Setiap kita pasti pernah berdoa entah berdoa secara pribadi maupun di dalam ibadah/kebaktian. Namun di Matius 6:6, Tuhan Yesus berfirman, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (TB). Apakah ayat ini menjadi pelajaran bagi kita agar kita tidak berdoa di depan umum, misalnya di dalam ibadah/kebaktian?
Di Matius 6:6, Tuhan Yesus tidak mengutuk praktik doa-doa umum yang layak atau di depan umum, tetapi doa-doa pamer yaitu orang-orang yang sengaja mencari tempat-tempat yang mencolok dan mereka berdoa di sana. Hal ini nampak dari ayat sebelumnya di mana Tuhan Yesus melarang orang percaya atau murid-Nya berdoa seperti orang-orang munafik (para pemimpin agama Yahudi) yang berdoa dengan berdiri di dalam rumah-rumah ibadat dan di tikungan jalan raya yang dipenuhi dengan orang banyak. Coba saja kita membaca doa mereka di Lukas 18:11-12, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (TB). Doa inilah yang Yesus maksudkan sebagai doa pamer. Tujuan doa orang munafik adalah “supaya mereka dilihat orang” (Mat. 6:5) (https://defendinginerrancy.com/bible-solutions/Matthew_6.6.php).
Lagipula, di Alkitab, tidak ada larangan doa di depan umum yang layak. Di PL, Daniel berdoa dengan jendela terbuka, sehingga dia bisa dilihat oleh orang lain (Dan. 6:10) dan Salomo juga berdoa di Bait Allah di depan umum (1Raj. 8:22). Di PB, Paulus mendesak, “Saya mau supaya di manapun juga kaum pria berdoa dengan hati yang suci, tanpa kemarahan atau perselisihan” (1Tim. 2:8; BIS). Ini berarti bukan tempat doa yang salah, tetapi tujuan doanya. Oleh karena itu, berdoa di tempat umum yang tepat harus dibarengi dengan motivasi dan tujuan yang benar (Craig L. Blomberg, Matthew, 117 dan https://defendinginerrancy.com/bible-solutions/Matthew_6.6.php).
Kalau begitulah, bolehkah orang Kristen berdoa di bukit doa? Kembali ke permasalahan tadi, apa motivasi dan tujuannya? Apakah kita memiliki pemikiran bahwa kalau doa di bukit doa, doa kita lebih didengar dan dikabulkan Tuhan? Jika itu motivasi kita, maka kita tidak perlu berdoa di bukit doa karena Allah mendengar dan mengabulkan doa kita bukan berdasarkan tempat doa kita, tetapi kedaulatan-Nya. Kalau kita menjawab bahwa motivasi kita berdoa di bukit doa agar kita berkonsentrasi di dalam doa, maka saya menjawab lagi, kalau motivasinya hanya ingin berkonsentrasi di dalam doa, maka kita hanya perlu mencari satu ruangan khusus di rumah kita untuk berdoa entah kamar kosong atau kamar tidur yang tidak ada orang di dalamnya, lalu kita bisa berdoa di sana. Intinya adalah jangan memberhalakan rumah doa atau bukit doa. Jika kita ingin berdoa sambil merenungkan firman Tuhan di bukit doa bersama-sama dengan sesama orang percaya, maka itu tidak apa-apa. Mengapa? Karena kita sebenarnya sedang melakukan retret rohani di bukit doa tersebut dan itu bagus untuk kesehatan rohani kita.
Biarlah motivasi dan tujuan kita dalam berdoa dimurnikan oleh Allah, sehingga kita berdoa bukan agar dipuji oleh orang lain, tetapi karena kita rindu bercakap-cakap dengan Allah. Amin.
Photo by Ăśmit Bulut on Unsplash