Apakah Setiap Orang Kristen Akan Jadi Kepala (Bukan Ekor)?

Posted on 03/04/2022 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/04/Apakah-Setiap-Orang-Kristen-Akan-Jadi-Kepala-Bukan-Ekor.jpg Apakah Setiap Orang Kristen Akan Jadi Kepala (Bukan Ekor)?

Salah satu janji Allah yang akrab di telinga banyak orang Kristen adalah ini: “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun” (Ul. 28:13a)? Beberapa gereja menjadikan teks ini sebagai bagian dari doa berkat atau doa yang lain dalam ibadah. Beberapa orang Kristen bahkan mengucapkan kalimat ini di pagi hari sebelum melakukan aktivitas lainnya. Mereka meyakini bahwa setiap anak Tuhan pasti akan menjadi kepala. Lebih lanjut, mereka memahami kepala di sini dalam arti jabatan (posisi pemimpin), prestasi (juara dalam kompetisi), popularitas (terkenal), maupun kemakmuran (kaya raya, bukan sekadar cukup). Dengan konsep semacam ini tidak heran Ulangan 28:13 menjadi salah satu janji paling favorit bagi orang-orang Kristen.

Apakah teks ini memang harus ditafsirkan demikian? Benarkah setiap orang Kristen akan menjadi kepala di mana saja dia bersekolah, berlomba maupun dan bekerja? Pembacaan Alkitab yang teliti dan penggunaan logika sederhana sudah memadai untuk mengetahui kekeliruan dalam konsep populer di atas.

Pertama, ayat ini seharusnya dipahami secara komunal, bukan personal. Janji-janji di pasal 28 ditujukan kepada seluruh bangsa Israel. Kata ganti yang digunakan di sana adalah maskulin singular, yang menyiratkan bangsa Israel secara keseluruhan. TUHAN sedang berbicara kepada mereka dalam kapasitas mereka sebagai umat yang dikuduskan oleh dan untuk Tuhan (28:9). Ini juga sesuai dengan salah satu berkat yang dijanjikan, yaitu negeri Kanaan (28:8, 11).

Konsep populer tentang janji-janji ini lebih ke arah personal (individualistis). Setiap orang Kristen akan dijadikan kepala. Ini jelas tidak sesuai dengan maksud teks.

Kedua, kepala dan ekor dikontraskan dengan bangsa-bangsa lain. Sejak awal pasal 28 Musa sudah mengatakan: “TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi” (Ul. 28:1). Di bagian selanjutnya dikatakan: “Maka segala bangsa di bumi akan melihat, bahwa nama TUHAN telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu” (Ul. 28:10). Dalam konteks posisi bangsa Israel di antara bangsa-bangsa inilah janji di ayat 13 diberikan.

Konsep populer tentang Ulangan 28:13 mendorong orang-orang Kristen untuk mengontraskan dirinya (secara personal) dengan siapa saja yang ada di sekelilingnya (entah di sekolah, pekerjaan atau perlombaan). Mereka bahkan tidak memperhitungkan bahwa di sekeliling mereka juga ada banyak orang Kristen.

Ketiga, istilah “kepala” harus dipahami secara figuratif dan benar. Apa arti “menjadi kepala dan bukan ekor”? Konteks Ulangan 28 memberikan petunjuk yang berharga. Secara konsisten ungkapan “kepala – ekor” dihubungkan dengan memberi/menerima pinjaman. Sebelum ungkapan ini muncul, Allah berjanji: “engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman” (28:12b). Dalam pemaparan tentang kutuk yang akan menimpa bangsa Israel jika mereka melanggar perintah-perintah TUHAN, Musa berkata: “Ia akan memberi pinjaman kepadamu, tetapi engkau tidak akan memberi pinjaman kepadanya; ia akan menjadi kepala, tetapi engkau akan menjadi ekor” (28:44). Berdasarkan konteks pinjam – meminjam ini, kita sebaiknya memahami “kepala – ekor” dalam arti kebebasan untuk mengatur hidup sendiri. Menjadi kepala berarti menjadi penentu atau pengatur, ekor hanya mengikuti saja apa yang menjadi kemauan kepala. Seperti itu juga orang yang terlilit oleh hutang. Dia menjadi ekor yang hanya mengikuti kemauan orang lain yang memberikan pinjaman (kepala).

Makna ini juga diteguhkan oleh pemunculan ungkapan “kepala – ekor” di bagian Alkitab yang lain. Yesaya 9:14-15 menyebutkan tua-tua dan orang-orang yang terpandang sebagai kepala, sedangkan para nabi (palsu) sebagai ekor. Baik kepala maupun ekor akan dihukum oleh TUHAN. Para nabi seharusnya yang menjadi kepala. Mereka yang menyampaikan isi hati TUHAN, sedangkan raja, para pemimpin, dan seluruh rakyat hanya mengikuti dia saja. Ironisnya, kondisi umat TUHAN justru terbalik. Nabi-nabi kehilangan suara kenabian dan hanya mengekor pihak yang berkuasa.

Terakhir, pandangan populer tentang Ulangan 28:13 tidak mungkin terpenuhi. Penafsiran populer yang terlalu individualistis pasti menimbulkan banyak kesulitan. Jika menjadi kepala artinya menjadi nomor satu, bagaimana dengan murid-murid Kristen di sekolah Kristen? Bagaimana dengan suatu perlombaan yang diikuti oleh anak-anak Tuhan? Siapa di antara mereka yang akan menjadi kepala dan ekor? Lalu bagaimana dengan banyak orang Kristen yang menjadi karyawan biasa di suatu perusahaan? Apakah itu berarti mereka tidak menerima janji ini? Penafsiran populer hanya memberi ruang bagi orang-orang tertentu saja yang jumlahnya sangat sedikit. Penafsiran yang terlalu personal justru bisa memberi kesan bahwa TUHAN tidak memegang janji-Nya, karena jumlah orang Kristen yang menjadi kepala (menurut pandangan populer) jauh lebih sedikit daripada yang tidak menjadi kepala. Banyak sekali anak-anak TUHAN yang popularitas, karir dan prestasinya biasa-biasa saja.

Lalu bagaimana kita sebaiknya memahami janji TUHAN di Ulangan 28:13? Sekali lagi, kata kuncinya adalah komunal. Jika anak-anak TUHAN secara komunal mengasihi dan menaati TUHAN, orang-orang Kristen akan memiliki kapasitas untuk memengaruhi banyak orang, bahkan dunia ini. Kita akan dimampukan untuk merembeskan nilai-nilai kerajaan Allah dan keindahan Injil dalam beragam aspek kehidupan. Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali oleh semua bangsa. Soli Deo Gloria.

Photo by Ben White on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community