Apakah Teman-teman Paulus Mendengar Suara (Yesus) Ketika Berada Dalam Perjalanan ke Damsyik?

Posted on 31/10/2021 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/11/Apakah-Teman-teman-Paulus-Mendengar-Suara-Yesus-Ketika-Berada-Dalam-Perjalanan-ke-Damsyik.jpg Apakah Teman-teman Paulus Mendengar Suara (Yesus) Ketika Berada Dalam Perjalanan ke Damsyik?

Apa jadinya jika ada dua orang melaporkan suatu peristiwa secara berbeda? Mungkin laporan kedua orang itu sama-sama benar atau laporan salah satu orang yang benar. Hal ini terjadi di Kisah Para Rasul. Dokter Lukas mencatat peristiwa Paulus bertobat di Kisah Para Rasul 9:7, “Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.” Dari ayat ini, dr. Lukas mencatat bahwa teman-teman seperjalanan Paulus mendengar suara Kristus yang didengar oleh Paulus (ay. 4-6). Namun Paulus berkata kepada kepala pasukan di Kisah Para Rasul 22:9, “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.” Di ayat ini, Paulus bercerita bahwa teman-teman seperjalanannya tidak mendengar suara yang ia dengar. Lalu, laporan mana yang benar: Lukas atau Paulus?

Kedua kata “mendengar” baik di Kisah Para Rasul 9:7 dan 22:9 menggunakan kata Yunani yang sama akouō, namun kedua kata Yunani ini berbeda. Bahasa Yunani membedakan “mendengar” menjadi dua, yaitu mendengar suara sebagai bunyi di mana kata kerja “mendengar” berfungsi sebagai genitif atau penunjuk sumber vs mendengar suara sebagai berita atau pesan tertentu di mana kata kerja “mendengar” berfungsi sebagai akusatif atau penunjuk objek. Dari kata Yunani dengan dua arti ini, maka teman-teman seperjalanan Paulus sebenarnya mendengar suara sebagai bunyi, namun mereka tidak memahami pesan di balik suara tersebut. Hal ini dijelaskan di Kisah Para Rasul 22:9 di mana mereka melihat cahaya yang mendatangi Paulus yang merupakan sumber suara yang mereka dengar, namun mereka tidak dapat mendengar suara sebagai suatu pesan yang berkata kepada Paulus (bdk. ay. 7).  Hal ini mirip dengan orang banyak mendengar suara Allah Bapa yang berbicara kepada Kristus di Yohanes 12:28, namun mereka hanya mendengar suara tersebut seperti bunyi guntur (Gleason L. Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 651-652 dan James D. G. Dunn, The Acts of the Apostles, 294). Sedangkan Paulus bukan hanya mendengar suara sebagai bunyi, tetapi ia sendiri mendengar suara sebagai suatu pesan dari objek yang jelas bercakap-cakap dengannya. Kok tahu Paulus mendengar suara sebagai pesan? Kita dapat membuktikannya dengan percakapan Paulus dengan Kristus di Kisah Para Rasul 9:4-6 yang membuktikan bahwa suara yang ia dengar mengandung pesan.

Apa pentingnya kita memahami perbedaan “mendengar” ini? Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa apa yang Paulus alami yaitu melihat cahaya dan mendengar suara bukan karangan Paulus yang tanpa bukti objektif. Di satu sisi, pengalaman Paulus dibuktikan secara objektif oleh teman-teman seperjalanan Paulus yang juga melihat cahaya yang mendatangi Paulus (Kis. 22:9a) dan mendengar suara dari sumber cahaya itu (ay. 9b), namun di sisi lain, bukti objektif tidak meniadakan pengalaman subjektif Paulus karena mereka yang mendengar suara dari sumber cahaya tidak memahami pesan di balik suara tersebut dan tidak memahami objek yang bersuara yaitu Kristus yang bangkit. Dengan kata lain, teman-teman seperjalanan Paulus adalah saksi pengalaman Paulus, namun bukan orang yang berbagian dalam pengalaman tersebut (John B. Polhill, Acts, 459). Mengapa mereka tidak mendengar/memahami pesan di balik suara seperti yang Paulus alami? Kita tidak mengetahui alasannya secara pasti, namun kita dapat menduga bahwa mereka tidak memahami pesan di balik suara Kristus karena Ia hendak memanggil hamba-Nya, Paulus, bukan teman-teman seperjalanan Paulus. Oleh karena itu, penyataan diri Kristus hanya dapat dipahami oleh orang yang telah Ia pilih dan panggil.

Ketika Ia memanggil kita sebagai hamba-Nya, sudahkah kita menaati panggilan-Nya seperti Paulus? Itu adalah panggilan khusus yang tidak diterima oleh semua orang. Biarlah ini juga menjadi perenungan kita. Amin.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community