Di dalam kehidupan kita, kita mungkin sulit membedakan sesuatu yang asli dan palsu apabila sesuatu yang palsu itu sangat mirip dengan sesuatu yang asli. Hal yang sama juga terjadi dengan orang Kristen asli vs palsu. Konsep ini dijelaskan Kristus ketika Ia membentangkan suatu perumpamaan antara lalang dan gandum (Mat. 13:24-30) untuk mengajarkan adanya perbedaan warga kerajaan Allah dan yang bukan nanti sebelum tiba akhir zaman (Leon Morris, Injil Matius, 356-357). Apa itu lalang?
Di dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum, Kristus berfirman bahwa seorang petani menaburkan benih yang baik di ladang gandum (ay. 24), kemudian pada waktu semua orang tidur, datanglah seorang musuh menaburkan lalang di antara gandum, setelah itu pergi. (ay. 25). “Lalang” (ESV, NET, NIV, dan NRSV: “weeds”; NASB, KJV, dan NKJV: “tares”; NJB: “darnel”) dalam teks Yunaninya zizanion dari kata zizania yang berarti “rumput liar yang menganggu di ladang gandum” (A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, s.v. “ζιζάνιον, ου, τό”). Kemungkinan jenis lalang yang dimaksud Kristus adalah (Fauna and Flora of the Bible, 194 dan Donald A. Hagner, Matthew 1-13, 383). Nama lain rumput ini adalah darnel (rumput Eurasia yang ditanam sebagai makanan ternak) dan sesuai dengan bahasa Ibrani zun dan bahasa Arab ziwan (Lolium) (Michael Zohary, Plants of the Bible, 161). Rumput ini merupakan rumput tahunan asli Asia Barat dan sekarang menyebar ke seluruh dunia sebagai tanaman pakan ternak yang penting. Rumput ini memiliki ketinggian 50 sampai 100 cm dengan batang lurus dengan lima sampai tujuh daun (Fauna and Flora of the Bible, 194 dan Lytton John Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 134). Rumput ini bercabang dari pangkalnya menjadi batang sekunder yang berakhir dengan ujung yang panjangnya sekitar 6-12 cm dan bulir-bulirnya berbintik. Masing-masing bulir tersebut mengandung beberapa bunga yang menghasilkan biji-bijian yang mirip dengan gandum. Biji darnel ini tumbuh secara eksklusif di ladang biji-bijian di seluruh Timur Tengah. Biji-bijiannya telah ditemukan di sebuah makam Mesir berusia 4.000 tahun (Zohary, Plants of the Bible, 161). Meskipun rumput itu sendiri tidak beracun untuk ditelan, rumput ini dapat terinfeksi oleh mikroorganisme yang dapat membuatnya beracun (Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 134).
Bentuk rumput ini mirip dengan gandum (Morris, Injil Matius, 357). Bentuknya yang mirip dengan gandum mengakibatkan lalang dan gandum susah dibedakan sampai ketika dua tanaman ini bertumbuh (ay. 26). Ketika kedua tanaman ini bertumbuh, orang dapat membedakan antara lalang dan gandum. Oleh karena itu, hamba dari tuan pemilik ladang gandum bertanya kepada tuannya tentang dari mana asalnya lalang? (ay. 27) Kemudian si tuan menjawab bahwa musuh yang menanam lalang (ay. 28a). Setelah itu, hamba bertanya, “Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?” (ay. 28b). Lalu si tuan menolak keinginan si hamba (ay. 29). Mengapa? Ada dua alasan. Alasan pertama dijelaskan di ayat 29, “mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu” (ay. 29). Mengapa sang tuan menjelaskan hal tersebut? Karena nampaknya musuh menyebarkan benih lalang berdekatan dengan gandum ditambah akar lalang lebih kuat dari akar gandum, sehingga ketika lalang dicabut, maka gandumnya ikut tercabut juga (Craig L. Blomberg, Matthew, 219 dan France, Matthew, 225). Alasan kedua, praktik penyiangan yang disebutkan oleh si hamba (ay. 28b) merupakan tindakan balas dendam dan praktik ini dapat dihukum di dalam hukum Romawi (France, Matthew, 225).
Kemudian si tuan berkata kepada para hambanya agar lalang dan gandum dibiarkan tumbuh hingga saatnya penuaian (ay. 30). Bukankah lalang termasuk rumput liar? Apakah tumbuhnya lalang tidak mengganggu tumbuhnya gandum? Jawabannya tidak (Morris, Injil Matius, 358). Pada waktu penuaian, si tuan berkata kepada para penuai, “Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku” (ay. 30). Ini berarti pada waktu penuaian, lalang dan gandum yang sudah matang dengan mudah dapat dibedakan (Morris, Injil Matius, 358), sehingga lalang dapat dikumpulkan pertama kali untuk dibakar. “untuk dibakar” di sini berarti lalang (kering) dipakai sebagai bahan bakar untuk pembakaran kalau kekurangan kayu (Hagner, Matthew 1-13, 384 dan Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 423). Kemudian gandum baru dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lumbung atau rumah penyimpanan (Newman dan Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 423).