Setiap kita pasti tahu tentang horoskop? Banyak orang Indonesia baik Kristen maupun non-Kristen masih gemar mencari tahu peruntungan horoskopnya mulai dari jodoh sampai bisnis. Alkitab di Ulangan 17:2-7 memerintahkan agar orang Israel siapa pun yang beribadah kepada ilah lain dan menyembah kepadanya atau kepada matahari atau bulan atau “segenap tentara langit” harus diperiksa kebenarannya terlebih dahulu oleh dua atau tiga saksi, baru setelah itu para saksi melempari orang itu dengan batu sampai mati kemudian seluruh rakyat mengikuti melemparinya. Namun di Matius 2:2, Matius mencatat bahwa kelahiran Yesus diberitakan kepada orang-orang Majus dari Timur melalui penampakan bintang-Nya di langit. Apakah Matius 2:2 berkontradiksi dengan Ulangan 17:2-7?
Sebelumnya, kita perlu memahami definisi “astrologi” dan kepercayaannya pada zaman kuno. “Astrologi” atau ilmu nujum merupakan “kepercayaan bersifat takhayul pada gerakan atau letak planet-planet dan bintang-bintang sebagai peringatan terlebih dahulu mengenai kehendak dari ilah-ilah (atau kekuatan-kekuatan yang menentukan nasib), di mana para penganut astrologi bisa mengatasinya dengan melakukan semacam tindakan mengelak atau menghindarinya” (Gleason L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties, 538-539). Pada zaman dulu, para penganut astrologi bukan hanya mencari tahu nasib mereka melalui planet-planet dan bintang-bintang, tetapi mereka menyembah benda-benda langit tersebut secara ritual.
Kisah bintang di Timur di Matius 2:2 jelas tidak memenuhi syarat astrologi di zaman dulu. Mengapa? Pertama, bintang di Timur bukan disembah oleh para orang Majus karena bintang ini merupakan pemberitahuan bahwa bayi kecil Kristus, Sang Juruselamat telah lahir. Hal ini nampak dari perkataan orang-orang Majus itu di ayat 2b, “kami datang untuk menyembah Dia” dan di ayat 11, mereka benar-benar menyembah bayi Yesus. Ini menunjukkan bahwa bintang di Timur ini bukan untuk disembah. Kedua, menurut kepercayaan astrologi zaman dahulu, benda-benda langit merupakan peringatan masa depan tentang kehendak suatu ilah, namun bintang di Timur ini bukan seperti kepercayaan astrologi tersebut. Hal ini dapat kita baca di Matius 2:2b, orang-orang Majus bertanya kepada orang-orang Yerusalem tentang kelahiran Raja orang Yahudi dan menyebutkan alasannya, “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur.” Hal ini berarti bintang di Timur itu sudah muncul ketika Kristus lahir. Ketika Kristus lahir, bintang itu sudah muncul dan orang-orang Majus memerlukan waktu lebih dari satu tahun menuju ke Yerusalem dan berbincang-bincang dengan Herodes waktu itu. Dengan kata lain, Archer menyimpulkan, “Bintang itu bukanlah suatu peringatan yang datang mendahului, melainkan pemberitahuan mengenai satu fakta yang sudah terjadi” (Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties, 539).
Kisah bintang di Timur menandakan bahwa Allah dapat memakai apa pun untuk menunjukkan banyak orang kepada rencana-Nya. Dalam hal ini, Allah menuntun orang-orang Majus melalui bintang di timur agar mereka dapat menemukan dan menyembah Kristus. Ia juga menuntun banyak orang pilihan-Nya melalui berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung agar mereka percaya kepada Kristus. Panggilan kita sebagai orang percaya adalah menyerahkan diri kita untuk dipakai-Nya menjangkau banyak orang pilihan-Nya agar mereka percaya kepada Kristus. Siapkah kita?
Photo by Nastya Dulhiier on Unsplash