Apakah Matius 19:26 Bertentangan Dengan Ibrani 6:18?

Posted on 24/04/2022 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/04/Apakah-Matius-19-26-bertentangan-dengan-Ibrani-6-18.jpg Apakah Matius 19:26 Bertentangan Dengan Ibrani 6:18?

Ketika ada masalah berat menimpa hidup manusia khususnya orang Kristen, kita sering kali putus asa, namun ada pendeta atau orang Kristen lain yang mengutip Matius 19:26, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” untuk menguatkan orang Kristen lain yang sedang mengalami masalah berat. Benarkah bagi Allah, segala sesuatu itu mungkin? Bukankah Ibrani 6:18 berbunyi, “Allah tidak mungkin berdusta”? Apakah dua ayat ini bertentangan?

Kalau kita membaca konteks Matius 19:26, kita dapat menyimpulkan bahwa bagi Allah, segala sesuatu yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah. Ini berarti Allah sanggup melakukan apa pun yang tak mungkin manusia lakukan. Apa yang Allah sanggup lakukan yang tak mungkin manusia lakukan? Jelas berkaitan dengan keselamatan dan masuk ke dalam Kerajaan Surga (ay. 23, 25). Sedangkan di Ibrani 6:18, kita menyimpulkan bahwa meskipun Ia sanggup melakukan segala sesuatu yang mustahil manusia lakukan, Ia tetap mustahil melakukan beberapa hal yang melawan sifat-Nya. Ini berkaitan dengan ketidakmungkinan ilahi. Misalnya, Ia tidak mungkin berhenti menjadi Allah, tidak kudus, melakukan apa yang secara logis tidak mungkin (seperti membuat lingkaran persegi atau memaksa orang untuk mencintai-Nya dengan bebas), tidak dapat membuat batu yang begitu besar, sehingga Dia tidak mampu mengangkatnya. Namun di dalam ke-Mahakuasa-an-Nya, Ia mampu melakukan apa saja yang mungkin dilakukan. Itulah makna Allah yang Mahakuasa (Ayb. 5:17; 6:14; 42:2) (https://defendinginerrancy.com/bible-solutions/Matthew_19.26.php).

Dari penjelasan sederhana di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa yang sanggup melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan sifat-Nya, sehingga kita dapat percaya dan berharap kepada-Nya. Namun di sisi lain, ketika Ia “mustahil” melakukan beberapa hal yang melawan sifat-Nya, itu adalah berkat bagi kita. Lho kok bisa? Kalau Ia dapat melakukan beberapa hal yang bertentangan dengan sifat-Nya, berarti Ia tidak layak disebut sebagai Allah karena Ia berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri. Gampangnya, kalau Ia dapat melakukan beberapa hal yang bertentangan dengan sifat-Nya, Ia melawan hukum logika padahal hukum logika merupakan salah satu hukum yang penting bagi manusia. Allah memang melampaui hukum logika, tetapi tidak pernah melawannya. Oleh karena itu, bersyukurlah karena Allah adalah Allah yang Mahakuasa sekaligus Mahakasih, Mahakudus, Mahaadil, Mahahadir, dll tanpa saling bertentangan. Amin.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community