Apakah Jemaat Boleh Kritis Terhadap Khotbah?

Posted on 19/09/2021 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/10/Apakah-Jemaat-Boleh-Kritis-Terhadap-Khotbah.jpg Apakah Jemaat Boleh Kritis Terhadap Khotbah?

Khotbah merupakan sarana anugerah. Melalui firman Tuhan yang disampaikan jemaat dikuatkan, dihibur, dan ditegur. Kerohanian mereka terpelihara melalui firman kasih karunia.

Alkitab juga mengajarkan cara terbaik dalam mendengarkan firman Tuhan (Yak. 1:19-25). Kita harus menerima firman dengan penuh kelemahlembutan, tidak boleh dengan kemarahan. Kita juga harus menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar saja.

Dengan konsep seperti di atas, apakah ada ruang bagi orang Kristen untuk mengkritisi firman Tuhan yang sedang dia dengar? Bagi sebagian orang, jawabannya adalah “tidak.” Menerima dengan lemah-lembut berarti menerima saja. Mengevaluasi apakah suatu khotbah benar atau salah dianggap sebagai sikap yang arogan. Mereka yang mengadopsi pandangan ini biasanya memang memiliki cara pandang yang cenderung negatif terhadap akal budi. Berpikir kritis diidentikkan dengan “tidak mengandalkan Roh Kudus.”

Penyelidikan Alkitab yang lebih teliti mengungkapkan bahwa pandangan di atas keliru. Allah yang menciptakan akal budi adalah Allah yang sama menebus dan memeliharanya. Alkitab mengajarkan kita untuk mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita, termasuk akal budi kita (Mat. 22:37). Pembaruan akal budi bahkan menjadi sarana penting untuk mengetahui kehendak Allah (Rm. 12:2).

Optimalisasi penggunaan akal budi juga seharusnya dilakukan pada saat mendengarkan firman Tuhan. Bahaya kesesatan selalu ada dan dengan mudah ditemukan di mana-mana. Setiap orang Kristen harus berhati-hati dengan apa yang mereka dengarkan.

Alkitab memerintahkan kita untuk menguji segala sesuatu (1Tes. 5:21). Jemaat Korintus ditegur dengan keras karena terpengaruh filsafat duniawi yang bertentangan dengan Injil sehingga mereka menolak kebangkitan tubuh (1Kor. 15:33). Orang-orang Yahudi di Berea menunjukkan sikap yang mulia terhadap firman Tuhan: menerima dengan segala hasrat dan menyelidiki setiap hari apakah yang didengar seturut dengan kitab suci (Kis. 17:11). Hasilnya adalah pertobatan (Kis. 17:12). Jadi, tidak semua pemikiran kritis akan berakhir dengan kesombongan maupun perlawanan terhadap firman Allah.

Berikut ini adalah beberapa tips praktis untuk bersikap kritis yang benar terhadap khotbah. Pertama, mengecek hati kita. Yang menjadi persoalan seringkali bukan pikiran, tetapi sikap hati seseorang. Orang yang sombong dan merasa diri benar cenderung akan mencari kesalahan orang lain, baik yang serius maupun sepele. Sikap seperti ini juga seringkali membuat penilaiannya terhadap sesuatu menjadi tidak objektif (bias).

Kedua, menguasai kitab suci dengan baik. Salah satu hal yang menyedihkan di kalangan roang Kristen sekarang adalah pengetahuan kitab suci yang sangat terbatas dan dangkal. Memperdebatkan suatu ayat tanpa memahami seluruh bagian kitab suci merupakan tindakan yang tidak bijaksana. Kebenaran suatu bagian harus ditafsirkan dalam terang bagian-bagian yang lain. Kita melihat suatu konsep dari perspektif seluruh Alkitab. Dalam bidang teologi ini disebut analisa teologi.

Ketiga, menyelidiki konteks secara seksama. Ayat Alkitab tidak boleh dikutip dan digunakan secara sembarangan. Penggunaannya harus memperhatikan maksud penulisnya, yang dapat diketahui dari konteks pembicaraan. Bacalah seluruh perikop atau pasal secara seksama sebelum menafsirkan suatu ayat. Penafsiran apapun yang tidak sesuai dengan konteks adalah keliru.

Keempat, menggunakan tafsiran Alkitab yang baik. Ada begitu banyak opsi tafsiran Alkitab yang bisa digunakan. Pastikan tafsiran-tafsiran yang kita sering jadikan patokan adalah tafsiran-tafsiran yang baik. Tafsiran memang bisa salah, tetapi tafsiran-tafsiran yang baik bisa meminimalisasi kemungkinan tersebut. Jika Anda sedang menyelidiki suatu ayat, tanyakan tafsiran mana yang baik kepada hamba Tuhan yang memiliki kapasitas teologi yang cukup mendalam. Soli Deo Gloria.

Photo by Nycholas Benaia on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community