Kekristenan dikenal sebagai agama cinta kasih. Apalagi Tuhan Yesus sendiri mengajarkan pentingnya mengasihi Allah dan sesama di Matius 22:37-39. Namun permasalahannya di Matius 22:39, Yesus berfirman, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (TB). Bukankah ayat ini berarti sebelum kita mengasihi orang lain, kita harus mengasihi diri kita sendiri? Apakah ini kita diajarkan Tuhan Yesus untuk egois? Ada beberapa argumen dalam menjawab pertanyaan ini:
Pertama, beberapa orang percaya bahwa Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi orang lain sebagaimana kita seharusnya mengasihi diri kita sendiri, yaitu tanpa pamrih. Meskipun argumen ini cukup baik, namun argumen ini kurang meyakinkan. Alasannya adalah akan lebih terus terang jika Yesus memerintahkan kita untuk tidak egois daripada Ia memerintahkan kita untuk mengasihi diri sendiri tanpa mementingkan diri sendiri.
Kedua, Yesus mungkin memaksudkan bahwa kita harus mengasihi orang lain sebagaimana kita mengasihi diri kita, yaitu dengan benar. Alkitab mengajarkan ada harga diri atau cinta diri yang sah. Misalnya, Paulus mengajar suami untuk mengasihi istri karena “Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat” (Ef. 5:29; TB). Namun Alkitab melarang kita untuk terus-menerus memikirkan harga diri dan menyombongkan diri. Oleh karena itu, Yesus mungkin memerintahkan kita untuk mengasihi orang lain sebagaimana kita seharusnya mengasihi diri kita.
Ketiga, Yesus mungkin memaksudkan bahwa kita harus mengasihi orang lain dengan standar kita mengasihi diri kita sendiri. Artinya, kita harus mengukur seberapa kita mengasihi orang lain dengan seberapa kita mengasihi diri kita sendiri tanpa berarti mengasihi diri sendiri itu benar. Gampangnya, sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri dengan cara memperhatikan dan merawat diri kita, maka kita seharusnya mengasihi orang lain dengan cara yang sama. Pengertian ini justru mendorong kita untuk tidak egois karena kita diperintahkan Yesus untuk mengasihi orang lain dengan cara atau standar yang sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.
Lagipula Tuhan Yesus sendiri berfirman dan diutus Bapa untuk tidak egois. Hal ini ditunjukkan ketika Ia berfirman, “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat. 26:28; TB). Salib merupakan bukti bahwa Kristus sendiri tidak egois. Paulus juga mengajar hal yang sama, “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4; TB). Ini berarti “mengasihi diri sendiri” tidak berarti egois (https://defendinginerrancy.com/bible-solutions/Matthew_22.39.php).
Studi kita kali ini mengajar kita untuk mengasihi Allah terlebih dahulu yang disusul dengan mengasihi orang lain dengan standar atau cara yang sama seperti kita mengasihi diri sendiri dengan menganggap orang lain dan mengasihi mereka sebagai bagian dari kita sendiri (Grant R. Osborne, Matthew). Ini berarti mengasihi orang lain didahului dengan perspektif kita memandang siapa orang lain. Ketika kita memandang orang lain sebagai sesama manusia yang diciptakan Allah, maka kita dimampukan-Nya mengasihi sesama ciptaan-Nya dengan kasih-Nya.