanen, lihat Yesaya 28.25, 27 di mana bila jintan sudah ranum, jintan dipukul dengan tongkat (Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 45-46, Zohary, Plants of the Bible, 88, dan Fauna and Flora of the Bible, 114).
Penyebutan ketiga tumbuhan rempah-rempah ini mengajarkan bahwa Tuhan Yesus tidak meniadakan persepuluhan atau mempermasalahkan persepuluhan yang diberikan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi, namun Ia mempermasalahkan bahwa mereka sangat detail menaati hukum Taurat sampai-sampai memberikan persepuluhan dari hasil panen yang tidak dituntut Taurat, tetapi ironisnya mereka mengabaikan esensi hukum Taurat yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Di zaman sekarang, Kristus menegur kita tentang hal ini. Orang Kristen tetap perlu memberikan persepuluhan, namun kita tidak perlu bertanya persepuluhan itu dihitung dari penghasilan kotor (bruto) atau penghasilan bersih (netto). Ketika kita memberikan persepuluhan, berikanlah serela hati kita dan didorong karena kita mengasihi Allah yang telah mengasihi kita terlebih dahulu melalui karya Kristus. Sudahkah kita memberikan persepuluhan yang merupakan persembahan terbaik kita kepada Allah?