Apakah Agama Yang Dianut oleh Yesus?

Posted on 06/06/2021 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/06/Apakah-Agama-Yang-Dianut-oleh-Yesus.jpg Apakah Agama Yang Dianut oleh Yesus?

Pertanyaan ini beberapa kali muncul dalam seminar-seminar yang saya pimpin. Ada yang sekadar ingin tahu saja. Ada pula yang memiliki maksud lain. Mereka ingin membangun sebuah pemikiran teologis yang cenderung negatif terhadap kekristenan sebagai sebuah agama. Dengan menunjukkan bahwa Yesus adalah penganut Yudaisme, mereka merasa telah melemahkan kekristenan. Agama (Kristen) tidak penting. Yesus sendiri tidak beragama Kristen. Kira-kira seperti itu anggapan mereka.

Apakah Yesus penganut agama Yahudi (Yudaisme) atau kekristenan? Pertanyaan ini sebenarnya jauh lebih rumit daripada yang dipikirkan oleh banyak orang. Ada beragam aspek yang terkait.

Dari sisi teologis, kekristenan merupakan kelanjutan dari ajaran Yesus. Yesus sendiri melayani dalam konteks Yudaisme. Kitab suci yang digunakan sama, walaupun penafsirannya berbeda. Yesus dan orang-orang Yahudi pada jaman-Nya berbagi banyak keyakinan yang sama, misalnya pengharapan mesianis, kerajaan Allah, dan sebagainya. Yesus dan murid-murid-Nya juga mengunjungi bait Allah dan membayar beanya. Ajaran-ajaran itu selanjutnya diteruskan oleh para rasul dan jemaat mula-mula.

Apakah orang-orang Yahudi melihat keunikan ajaran kekristenan? Tentu saja. Namun, hal itu tidak berarti bahwa kekristenan tidak dianggap sebagai bagian dari Yudaisme. Kita perlu mengingat bahwa Yudaisme pada waktu itu (dalam teologi seringkali disebut “Yudaisme bait Allah ke-2”) sudah terbiasa dengan beragam aliran (Farisi, Saduki, Qumran, kelompok mistis, kelompok politis radikal, dsb). Beberapa aliran itu bahkan saling bertentangan dan bermusuhan. Dengan kata lain, Yudaisme pada saat itu sangat beragam.

Dengan keragaman teologi seperti ini, pembedaan yang kaku antara Yudaisme dan kekristenan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Kekristenan dianggap sebagai aliran lain dalam Yudaisme. Para penganut ajaran Yudaisme yang baru ini selanjutnya dikenal sebagai pengikut Jalan Tuhan (Kis. 9:2; 18:25; 19:23; 22:4) atau Kristen (Kis. 11:26; 26:28).

Dari sisi historis, kekristenan bergerak dalam konteks Yudaisme. Baik Yesus maupun para pengikut-Nya masih mengunjungi bait Allah dan rumah ibadat orang Yahudi. Mereka masih beribadah pada Hari Sabat. Bahkan ibadah pada Hari Sabat tetap dilakukan oleh orang-orang Kristen Yahudi walaupun mereka sudah mulai merayakan Hari Tuhan (Hari Minggu). Sebagian orang Kristen Yahudi bahkan masih menjalankan sebagian tradisi Yahudi sebagai bentuk apresiasi dan upaya kontekstualisasi (bdk. Kis. 16:3; 1Kor. 9:19-23).

Pemisahan total (dikenal dengan istilah parti the ways) antara Yudaisme dan kekristenan kemungkinan besar baru terjadi mendekati akhir abad ke-1 Masehi. Ada banyak faktor yang mengarahkan ke sana. Orang-orang Kristen seringkali menjadi objek penganiayaan oleh para penguasa. Orang-orang Yahudi yang bukan Kristen jelas tidak ingin dijadikan korban gara-gara hal ini. Di samping itu, keributan antara orang-orang Yahudi Kristen dan penganut Yudaisme juga kadangkala terjadi. Alkitab dan catatan kuno di luar Alkitab pernah mencatat bahwa orang-orang Yahudi diusir dari Kota Roma oleh Kaisar Klaudius karena keributan seputar Kristus (Kis. 18:2).

Berdasarkan semua penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa pembedaan yang tajam antara Yudaisme dan kekristenan – apalagi jika diterapkan pada diri Yesus – bukanlah sesuatu yang bijaksana. Apa yang diajarkan oleh Yesus dan selanjutnya diteruskan oleh jemaat mula-mula dalam banyak hal masih masuk ke dalam kategori Yudaisme. Jadi, mereka yang menanyakan “Apakah agama yang dianut oleh Yesus?” seringkali tidak terlalu memahami apa yang mereka sedang tanyakan. Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community