Apakah Jemaat Boleh Menegur Hamba Tuhan?

Posted on 10/04/2022 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/04/Apakah-Jemaat-Boleh-Menegur-Hamba-Tuhan.jpg Apakah Jemaat Boleh Menegur Hamba Tuhan?

Banyak orang Kristen berada dalam sebuah kultur gereja yang sangat menghargai para hamba Tuhan (kaum rohaniwan). Pada dirinya sendiri hal ini merupakan sesuatu yang positif. Jemaat memang harus menghargai para pemimpin rohani yang sudah melayani mereka dengan sungguh-sungguh (1Tim. 5:17). Jemaat diperintah untuk tunduk dan menaati para pemimpin rohani mereka (Ibr. 13:17).

Persoalan muncul ketika para pemimpin rohani memiliki ajaran atau gaya hidup yang bertentangan dengan firman Tuhan. Apakah jemaat boleh memberikan kritikan atau teguran? Atau jemaat sebaiknya hanya berdiam diri dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Benarkah kekeliruan seorang hamba Tuhan adalah murni urusan dia dengan Tuhan, sehingga jemaat tidak usah melakukan apa-apa?

Mereka yang melarang jemaat untuk mengkritik maupun menegur hamba Tuhan yang bersalah biasanya memberikan dua teks sebagai dukungan: 1 Samuel 24:7 dan 1 Tawarikh 16:22. Teks pertama tentang Daud yang tidak mau mengusik Saul sebagai orang yang diurapi oleh TUHAN, sedangkan teks kedua berisi peringatan eksplisit dari TUHAN atas siapa saja yang mencoba mengusik orang-orang dan nabi-nabi yang diurapi oleh TUHAN. Berdasarkan dua teks ini, para pembela rohaniwan yang loyal memilih untuk bersikap pasif dan sekadar menyerahkan kesalahan hamba Tuhan kepada Allah.

Pembacaan yang lebih teliti menunjukkan bahwa penggunaan dua teks ini tidak dapat dibenarkan. Dalam kaitan dengan 1 Samuel 24:7, Daud pada akhirnya menegur Saul (24:10). Dia menasihati Saul untuk tidak mempercayai fitnahan orang terhadap dirinya (24:12). Daud bahkan meyakini penghakiman ilahi akan menunjukkan kebenarannya sekaligus kesalahan Saul (24:13, 16).

Yang dimaksud dengan “tidak mau menjamah” adalah tidak mau membunuh (24:8, 11). Walaupun Daud sebelumnya sudah diurapi TUHAN sebagai raja Israel, tetapi dia tidak mau mendapatkan jabatan tersebut dengan cara membunuh Saul. Daud tidak mau menurunkan Saul dari tahtanya.

Penjelasan di atas tidak berarti bahwa jemaat boleh bertindak seenaknya terhadap para hamba Tuhan. Kritikan dan teguran yang benar perlu diberikan, tetapi tetap harus dilakukan dengan cara yang benar pula. Ada beberapa sikap positif yang terlihat dari cara Daud menegur Saul. Pertama, Daud tetap menghargai Saul sebagai raja (24:9). Kedua, Daud menunjukkan belas kasihan (24:11 “sayang” = lit. “kasihan”). Ketiga, Daud masih menghargai senioritas (24:11 “ayah”). Keempat, Daud mengasihi Saul dan keturunannya (24:22-23).

Pembacaan yang teliti atas 1 Tawarikh 16:22 juga menunjukkan bahwa teks ini tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk melarang jemaat memberikan kritikan atau teguran kepada hamba Tuhan. Konteks ayat ini tidak berbicara tentang kaum rohaniwan secara spesifik. Peringatan di ayat 22 bukan tentang rakyat Israel melawan golongan rohaniwan tertentu (imam atau nabi). Peringatan ini ditujukan pada raja-raja dari bangsa-bangsa lain yang mencoba melakukan pemerasan (16:21). Siapa yang diperas? Siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang diurapi dan nabi-nabi di sini? Dari ayat 15-20 terlihat bahwa mereka adalah nenek moyang Israel, itupun sebagai perwakilan dari seluruh bangsa Israel. Jadi, peringatan di ayat 22 bukan tentang relasi di antara umat TUHAN, melainkan dengan bangsa-bangsa lain. Yang dikecampun bukan kritikan atau teguran, tetapi pemerasan.

Sebagai penutup, teguran dan kritikan sebenarnya sangat diperlukan oleh para hamba Tuhan. Setiap pemimpin rohani perlu memiliki akuntabilitas. Seseorang yang menjadikan dirinya kebal terhadap teguran atau kritikan sama saja dengan membawa dirinya pada kehancuran. Soli Deo Gloria.

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community