Apakah Inkarnasi Yesus Kristus Membuat Hakikat Allah Berubah?

Posted on 30/05/2021 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/06/Apakah-Inkarnasi-Yesus-Kristus-Membuat-Hakikat-Allah-Berubah.jpg Apakah Inkarnasi Yesus Kristus Membuat Hakikat Allah Berubah?

Istilah “inkarnasi” secara hurufiah berarti masuk ke dalam daging. Ayat yang paling mengekspresikan makna di dalamnya adalah Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia” (LAI:TB, lit. “menjadi daging”). Allah menjelma menjadi manusia.

Doktrin yang sangat terkenal dan unik dalam kekristenan ini tidak jarang menimbulkan berbagai pertanyaan, dari yang bersifat historis (Apa benar-benar terjadi demikian?), logis (Apakah masuk akal bagi Pencipta untuk menjadi ciptaan?) dan teologis (Apakah inkarnasi tidak mengompromikan hakikat/natur Allah?). Dalam artikel kali ini kita hanya akan menyoroti pertanyaan yang terakhir. Apakah inkarnasi Yesus Kristus membuat hakikat ilahi-Nya mengalami perubahan?

Pertanyaan ini cukup menarik untuk direnungkan. Isu yang terkait adalah salah satu sifat Allah, yaitu tidak dapat berubah. Yang perlu untuk diketahui adalah sejauh mana Allah tidak berubah? Dalam ungkapan yang lain, dalam aspek apa saja Allah dikatakan tidak berubah? Wayne Grudem (Systematic Theology, 163) menghubungkan sifat ini dengan keberadaan, kesempurnaan, tujuan-tujuan dan janji-janji Allah. Problem inkarnasi lebih menyentuh aspek keberadaan.

Jadi, apakah inkarnasi mengubah keberadaan Allah? Jawabannya adalah tidak.

Dalam inkarnasi Allah hanya menambah hakikat baru, yaitu hakikat manusiawi. Hakikat manusiawi ini tidak bercampur dengan hakikat ilahi sehingga membentuk hakikat yang baru. Jika itu yang terjadi, maka hakikat ilahi telah dikompromikan. Pengakuan iman Kalsedon dengan tegas mengajarkan: “mempunyai keberadaan dalam dua hakikat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakikat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakikat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama.”

Ketika Allah menjadi manusia, Dia tetap sebagai Allah. Allah sejati dan manusia sejati. Dia tidak menjadi setengah Allah dan setengah manusia (demigod). Karena keilahian-Nya dipertahankan dan tidak mengalami perubahan apapun, kita dapat mengatakan bahwa hakikat Allah tidak berubah selama inkarnasi. Jika selama inkarnasi Dia berhenti menjadi Allah, hal itu baru menunjukkan perubahan: penambahan hakikat manusiawi membuat perbedaan pada hakikat ilahi-Nya. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah, baik sebelum, selama maupun sesudah inkarnasinya.

Sebuah ilustrasi yang baik (walaupun tidak sempurna) untuk menerangkan hal ini adalah eksperimen hidup bersama gelandangan yang dilakukan oleh seorang yang kaya raya. Selama seminggu dia memilih untuk tinggal bersama para gelandangan di kolong jembatan. Dia berpakaian seperti mereka. Dia makan makanan mereka. Dia tidur dan melakukan semua hal lain seperti yang dilakukan oleh para gelandangan tersebut. Dia benar-benar terlihat seperti seorang yang sangat miskin.

Apakah eksperimen ini mengubah statusnya sebagai seorang konglomerat? Sama sekali tidak! Kekayaannya tetap tidak berkurang. Jabatannya di kantor tidak berubah. Dia hanya menambahkan status dan kebiasaan yang baru selama seminggu. Tentu saja ada banyak keterbatasan yang dia harus jalani selama eksperimen tersebut, tetapi semua itu tidak mengubah apapun pada statusnya sebagai orang yang kaya. Seperti itulah kira-kira inkarnasi Kristus di dunia. Soli Deo Gloria.

Foto oleh Burak Kebapci dari Pexels
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community